Untuk meredam gejolak masyarakat akibat sulitnya mendapatkan pasokan elpiji 3 kilogram di wilayah Jawa Timur (Jatim), PT Pertamina Pemasaran Jatim- Bali dan Nusa Tenggara telah menambah alokasi atau ekstra dropping di sejumlah wilayah, di Madura, Jombang dan sekitarnya, Eks karisidenan Malang dan eks karisidenan Besuki.
Untuk wilayah Madura dan Jombang, sudah disalurkan pada tanggal 31 Mei dan 1 Juni kemarin dengan kuota sebesar 28.000 tabung untuk Madura dan 17.000 tabung untuk Jombang dan sekitarnya. Sementara untuk wilayah eks karisidenan Malang akan dialokasikan sebesar 125.000 tabung dan eks karisidenan Besuki sebanyak 306.000 yang akan disalurkan selama 25 hari, sejak tanggal 31 Mei 2012.
“Ekstra dropping akan terus kami lakukan di kedua eks karisidenan tersebut hingga pasokan aman. Karena kita juga harus memperhatikan jangan sampai pasokan disana banjir,” ujar Assisten Eksternal Relation PT Pertamina Pemasaran Jatim-Balinus, Eviyanti Rofraidah, Surabaya.
Evi mengungkapkan, kelangkahan yang terjadi di beberapa wilayah tersebut sebenarnya bukan karena Pertamina mengurangi alokasi elpiji 3 kilogram. Namun kondisi tersebut disinyalir akibat pelaksanaan aturan baru tekait upaya penertiban distribusi subsidi 3 kilogram di wilayah Jatim.
“Sebenarnya aturan ini sudah lama, tapi pelaksanaannya baru sejak akhir Mei kemarin. Dalam aturan tersebut, untuk saat ini, satu pangkalan hanya bisa mengambil elpiji dari satu agen, beda di satu wilayah atau di wilayah lain yang lokasinya lebih dekat. Dan jumlah pangkalan di Jatim saat ini mencapai 9.240 pangkalan sedangkan jumlah Agen mencapai 480 agen,” terangnya.
Kondisi ini jauh berbeda dengan aturan lama, dimana pangkalan bisa mengambil elpiji dari beberapa agen. Sehingga, jika awalnya satu agen bisa ambil 1000 tabung dari agen A umpamanya dan mengambil dari agem B sebanyak 1000 tabung, maka saat ini dia hanya bisa mengambil dari satu agen saja dengan kontrak yang jelas.
Menurut Evi, ada tiga tujuan dalam pelaksanaan penertiban distribusi tersebut, pertama agar tidak ada penyalahgunaan atau penyelewengan subsidi elpiji 3 kilogram karena subsidi harus tepat sasaran. Selain itu, unsur keamanan dan kerugian di masyarakat juga menjadi faktor yang mendasarinya.
Selain itu, selama bulan Mei kemarin menurut Evi memang terjadi lonjakan konsumsi elpiji 3 kilogram. Kalau pada bulan April konsumsi dikisaran 60.239 metrik ton, di Mei meningkat menjadi 62.456 metrik ton. “Bisa jadi ini karena imbas dari penerapan aturan tersebut,” tegasnya.
Assisten Customer Relation PT Pertamina Pemasaran Jatim-Balinus, Rustam Aji mengatakan, hingga hari ini, total tambahan elpiji 3 kilogram yang sudah di salurkan mencapai 148.400 tabung atau setara dengan 445 metrik ton. Penambahan tersebut setara dengan 4% penyaluran rata-rata elpiji 3 kilogram di Jatim yang mencapai 2.010 metrik ton atau sekitar 670.000 tabung.
Menurut penjelasannya, ekstra dropping biasanya dilakukan disaat kondisi pasar tidak stabil, ada lonjakan atau sulit mendapatkan pasokan. Kondisi ini biasanya terjadi saat awal penarikan mitan karena program konversi. selain itu, lonjakan permintaan juga kerap terjadi saat Natal, tabun baru, Puasa dan lebaran.
“Ini memang kondisi yang berbeda. Dan kami sudah berupaya mengamankannya dengan melakukan ekstra dropping. Dan langkah ini akan terus kami lakukan di beberapa daerah yang terjadi gejolak hingga kondisi meredah,” ungkapnya.
Terkait konsumsi elpiji 3 kilogram, Rustam mengatakan terus mengalami kenaikan. Ini dipicu oleh makin tingginya animo masyarakat untuk menggunakan elpiji.
Pada tahun 2011 kemarin, realisasi penyaluran untuk wilayah Jatim mencapai 637.256 metrik ton. Penyaluran ini naik 24% dari realisasi tahun 2010 sebesar 539.366 metrik ton. Di tahun ini, sejak Januari hingga Mei, penyaluran sudah mencapai 309.105 metrik ton. Diperkirakan, hingga akhir tahun 2012 penyalukan akan mencapai 720.000 metrik ton. kabarbisnis.com