Impor Pangan Naik Dua Kali Lipat

Impor pangan produk pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan di Jawa Timur pada kurun Januari-Juli 2011 naik hampir dua kali lipat dibandingkan kurun waktu yang sama tahun lalu.

Data yang didapatkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, impor pangan mencapai US$ 1,176 miliar atau sekitar Rp 10,554 triliun, dengan volume mencapai 2,270 juta ton, mulai periode Januari-Juli 2011. Padahal dalam kurun waktu yang sama pada 2010 impor ke Jawa Timur sebesar US$ 670,549 juta dengan volume mencapai 1,524 juta ton.

Kepala Bidang Perdagangan Internasional Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur Liri Idham mengatakan komoditas pertanian terbesar yang diimpor adalah jagung sebanyak 706 ribu ton disusul kedelai sebanyak 303 ribu ton. “Apakah impor ini untuk industri atau konsumsi atau untuk kedua-duanya saya kurang tahu,” ujar Liri

ilustrasi: tempointeraktif.com

Selain itu beberapa komoditas yang diimpor adalah biji cokelat, damar dan getahnya, karet, kayu bulat, kayu manis, sayur-sayuran, buah-buahan, lada putih, rempah-rempah, tanaman obat, kopi, teh, dan tembakau. Juga komoditas perikanan dan laut yang diimpor adalah udang, ikan tongkol, kepiting, kerang-kerangan, ikan hias, ganggang laut, dan mutiara.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Timur pada Juli 2011, impor kopi, teh, dan rempah-rempah naik 63 kali lipat dari US$ 1,43 juta menjadi US$ 92,18 juta. Juga impor gandum-ganduman yang naik 24,85 persen dari US$ 123,75 juta menjadi US$ 154,50 juta.

Berbagai impor pangan tersebut berasal dari 90 negara. Terbesar dari Amerika yang mencapai US$ 293,12 juta, naik dari tahun lalu di periode yang sama sebesar US$ 210,24 juta. Kemudian dari Cina, Australia, India, Kanada, Brasil, Jepang, dan Vietnam.

Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Timur Setyo Budi mengatakan Jawa Timur seharusnya terbebas dari impor. "Karena Jatim (Jawa Timur) justru memberikan kontribusi besar terhadap stok pangan nasional," ujarnya.

Ia mencontohkan untuk komoditas beras petani di Jawa Timur memberikan kontribusi sebesar 30 persen terhadap stok pangan nasional, jagung memberikan kontribusi sebesar 25 persen, kedelai berkontribusi sebesar 25 persen, susu ternak berkontribusi 60 persen, dan gula menyumbang 47 persen stok gula nasional. "La kalau sekarang angka impor justru melonjak, itu hal yang aneh," ujar Setyo.

Menurut dia, pemerintah yang seharusnya membuat kebijakan untuk melindungi produk pangan lokal justru menghancurkan produk petani dan peternak lokal. Komitmen pemerintah untuk berpihak pada produk lokal, menurut dia, hanya slogan semata.
"Produk-produk impor melebihi ambang batas toleransi,” ujarnya. Dia menambahkan, “Dan hal ini tidak bisa dibiarkan jika negara ini tidak ingin terjajah produk asing." tempointeraktif.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim