Mamin Impor Terus Gelontor Jatim

ilustrasi: detik.com

Produk makanan dan minuman (Mamin) impor terus menggelontor Jawa Timur. Kualitas produk mamin domestik yang banyak diproduksi Unit Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), belum mampu menyaingi produk impor. Baik kualitas maupun tampilan kemasannya. Tak heran jika tiap periode impor mamin yang masuk ke Jawa Timur terus mengalami peningkatan.

Tercatat, selama Januari 2012, nilai impor mamin yang masuk ke Jawa Timur mencapai 32,786 juta dollar AS atau sekitar Rp 295,08 miliar. Impor terbesar adalah gula dan kembang gula sebesar Rp 177,78 miliar, disusul olahan dari tepung Rp 37,29 miliar, kakao atau coklat sebesar Rp15,48 miliar, olahan dari buah-buahan Rp6,48 miliar, dan berbagai makanan olahan dengan nilai Rp47,52 miliar, serta impor minuman Rp10,50 miliar.

Selain itu, sulitnya akses produk mamin UMKM masuk ke ritel modern karena rendahnya kualitas produk, ikut menghambat sektor tersebut untuk berkembang.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jawa Timur, Abraham Ibnu, mengajak pelaku UMKM agar meningkatkan kualitas produknya. Ia mengakui, kalau selama ini produk UMKM masih punya kendala dengan merk, packaging, dan lain-lain, sehingga menjadi tidak menarik bagi ritel modern.

“Konsumen sulit tertarik jika kualitas dan kemasan produk UMKM masih kalah dengan produk impor. Lagi pula sektor ini harus punya perhatian khusus dalam hal mempelajari bagaimana meningkatkan kualitas produknya,” ujarnya.

Di sisi lain, masalah harga produk UMKM menjadi lebih tinggi karena prosessingnya masih high cost. Karena itu, ritel modern lebih banyak menyerap produk mamin dari industri besar dan sebagian dari impor yang harganya lebih murah. “Karena faktor itu yang menjadi pertimbangan ritel modern selektif menyerap produk UMKM,” katanya.

Meski demikian, ritel modern tetap melaksanakan himbauan Menteri Perdagangan pada saat dijabat oleh Mari Elka Pangestu. “Himbauan bu Mari pada waktu itu bahwa supply produk UMKM di tahun 2012 ini harus 30% di ritel modern. Pada tahun 2010 hanya 7%, dan di tahun 2011 menjadi sekitar 18%,” tambahnya.

Di pihak lain, Ketua Forum Daerah (Forda) UMKM Jawa Timur, Nur Cahyudi, menjelaskan orientasi produk UMKM hanya pasar domestik bukan ekspor oriented. “Kemudian jika pasar domestik juga digelontor oleh produk-produk impor, tentunya ini menjadi suatu tantangan bagi pelaku UMKM di Jawa Timur bagaimana mereka bersaing. Kalau tidak kompetitif maka produknya tidak laku,” tukasnya.

Di dalam UKM, tambah dia, selain meningkatkan efisiensi juga diperlukan kebijakan-kebijakan lain dari pemerintah, bagaimana pasar mamin dalam negeri tidak digelontor begitu saja oleh mamin impor. Kondisi tersebut akan mengancam eksistensi pelaku UKM yang bergerak di produksi mamin. Apalagi kenaikan BBM dan TDL akan berpengaruh terhadap total press cost.

“Jumlah pelaku UKM yang memproduksi mamin cukup banyak. Terjadinya penetrasi produk mamin impor akan berpengaruh terhadap pasar yang selama ini dibidik oleh pelaku UKM,” imbuhnya.

Tentunya, jelas dia, ada 2 strategi yang harus dilakukan oleh produk UKM. Pertama bagaimana pelaku UKM mamin mampu meningkatkan efisiensi. Kedua bagaimana mendiversifikasi produk UMKM terhadap konsumen. “Harus dihindari penggunaan pengawet, zat yang berbahaya, sehingga konsumen memiliki peluang memilih makanan tidak hanya murah tapi aman terhadap kesehatan,” tambahnya.

Porsin produk mamin di ritel modern, setahu saya 90% adalah produk dalam negeri, dan 10% impor. Sedangkan produk dari dalam negeri, porsinya 70% produk industri besar dan 30% dariUMKM. Sekarang porsi pelaku UKM harus ditingkatkan menjadi 50%. Ini sebagai bentuk tanggungjawab sosial ritel modern terhadap industri kecil khususnya mamin, tandasnya. surabayapost online

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim