Pemda Jangan Bohongi Investor Soal Gas

ilustrasi

Kalangan industri di wilayah Jawa Timur (Jatim) meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim untuk mempertimbangkan kembali masuknya investor yang dalam proses produksinya akan menggunakan gas.

Permintaan ini menyusul besarnya defisit gas di Jawa Timur sebesar 415 juta kaki kubik (mmscfd) yang diperkirakan tidak akan bisa teratasi. Bahkan, kalaupun pertumbuhan industri stagnan, pemenuhan kebutuhan gas tersebut baru bisa diatasi pada tahun 2025 mendatang.

“Kami berharap, kalau pun ada pengusaha atau investor yang ingin berinvestasi di Jatim yang proses produksinya dengan sumber energi gas, pemerintah harus mempertimbangkan kembali. Pemerintah harus memiliki energy security yang baik. Kalau ada bilang ada, kalau tidak ada ya bilang tidak ada. Jangan kemudian menjanjikan ternyata kenyataannya tidak ada,” kata Wakil Ketua Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Nelson Sembiring, Senin (31/10/2011).

Karena dengan kondisi ini pengusaha menjadi kecewa. Bahkan sekitar 52 perusahaan Jepang yang ada di Jatim mengaku kewalahan dan tidak bsia berbuat apa-apa. Mereka kecewa dengan janji-janji pemerintah yang tidak ada kenyataannya. ” Mereka mengaku sangat terpukul dengan kekurangan gas di Jatim. Untuk mengatasinya, kadang mereka mengantinya dengan beli oli bekas,” terangnya.

Saat ini, lanjutnya, akibat kurangnya pasokan gas, produksi menjadi menyusut sekitar 30%. Hal ini menyebaban jam operasional perusahaan juga mengalami pengurangan sebanding dengan kurangnya produksi,yaitu sebesar 30%. Sementara dengan langkah PT Santos Indonesia unuk melakukan shutdown karena adanya perbaikan yang dilakukan juga dikhawatirkan akan menurunkan produksi lebih besar lagi mencapai sekitar 50%.

“Memang sejauh ini belum ada karyawan yang dipecat, namun jam kerja mereka yang berkurang. Sementara margin perusahaan juga menyusut. Jika hal ini berlarut dan tidak ada solusi yang tepat dan cepat, dikhawatirkan produksi akan semakin menyusut,” tekannya.

Tersendatnya pasokan gas tidak hanya merugikan industri, tetapi masyarakat luas karena jam kerja mereka berkurang. “Bagi industri yang mempertahankan kuota ekspor, mereka harus membei gas dari luar yang harganya dua kali lipat lebih besar. Dan mengganti ke energi alternatif lainnya tidak bisa. Pastinya langkah ini akan mengurangi laba perusahaan,” kata Nelson. kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim