(Mungkin) Tak Ada Lagi Jenazah Dibalsem Sebelum Dikebumikan

Ujicoba pendaratan helikopter. foto: bawean.net

Kabar bahwa masyarakat Pulau Bawean berhari-hari, dan bahkan berminggu-minggu tertahan di Pelabuhan Gresik untuk menunggu penyeberangan pulang selalu saja terulang. Mereka sulit kembali pulang ke Pulau Bawean, bahkan warga Bawean yang meninggal dunia di Pulau Jawa harus mendapat tindakan diformalin atau dibalsem kerena tidak bisa segera dikebumikan di Pulau Bawean.

Permasalahan transportasi menjadi masalah utama bagi warga Bawean baik transportasi dari pelabuhan Gresik ke Pulau Bawean maupun sebaliknya. Sebab sekarang satu-satunya akses ke Pulau Bawean masih harus ditempuh melalui jasa angkutan laut, baik berupa Kapal Muatan Penumpang Dharma Lautan maupun Jetfoil Ekspress Bahari yang jadwal normalnya 3 kali seminggu.

Penyebab penyeberangan penumpang dan barang tertahan terkendala oleh karena cuaca ekstrim  dan gelombang laut Jawa diatas 5 meter. Ironisnya kendala tersebut tidak hanya disebabkan faktor alam saja, namun juga oleh faktor kerusakan kapal atau belum  lagi akibat  faktor perizinan operasional.

Memperhatikan kondisi di atas keberadaan pembangunan lapangan terbang  di Pulau Bawean menjadi sebuah keniscayaan, dan menjadi alternatif untuk memudahkan aksesibilitas ke Pulau Bawean. Hal itu juga akan berdampak pada upaya  pengembangan wilayah karena adanya peningkatan mobilitas manusia dan ekonomi menuju Pulau Bawean, mengingat permasalahan utama di pulau bawean dalam aspek transportasi. Aksesibilitas merupakan faktor yang penting dan dibutuhkan bagi suatu wilayah yang sulit dikembangkan karena kondisi terisolasi. Unsur-unsur kriteria aksesibilitas diantaranya adalah sarana dan prasarana transportasi. Kemudahan aksesibilitas membuat jarak menjadi semakin  pendek dan waktu tempuh lebih efesien, serta  akan memberi peluang terhadap perkembangan perekonomian di Pulau Bawean.

Pembangunan lapangan terbang “Tanjung Ori” Pulau Bawean telah dimulai pada tahun 2007. Lokasi lapangan terbang cukup strategis, yakni di ketinggian bukit menjorok ke laut di atas daya tarik wisata pantai Labuhan. Lokasi tersebut mempunyai pemandangan (view) yang indah baik  ke arah laut, pantai maupun bukit di sekitarnya.  Pembangunan lapangan terbang dengan  “mengepras” bukit untuk membuat landasan pacu (runway) yang direncanakan mempunyai panjang landasan 1.500 meter, sehingga diharapkan bisa didarati oleh pesawat sejenis CN 235, Fokker 28, atau MA60, dan digunakan untuk  melayani rute penerbangan city link Bawean – Surabaya, Bawean – Jogjakarta, atau Bawean – Denpasar.

Menurut Menteri Perhubungan Republik Indonesia, rencananya pembangunan lapangan terbang “Tanjung Ori” Pulau Bawean ini ditargetkan beroperasi tahun 2013 bersamaan beroperasinya sebanyak 12 lapangan udara baru lainnya akan dioperasionalkan diberbagai daerah di Indonesia pada tahun 2013.

Selanjutnya bagaimana prospek  lapangan terbang “Tanjung Ori” Pulau Bawean ke depan? Nasibnya jangan sampai sama dengan lapangan terbang Notohadinegoro Jember dan lapangan terbang Trunojoyo Sumenep yang lebih dahulu diresmikan. Setelah peresmian lapangan terbang dilakukan launching penerbangan perdana, selanjutnya terbengkalai atau kurang berfungsi optimal sebagai lapangan terbang. Ironinya tidak ada aktivitas penerbangan bahkan berubah fungsi karena dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat menjemur hasil bumi seperti padi, jagung dan  tembakau. Yang lebih memprihatinkan lagi, lapangan terbang tersebut juga menjadi arena adu burung merpati dan trek-trekan balapan sepedah motor, sehingga pembangunan lapangan terbang yang menelan biaya puluhan bahkan ratusan milyar menjadi sia-sia.

Pulau Bawean sementara ini masih menjadi “misteri” bagi sebagaian besar masyarakat yang tinggal di Jawa, karena banyak orang  akan keliru setelah melihat secara langsung Pulau Bawean. Sekilas deskripsi Pulau Bawean dapat dijelaskan sebagai berikut: Pulau Bawean masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Gresik letaknya 80 mil atau 120 km sebelah utara Kabupaten Gresik  terdiri wilayah Pulau Bawean dan beberapa pulau kecil disekitarnya yang meliputi wilayah Kecamatan Sangkapura  dan Kecamatan Tambak. Luas wilayah Pulau Bawean sekitar 196,11 Km², terdiri dari 75 % daerah perbukitan dan 25 % daerah dataran, merupakan  daerah yang cukup subur.

