Akibat Serbuan Gula Rafinasi di Pasar Nasional
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, mendesak Pemerintah Pusat melalui Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan untuk menghentikan gula rafinasi yang membanjiri pasar nasional.
Sebab banjir gula rafinasi di pasar nasional itu membuat efek domino bagi gula lokal. Akibatnya gula lokal sulit terserap oleh pasar.
”Ini menjadi masalah serius bagi Provinsi Jawa Timur. Untuk itu kami desak pemerintah pusat supaya menghentikan produksi gula rafinasi karena ini bukan impor, tapi ada pabriknya di luar Jawa banyak. Mana mungkin gula lokal yang harganya sekitar Rp7 ribu hingga Rp 11 ribu per kg bisa bersaing dengan melawan gula rafinasi yang harganya hanya Rp6.500 per kg,” kata Soekarwo, (3/10).
Gubernur mengatakan, protes petani tebu yang difasilitasi Pemerintah Jawa Timur tidak hanya berupa surat, tetapi juga demonstrasi langsung ke pemerintah pusat di Jakarta. Demonstrasi lanjutan ke Jakarta tersebut Pemerintah Provinsi akan terus siap menfasilitasi. Karena jelas Jawa Timur sangat dirugikan jika persoalan ini dibiarkan berlarut-larut .
“Kalau pemerintah pusat membiarkan kondisi ini berarti sama saja secara struktural, sistematis, dan massif hendak mematikan pabrik gula di Jawa Timur. Tulis saja biar pemerintah pusat mendengar keluhan masyarakat Jatim,” tegasnya.\
Diperoleh data, produksi gula di Jawa Timur mencapai 1,3 juta ton. Sementara kebutuhan gula di Jawa Timur hanya 450 ribu ton. Sehingga ada surplus sekitar 900 ribu ton. Yang terjadi adalah produksi gula di Jawa Timur menumpuk di gudang karena tak terserap pasar akibat gula rafinasi membanjiri pasar nasional. (*/idi)