Agribisnis Mengalami Masa Sulit

ilustrasi: kotaikan.blogspot.com

Sektor agribisnis di Jawa Timur, mulai dari pertanian hingga perikanan, tengah mengalami masa-masa sulit. Selain iklim yang tak bersahabat, politik pertanian yang dianut pemerintah sama sekali tak berpihak kepada para pelaku usaha di sektor tersebut, terutama yang berskala mikro, kecil, dan menengah.

Di Kabupaten Banyuwangi, industri hilir perikanan berupa pengolahan sarden kini tengah terpuruk. Di Kecamatan Muncar, basis pengolahan sarden di Banyuwangi, jumlah pelaku usaha pengolahan sarden kini hanya tersisa tujuh unit. “Jumlah ini merosot drastis. Beberapa tahun lalu masih ada 12 perusahaan pengolahan ikan sarden,” ujar Ketua Asosiasi Pengalengan Ikan Banyuwangi, Yulia Pujiastuti kepada wartawan.
Dia menuturkan, banyak pabrik pengolahan ikan yang gulung tikar karena pasokan ikan sarden yang minim. Nelayan-nelayan di wilayah tersebut kini kesulitan mendapatkan ikan sarden. Seringkali karena mereka harus menunda melaut seiring cuaca yang tak jelas.

“Dulu nelayan-nelayan sini bisa menangkap ikan sarden sampai berton-ton. Tapi sekarang sudah sulit. Ini agak tragis karena Muncar kan dikenal sebagai basis ikan sarden,” jelasnya.

Yang menyedihkan, sambung dia, kini perusahaan-perusahaan yang masih bertahan lebih banyak mengandalkan ikan sarden impor dari China dan Maroko. Meski harga ikan impor itu lebih mahal dua kali lipat, perusahaan tetap membeli untuk mempertahankan produksi dan mengurangi kemungkinan PHK.

Ikan sarden impor kini dihargai di level Rp6.700-7.000 per kilogram, sekitar dua kali lipat dari harga ikan sarden lokal Banyuwangi.

Para pengusaha pengolahan sarden berharap pemerintah lebih peka dengan membantu peralatan tangkap ikan yang bisa mendeteksi keberadaan ikan sarden. Mereka juga meminta ada riset yang serius untuk mencari tahu mengapa ikan sarden kini sulit didapatkan di perairan di sekitar Banyuwangi.

Dari Pasuruan, sejumlah komoditas pertanian hortikultura buah dan sayur kini dalam tren merosot, seperti mangga, durian, kubis, dan kentang. Bahkan tanaman hias seperti bunga krisan juga susut.

Suherman Rosidi, petani kubis dan kentang di Pasuruan, menyatakan, produksi kubis menurun karena terganggu perubahan iklim. Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Pasuruan yang diolah kabarbisnis.com menyebutkan, jumlah produksi kubis mencapai 50.649 ton pada 2010, mengalami penurunan sebesar 12,21% dari produksi 2009 yang mencapai 57.695 ton

Demikian pula produksi kentang yang menurun dari 67.546 ton pada 2009 menjadi 56.804 ton pada 2010. “Penurunan kinerja produksi kentang ini disebabkan oleh anomali iklim dengan curah hujan yang sangat tinggi dan erupsi Gunung Bromo. Padahal, tanaman kentang sendiri hanya dapat tumbuh dengan baik di ketinggian di atas 600 meter di atas permukaan kaut dengan curah hujan 1.500-5.000 mm per tahun,” jelas Suherman.

Produksi durian di Pasuruan juga susut. Pada tahun 2010 mencapai 41.170 ton, anjlok dibanding produksi 2009 yang mencapai 53.624 ton. Adapun produksi mangga turun dari 79.113 ton menjadi 52.553 ton.

Pasokan solar minim

Dari Lamongan dilaporkan, minimnya jatah solar bersubsidi untuk nelayan membuat para pencari ikan kelimpungan. Para nelayan harus menginap untuk mengantre bahan bakar minyak (BBM). Karena stok yang minim, nelayan juga mengurangi durasi melaut dari empat minggu menjadi dua minggu.

Di wilayah Brondong, Kabupaten Lamongan, jatah 24 kiloliter (KL) solar tiap hari atau sekitar 504 liter per bulan untuk Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) tidak mencukupi kebutuhan sekitar 20 kapal nelayan yang setiap hari mengisi BBM di wilayah ini. SPDN adalah instalasi pengisian solar untuk kapal nelayan di Brondong, Lamongan.

“Karena jatah tidak mencukupi, tiap hari ada saja kapal yang tidak kebagian jatah solar sehingga mereka harus menginap untuk mengantri BBM jatah hari berikutnya,” kata Kepala Perum Prasarana Perikanan Samudra Cabang Brondong, Lamongan, Sunaryo. kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 4475. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim