Kualitas Air Sungai Harus Diselamatkan

Kualitas Air Sungai dibahas dalam Musrenbang Jatim 2014

Air Sungai menjadi sangat penting keberadaannya bagi kota besar. Di Jawa Timur, khususnya di Kota Surabaya, sungai menjadi sumber air minum  yang  belum tergantikan. Sayangnya, sungai yang sangat vital ini – Kali Surabaya – di sepanjang alirannya begitu kotor dan tidak mencerminkan sebagai sumber air minum yang sehat bagi warga Surabaya.

Kali Surabaya dipenuhi sampah. Beragam sampah domestik sangat gampang dijumpai di aliran Kali Surabaya. Sampah plastik, beragam bungkus makanan, bekas minuman kemasan, pampers bayi, tinja, hingga kondom. Barang-barang itu sangat leluasa mengambang di sungai. Tentu fenomena yang sudah menjadi pemandangan sehari-hari ini butuh penanganan yang tidak gampang.

Di Jawa Timur, masalah kualitas air sungai, menjadi bagian dari kerja prioritas Gubernur yang tertuang dalam RPJMD 2014-2019. Tentu ini tidak hanya prioritas untuk Kali Surabaya, tetapi juga sungai-sungai penting di Jawa Timur yang sudah kadung tercemar oleh berbagai limbah domestik dan industri.

Mengingat rumitnya masalah sungai, mengambil momentum Hari Air Sedunia yang jatuh setiap 22 Maret, ratusan aktivis lingkungan dari Konsorsium Lingkungan Hidup, Garda Lingkungan Jatim dan mahasiswa Teknik Lingkungan ITS menggelar acara “Ruwatan Kali Surabaya” di Rolak Gunungsari akhir pekan lalu. Muatan pesan yang disampaikan dengan idiom Jawa oleh para aktivis tersebut jelas, bahwa  air kali surabaya yang merupakan sumber air PDAM dan dikonsumi jutaan masyarakat Surabaya harus segera diselamatkan.

Serangkaian kegiatan Ruwatan Kali Surabaya itu adalah doa bersama untuk keselamatan siapa saja yang menggunakan air minum yang berbahan baku dari Kali Surabaya, tebar benih ikan, tanam bibit pohon, dan gerebeg sampah sungai dengan menggunakan 30 perahu mesin dan perahu karet.

Selain sampah beberapa temuan cukup membuat Kali Surabaya benar-benar Kali yang tidak terurus dengan baik. Di sepanjang Jalan Kebonsari, di pinggiran sungai, ternyata banyak pencucian kendaraan roda dua. Pemandangan ini membuat prihatin Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya Musdiq Ali Suhudi. “Kalau seperti ini, nanti saya akan keluarkan imbauan pada kecamatan untuk bisa membersihkan lokasi ini dari pencucian kendaraan yang  jelas-jelas tidak menggunakan IPAL,” katanya.

Diakui Musdiq kalau saat ini kualitas air Kali Surabaya memang belum bagus. Bahkan, kualitas masih di bawah kelas II. “Kami berupaya agar kualitas air membaik, tapi pemerintah saja tak akan bisa melakukan ini sendirian tanpa bantuan dari masyarakat. Semoga kualitas air yang ada saat ini dapat terus membaik. Kalau sekarang kualitas air masih kelas III bisa segera naik  jadi kelas II atau semoga saja bisa jadi kelas I,” harapnya.

Sementara itu Direktur Konsorsium Lingkungan Hidup Imam Rochani juga menuturkan kalau peringatan Hari Air Sedunia ini dilakukan melalui aksi nyata untuk menyelamatkan Kali Surabaya dengan tanam pohon, tebar ikan, dan gerebeg sampah. “Untuk ruwatan dilakukan doa bersama agar masyarakat dan industri diberikan kesadaran tak lagi membuang sampah dan limbah di sungai. Sungai jangan dijadikan tempat sampah. Sungai lebih bermanfaat untuk kehidupan seperti kebutuhan air minum dan air bersih,” kata Imam.

Melalui ruwatan tersebut Imam sengaja melibatkan aktivis lingkungan dan mahasiswa, seperti ITS, Unair, dan Unesa. “Jangan hanya yang tua-tua saja yang peduli lingkungan. Kami berupaya juga menggandeng generasi muda agar dapat menjadi generasi penerus pelestari lingkungan. khususnya menjaga Kali Surabaya dari sampah dan limbah,” ujarnya.

Dalam kegiatan ruwatan Kali Surabaya ini, juga ada penebaran benih ikan jenis bader dan kutuk.  Benih ikan yang ditebar sebanyak 10 ribu ekor. Sedangkan pohon yang ditanam di bantaran Kali Surabaya adalah jenis mangga sebanyak 100 batang ukuran tinggi 1,5 meter. Selain itu, dalam upaya mengimbau seluruh masyarakat agar ikut menjaga  lingkungan khususnya di bantaran sungai, maka dalam seremoni ruwatan tersebut juga dibentangkan spanduk raksasa. Spanduk ukuran 15×10 meter yang dipasang di pintu air Gunung Sari tersebut bertuliskan “Kali Surabaya Bukan Tempat Buang Sampah dan Limbah.” (tim/sumber: bhirawa online)


Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim