Jatim Baru Dapat Tambahan Gas di 2014

ilustrasi

Defisit gas di Jawa Timur (Jatim) terus membayangi. Lamanya proses eksploitasi disertai dengan banyaknya kendala yang kerap terjadi, diperkirakan Jawa Timur baru akan mendapatkan pasokan gas paling cepat di tahun 2014.

Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) Perwakilan Jawa, Bali dan Nusatenggara, Elan Budiantoro mengatakan, saat ini, kebutuhan gas di wilayah Jatim mencapai 900 juta kaki kubik (mmscfd) per hari, sementara yang bisa dipenuhi hanya dikisaran 500 mmscfd. Itu pun dengan perhitungan penambahan suplay gas yang dari PT Kangean Energy Indonesia sebesar 300 mmscfd yang mulai dialirkan per akhir Mei 2012.

“Jadi masih ada defisit sekitar 400 mmscfd. Dan Jatim baru bisa mendapatkan tambahan suplai gas lagi ketika lapangan BD di Selat Madura yang dikelolah oleh PT Husky Energi dan lapangan Bukit Tua di Blok Ketapang yang dikelola oleh Petronas Carigali mulai berproduksi. Itu kami perkirakan paling cepat pada tahun 2014,” tegas Elan Budiantoro di Surabaya.

Elan menerangkan, dalam Plan of Development (POD) yang telah disepakati, lapangan BD akan berporduksi sekitar tahun 2013 hingga 2014 sementara lapangan Bukit Tua akan berproduksi pada tahun 2014. Namun pada kenyataannya, seringkali target tersebut molor karena banyaknya kendala, utamanya kendala sosial masyarakat yang kerap tidak setuju dan kendala pembebasan lahan.

“Kalau lebih cepat dari POD sepertinya tidak mungkin, karena memang dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi sering mendapatkan tentangan dari masyarakat. Sehingga kondisi tersebut seringkali mengakibatkan produksi mundur dari target. Untuk itu, kami sangat berharap masyarakat mau mengerti dan memahami pekerjaan ini karena sebenarnya produksi migas untuk kepentingan bersama,” ujarnya.

Terkait produksinya, Elan mengatakan untuk lapangan BD dikisaran 150 mmscfd, sementara lapangan Bukit tua sekitar 40 mmscfd hingga 50 mmscfd. Sehingga tambahan gas nantinya akan mencapai sekitar 400 mmscfd.

Selain dari kedua lapangan tersebut, sebenarnya ada beberapa wilayah yang memiliki potensi gas. Namun hingga detik ini PODnya masih belum ditentukan, diantaranya Jimbaran dan Tiung Biru yang ada di wilayah Bojonegoro.

“Padahal kebutuhan gas terus bertambah seiring dengan besarnya pertumbuhan ekonomi, utamanya di sektor industri di Jatim. Untuk itu, perlu alternatif penyelesaian yang tepat,” tegasnya.

Ia menandaskan, agar defisit bisa diatasi, harusnya Jatim berupaya menarik investor atau pengusaha, baik lokal maupun asing untuk membangun unit regasifikasi agar kebutuhan gas tak hanya mengandalkan gas pipa. Dengan regasifikasi, Jatim akan bisa mengimpor LNG yang kemudian diolah menjadi gas uap kembali.

“Walaupun harganya relatif lebih mahal dibanding gas pipa, namun harga gas LNG ini jauh lebih murah dan lebih bersih dari minyak. Kalau sekarang gas pipa harganya dikisaran US$7 per mmbtu hingga US$10 per mmbtu, gas yang dikelolah dari LNG dikisaran US$15 per mmbtu hingga US$21 per mmbtu. Sementara harga minyak dikisaran US$78 per barrel,” ujarnya.

Alternatif kedua yaitu dengan memaksimalkan potensi geotermal yang dimiliki, karena potensinya di Jatim juga cukup besar. kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 8282. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim