ilustrasi: bisnis-jatim.com
Keberadaan galangan dalam negeri, khususnya yang ada di wilayah Jawa Timur (Jatim) tidak serta merta membuat pengusaha di wilayah Jatim memilih untuk membeli kapal dari galangan tersebut.
Mereka lebih memilih membeli kapal laut, baik bekas maupun baru dari sejumlah negara karena dinilai biayanya lebih ringan. Kondisi ini terlihat dari besarnya kenaikan impor kapal laut di wilayah Jatim sepanjang Oktober yang mencapai 113%.
“Pada bulan Agustus, impor kapal laut hanya mencapai US$21,726 juta, sementara pada bulan September melejit hingga US$46,277 juta, naik 113%. Kenaikan ini tertinggi dibanding impor berbagai komoditas lainnya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Irlan Jatim, Irlan Indrocahyo, di Surabaya.
Kenaikan terbesar kedua adalah impor komoditas plastik dan barang dari plastik yang mencapai 66,53%, dari US$47,495 juta di bulan Agustus menjadi US$79,094 juta di bulan September. Disusul komoditas besi dan baja yang mengalami kenaikan sebesar 42,36%, dari US$193,479 juta di Agustus menanjak hingga US$ 147,313 juta di bulan September.
“Sementara Mesin dan pesawat mekanik yang selama ini menjadi komoditas impor terbesar mengalami kenaikan sebesar 21,10%, dari US$141,807 juta menjadi US$171,730 juta,”tekannya.
Lebih lanjut Irlan mengatakan bahwa selama periode September, realisasi impor non migas Jatim mengalami kenaikan sebesar 5,77%, dari US$1,389 miliar menjadi US$1,469 miliar.
Berdasarkan negara asal, kenaikan impor terbesar dari negara Vietnam yang mencapai 380%, dari US$12,756 di bulan Agustus menjadi US$61,348 juta di September. Disusul impor dari negara Rusia yang naik 300%, dari US$12,219 juta menjadi US$48,935 juta dan negara Jepang naik 40,25%, dari US$65,154 juta menjadi US$91,379 juta.kabarbisnis.com