Pulau Bawean mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar baik  berupa macam-macam hasil bumi, hasil laut, tambang, daya tarik wisata dan lain-lain. Sedangkan potensi budaya masyarakat Pulau Bawean merupakan produk budaya yang  terbentuk sebagai hasil alkulturasi dari berbagai budaya yang ada di Indonesia, yaitu budaya Jawa, Sumatera (Melayu), Kalimantan, Sulawesi (Bugis), dan Madura. Sebab unsur masyarakat yang ada di Pulau Bawean  heterogen multi etnis, ada etnis : Jawa, Sumatera (melayu), Kalimantan, Sulawesi, dan Madura.

Pengaruh budaya Melayu sangat dominan mempengaruhi budaya masyarakat Pulau Bawean sekarang ini, meskipun hubungan dengan Jawa sudah ada mulai sejak zaman Aji Saka, Mataram Hindu, Mataram Islam, hal ini terbukti dengan adanya makam Doro dan Sembodo 2 (dua) abdi setia Aji Saka, makam Wali Songo Sunan Drajad (versi Bawean), makam Pangeran Purbonegoro, makam Cokrokusumo, namun  pengaruh budaya Jawa tidak dominan atau tidak kuat pada budaya Bawean. Justru pengaruh budaya Melayu sangat dominan mempengaruhi budaya masyarakat Pulau Bawean. Hal ini bisa dilihat dari dialek, kesenian, senandung pantun gurindam, pakaian Baju Teluk Belanga, prosesi kemanten Bawean dan adat istiadat.  Sedangkan kesenian  tradisional yang ada di pulau Bawean, seperti: Tari Mandailing, Hibul (bercerita sejarah Bawean), Jugid, Pencak, dan Kercengan hadrah tradisional Bawean (kitab Berzanji), Selain hal tersebut di  Pulau Bawean ditemukan juga kesenian tradisional khas seperti  Ngaji, maupun terbangan/seni rebana.

Pulau Bawean mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata yang sangat besar,  baik  berupa macam-macam  hasil bumi berupa buah kelapa, kolangkaling, pisang, beras dan lain-lain;  hasil laut berupa : berbagai hasil perikanan tangkapan laut dan rumput laut, tambang batu Onyx, daya tarik wisata alam, budaya, dan minat khusus dan lain-lain. Pulau Bawean terdapat 26 (dua puluh enam) daya tarik  wisata terdiri dari : 1). Daya Tarik Wisata Alam : (a). Sumber Air Panas Kebundaya, (b). Air Panas Taubat; (c). Pulau Noko Selayar, (d). Pulau Gili Timur, (e). Pulau Cina, (f). Pulau Selayar, (g). Pantai Pasir Putih Sukaoneng, (h). Pantai Mayangkara, (i). Pantai Labuhan, (j). Pantai Komalasa, (k). Pantai Tanjung Gaang, (l). Danau Kastoba, (m). Air Terjun Laccar, dan (n). Air Terjun Patar Selamat; 2). Daya Tarik Wisata Budaya : (a). Makam Maulana Sajjid Umar Mas’ud, (b). Makam Pangeran Purbonegoro, (c). Makam Cokrokusumo, (d). Makam Jujuk Campa, (e). Makam Jujuk Tampo, (f). Makam  Waliyah Siti Zainab, (g). Makam Syeh Yusuf, dan (h). Kuburan Panjang; Dan 3). Daya Tarik Wisata Minat Khusus : (a). Penangkaran Rusa Bawean dan Agowisata Salak – Mangga, (b). Sentra Kerajinan Hasil Tambang Batu Onik, dan (c). Sentra Kerajinan Anyaman Tikar Dan Tas Pandan.

Sarana akomodasi pariwisata terdapat terdapat 4 usaha akomodasi yang terdiri dari: 4 hotel/losmen/penginapan, yaitu: Pesanggrahan, hotel Putra Bawean, hotel Intan dan penginapan Sangkapura,  jumlah rumah makan terdapat 4 rumah makan. Terdapat 2 (dua) lembaga keuangan berupa bank yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Jatim. Sedangkan remiten dari warga Bawean yang bekerja diluar negeri yang masuk ke Pulau Bawean yang menurut catatan Bank Jatim sangat besar dibandingkan daerah lainya di  Jawa Timur.

Berdasarkan pembahasan di atas, pembangunan lapangan terbang harus melihat potensi, tuntutan kebutuhan, perekonomian dan kelayakan permintaan pasar suatu wilayah,  keberadaannya tidak bisa dipaksakan untuk dibangun hanya untuk memenuhi ambisi. Keberadaan lapangan terbang “Tanjung Ori” Pulau Bawean menjadi sebuah keniscayaan yang dibutuhkan warga Bawean sebagai alternatif transportasi untuk memudahkan aksesibilitas, karena : 1). adanya kendala alam dan cuaca 2). terbatasnya pilihan sarana dan prasarana  transportasi, dan 3). terjadinya peningkatan mobilitas ekonomi/masyarakat. Sehingga prospek lapangan terbang “Tanjung Ori” Pulau Bawean kedapan sangat baik, hal ini karena adanya permintaan pasar yang berasal dari :   1). Warga  Bawean, 2). Penduduk luar negeri yang berasal dari Bawean, 3). Aktivitas Pelaku Ekonomi, dan 4). Potensi kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara. (R. Widodo Djati Sasongko/Peneliti)

2 Komentar Pembaca

  1. terimakasih atas infonya semoga semakin sukses
    salam
    http://nginepdijogja.blogspot.com/

  2. Mantap bawean
    Semoga tempat wisata indonesia makin maju

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 3487. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim