ilustrasi:kabarbisnis.com
Besarnya tingkat konsumsi masyarakat Jawa Timur pada saat puasa dan Lebaran telah memicu naiknya impor barang konsumsi selama bulan Juli yang mencapai 105,25%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Irlan Indrocahyo, mengutarakan, selama bulan Juli, impor barang konsumsi ke Jatim memang mengalami kenaikan yang cukup fantastis. Kondisi ini disebabkan para pengusaha banyak yang melakukan importasi barang untuk persiapan puasa dan Lebaran.
“Memang kenaikannya cukup besar, lebih dari 100%. Dan baru kali ini terjadi kenaikan yang cukup besar untuk impor barang konsumsi,” ujar Irlan, di Surabaya.
Lebih lanjut ia menuturkan, pada bulan Juni, impor barang konsumsi masih dikisaran US$94,265 juta. Pada bulan Juli, naik cukup tinggi menjadi US$193,483 juta.
Sementara impor barang baku dan penolong pada Juli mencapai US$1,829 miliar, naik 13,89% dibanding bulan sebelumnya yang mencapai US$1,606 miliar. Dan impor barang modal justru turun 9,09%, dari US$173,288 juta menjadi US$157,541 juta.
“Jika dilihat dari kontribusinya, impor barang konsumsi mencapai 6,52%, bahan baku dan penolong sebesar 85,30%, dan barang modal sebesar 8,18%,” terang Irlan.
Adapun realisasi impor Jatim dari berbagai negara pada bulan Juli mencapai US$1,592 miliar atau naik sebesar 13,90% dari bulan sebelumnya.
Berdasarkan komoditas yang diekspor, kenaikan terbesar terjadi untuk komoditas kopi, teh dan rempah-rempah yang mencapai 6.367,23%, dari US$1,425 juta di bulan Juni menjadi US$92,175 juta. Komoditas ini menyumbang sekitar 5,79% dari total impor Jatim selama Juli.
Kenaikan terbesar kedua adalah impor komoditas biji-bijian berminyak yang mencapai 243,15%, dari US$15,921 juta menjadi US$54,636 juta. Disusul komoditas baja dan besi yang mencapai 49,53%, dari US$120,952 juta menjadi US$180,863 juta. kabarbisnis.com
