Hewan Potong Jatim Turun 50%

ilustrasi

Posisi Jatim sebagai daerah surplus daging sapi membuat ‘pasar’ tidak mengalami kepanikan seperti daerah lain khususnya wilayah Jabodetabek yang saat ini dihadapkan pada kondisi kelangkaan daging sapi.

Di Jatim, kebutuhan daging segar masih relatif aman, bahkan harga daging saat ini di pasaran tidak semahal daerah lain. “Mana ? Coba dicek ke beberapa pasar. Anda bisa lihat harga daging sekarang mahal,” cetus Ketua Paguyuban Pedagang Sapi & Daging Segar (PPSDS) Jatim, H. Munthowif dikonfirmasi terkait kelangkaan daging sapi di pasaran yang berujung pada mahalnya harga daging.

Menyoal ini, Munthowif menduga, hal itu dikarenakan adanya permainan di program penggemukan sapi di Jatim. Ia menyebut, selain ada indikasi monopoli penggemukan sapi, masalah importasi sapi ke Jatim ikut berpeluang menyebabkan harga daging mahal dan langka.

“Dari pengumpulan data ke 7 kabupaten/kota di Jatim, kami mendapati ada penurunan di RPH (rumah potong hewan, red) mencapai 50%. Ini sudah indikasi namanya,” kata Munthowif.

Berdasar paparan data yang diungkap, diperoleh temuan di Malang Kota ada penurunan sembelihan sapi hingga 30 ekor. Padahal sebelumnya, setiap hari RPH Malang Kota bisa memotong sampai 75 ekor/hari. “Tapi, sekarang cuma bisa memotong 45 ekor tiap hari. Yang di Lawang Malang juga begitu, biasanya bisa 15 ekor, sekarang antara 7-8 ekor sapi potong,” tukasnya.

Perbandingan data setahun lalu itu juga mengungkap, kondisi beberapa RPH di Jatim. Sebut saja, RPH Pegirikan. Rumah potong hewan di Surabaya Utara itu kini hanya memotong sapi tidak lebih dari 130 ekor tiap harinya. “Padahal, tahun lalu Pegirikan bisa memotong sampai lebih dari 230 ekor per hari. Di Kedurus juga begitu. Biasanya 95-100 ekor, sekarang sekitar 60 ekor sapi yang dipotong tiap harinya,” ujar Munthowif.

Munthowif juga tidak menampik, jika harga daging di pasaran melonjak dari yang sebelumnya Rp 60 ribu/kg, kini membengkak bisa mencapai Rp 80 ribu/kg daging segar. Belum lagi, harga daging yang biasanya dikonsumsi pedagang bakso menukik dari Rp 60 ribu/kg menjadi Rp 78 ribu/kg. “Makanya, kami mendorong ketersediaan sapi bakalan di tingkat petani,” ujarnya.

Sebagai perbandingan di Jakarta dilaporkan, harga daging sapi dari kelas medium hingga premium di hipermarket dan supermarket kini menembus Rp 135.000 per kilogram hingga Rp 150.000 per kilogram dari sebelumnya pada bulan Agustus harganya Rp 80.000 sampai Rp 90.000 per kilogram.

Lebih lanjut diungkapkan, pihaknya kerap menerima keluhan dari anggota PPSDS yang tidak memotong sapi dikarenakan persediaan tidak ada. Hal ini memunculkan dugaan banyak sapi Jatim dibawa keluar Jatim dan monopoli penggemukan. “Kami mendapati ada rencana pengiriman 50 ribu sapi Jatim ke Bangka Belitung. Termasuk, banyaknya sapi betina produktif yang dipotong pada bulan Maret-April. Kami jelas-jelas menolak dan akan mogok kerja,” ancam Munthowif di seluler.

Menurutnya, tuntutan dengan aksi mogok kerja itu sudah disepakati melalui rapat anggota PPDS seluruh Jatim. Hasil dari rapat konsolidasi PPDS Jatim yang dihadiri anggota dari Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Malang, Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya menyepakati, selama seminggu akan mogok bersama pada Sabtu (24/11) depan. Sebelumnya, PPDS Jatim akan melakukan sosialisasi ke semua pedagang hingga tingkat pengecer atau rengkek. “Kalau memang masih buntu, kami akan gelar lebih besar. Kami juga akan demo ke Gubernur,” tandasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Peternakan (Kadisnak) Jatim, Maskur membantah jika kondisi daging segar mengalami kelangkaan. Ia menyebut, Jatim masih surplus dan pasokan ternak dan kebutuhan daging masih cukup aman dan tidak ada gejolak. “Kami berkontribusi 32% terhadap kebutuhan daging secara nasional,” cetus Maskur terpisah.

Ia mengungkapkan, populasi ternak Jatim untuk sapi sekitar 4,8 juta ekor yang tersebar di berbagai daerah di Jatim. Sedangkan untuk kambing sebanyak 2.830.915 ekor, dan domba senbayak 942.915 ekor. “Itu belum termasuk daging ayam, yang boleh saya katakan aman,” kelitnya.

Menurut Maskur, Jatim masuk katagori lumbung ternak dan merupakan daerah penyumbang atas pemenuhan kebutuhan hewan ternak maupun daging. Meski demikian, Maskur mengakui, jika harga daging, khususnya daging sapi masih fluktuatif di berbagai daerah di Jatim. “Tapi, kebutuhan daging di Jatim masih terpenuhi dari pasokan ternak lokal. Malah, sisanya sempat kami kirim keluar seperti Jakarta atau keluar pulau. Jatim aman !” seru Maskur.

Bahkan, ia mengungkapkan, daerah-daerah di Jatim yang memiliki populasi hewan ternak besar seperti Ngawi, Sumenep, Mojokerto, Lumajang, Probolinggo dan daerah-daerah lainnya. Dari daerah-daerah tersebut, mayoritas para peternak baik sapi maupun kambing, 90% adalah peternakan rakyat. “Pengelola peternakan seperti perusahaan, hanya 10 persen hingga 20 persen saja. Yang pasti, kebutuhan daging dan ternak di Jatim pemasok terbesar adalah Sumenep,” katanya.

(Sumber: Surabaya Post Online)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim