Elpiji 3 Kilogram di Trenggalek Langka

ilustrasi

Bahan bakar gas (BBG) elpiji ukuran tiga kilogram di sejumlah wilayah di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur mulai langka sehingga memicu kenaikan harga bahan bakar pengganti minyak tanah tersebut.

Koresponden Antara di Trenggalek, melaporkan, kelangkaan yang dipicu oleh keterlambatan pasokan dari distributor ke tingkatan pengecer itu secara perlahan telah memicu kenaikan harga elpiji di pasaran, yakni dari harga normal Rp12.500/tabung menjadi Rp17.500/tabung.

Belum diketahui secara pasti penyebab kelangkaan yang informasinya juga terjadi di sejumlah daerah lain di eks-Karesidenan Kediri tersebut. Namun menurut keterangan sejumlah pedagang, stok elpiji yang mereka terima kerap terlambat dan jatahnya dikurangi oleh pihak distributor.

“Biasanya dua atau tiga hari sekali pasokan elpiji dikirim oleh distributor, kini bisa lima hari baru dikirim atau bahkan jarak seminggu, itupun jumlahnya dikurangi,” ujar Muttaqien, pedagang elpiji di Kecamatan Gandusari.

Di salah satu kawasan yang masuk kategori dataran dan lokasinya cukup dekat dengan pusat Kota Trenggalek itu, harga elpiji ukuran tiga kilogram atau jenis melon rata-rata telah dijual dengan harga di kisaran Rp13.500-Rp14.000/tabung.

Namun kenaikan lebih parah terjadi di daerah pegunungan atau nondataran, seperti di daerah Kecamatan Kampak, Munjungan, Watulimo, Pule, Panggul, serta Dongko.

Di daerah-daerah tersebut, terutama di kawasan pemukiman pelosok, harga elpiji jenis melon bisa tembus hingga kisaran Rp17.500/tabung. Sulitnya medan dan jarak tempuh yang jauh menyebabkan armada angkut elpiji milik distributor jarang menjangkau kawasan tersebut.

Akibatnya, pedagang eceran terpaksa belanja gas elpiji lebih jauh sehingga menambah beban biaya angkut. Minimnya stok elpiji di toko-toko maupun warung eceran diduga semakin memperparah situasi di tingkatan konsumen.

“Kami juga tidak tahu kenapa begini (langka), sebab jatah yang kami terima dari stasiun pengisian dan pengangkutan bahan bakar elpiji (SPPBE) juga telah dikurangi. Biasanya kami bisa mengambil jatah hingga 1.000 tabung lebih, kini maksimal hanya 600 tabung,” tutur Slamet, salah satu distributor elpiji untuk daerah Kecamatan Gandusari, Kampak, Munjungan, serta Watulimo.

Pengurangan jatah elpiji jenis melon tersebut, menurut pengakuan Slamet, menyebabkan fokus area distribusinya sementara dipersempit dan mendahulukan pelanggan di dataran karena memiliki jarak lebih dekat.

Sementara untuk daerah pegunungan dan pesisir selatan Trenggalek, kata Slamet, frekuensi pengiriman dikurangi dengan alasan pemerataan.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Pertambangan dan Energi Dinas Koperasi Industri Perdagangan Pertambangan dan Energi (Koperindagtamben) Kabupaten Trenggalek, Priaji Artomo mengaku belum mengetahui adanya kelangkaan tersebut.

Ia berdalih, masalah pasokan gas elpiji menjadi kewenangan bagian perekonomian sementara pihaknya hanya sebatas melakukan pengawasan.

“Kami memang belum mengetahui jika terjadi kelangkaan elpiji karena memang bukan kewenangan (dinas) koperindagtamben. Tapi sejauh kami tahu, persediaan di SPPBE juga tidak pernah telat ataupun kekurangan. Jadi aneh juga kalau sampai langka,” ujarnya. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim