Pemukiman Ambles, Pekot Surabaya dan BBWS Lepas Tangan

ilustrasi: surbayapost.com

Hingga hari ini, Kamis (12/1) amblesnya Jalan Lasem RT 14/RW 4 Bangunsari, Demak sepanjang 200 meter dengan kedalaman sekitar 2,30 meter membuat warga khawatir karena potensi terjadi longsor susulan. Pasalnya, di Januari ini Surabaya diprediksi mengalami puncak musim hujan sehingga potensi longsor makin tinggi.

Pakar tata kota pun merekomendasikan agar kawasan tersebut dikosongkan. Sayangnya pihak terkait pemerintah misalnya–Pemkot Surabaya dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas—malah saling angkat tangan dengan alasan bukan wilayahnya (aset pemerintah pusat,Red). Sementara, Pertamina–sebagi pihak yang memiliki pipa BBM di titik itu–juga mengaku masih menunggu hasil analisa lapangan.

“Harusnya memang tidak boleh ada permukiman. Itu acuan peraturan penataan ruang di dekat sungai dan waduk,” kata pengamat Tata Ruang Kota asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Haryo Sulistyarso dihubungi, Kamis (12/1). Undang-undang yang dimaksud adalan UU No 26/2007 tentang Penataan Ruang.

Menurut aturan semestinya daerah waduk tidak diperkenankan menjadi lahan hunian. Menurutya, ada radius tertentu yang menjadi pijakan untuk ditempati sebagai lokasi permukiman. “Paling tidak dalam jarak minimal 25 meter atau maksimal 50 meter dari sempadan tidak boleh ada sesuatu. Itu jelas di undang-undangnya. Sekitar bozem harus difungsikan sebagai lahan hijau,” kata Haryo. Sekadar diketahui, jarak hunian di kawasan Lasem dengan waduk hanya 3-5 meter saja.

Itu teranalisa dari amblesan yang dimungkinkan terus bergerak seiring dengan kelayakan struktur tanah di lokasi tersebut. Bahkan mungkin, pergerakan amblesan akan merembet ke lokasi permukiman dengan kecepatan yang tiba-tiba bergerak sesuai dengan kondisi.

Meski belum menjadi sebuah kesimpulan, namun analisa pakar menyebut, kawasan bekas sampah itu sangat mudah menjadi resapan air dari bozem. Dengan interusi atau air yang meresap tersebut akan menggemburkan tanah dibawah permukaan padat.

“Memang belum konklusi,. Tapi, kalau kami cermati ada 3 kemungkinan yang bisa menyebabkan amblesan. Karena beban berat, hujan dan resapan dibawah permukaan air,” kata pakar Geologi Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS), Prof. Ir. Indrasurya Mochtar mengomentari pergerakan tanah yang memanjang hingga mencapai 500 meter dengan kedalaman tidak kurang dari 3,5 meter dari permukaan tanah, Kamis (12/1) pagi tadi.

Menurutnya, dari ketiga unsur tersebut, yang paling mungkin bisa dijadikan penyebab adalah permukaan air yang turun drastis. Pasalnya, dalam lapisan tanah keras di permukaan, terdapat lahan gembur di bagian paling bawah.

“Yang kemungkinan dikarenakan air yang meresap. Kalau karena beban berat, seperti dilewati truk atau alat berat sangat tidak mungkin. Hujan juga bukan menjadi penyebab. Tapi analisa kami lebih dikarenakan permukaan air yang turun yang kemudian menyeret tanah disebelahnya,” tutur Indrasurya.

Indra juga mengingatkan, jika tidak segera dilakukan pembenahan maksimal akan berakibat lebih fatal dan membahayakan warga di permukiman. Apalagi, timbunan pipa minyak bertekanan tinggi milik PT Pertamina yang berada di bawah sepanjang rekahan. “Yang pertama, Pertamina harus stop dulu. Ini berbahaya bagi warga kalau rekahan itu menimbulkan gesekan pada pipa hingga berakibat kebocoran,” ingatnya.

Ditambahkan Haryo, seharusnya pemerintah lebih jeli dan memahami tentang fungsi pengalihan lahan sebelum menjadikan lokasi tersebut sebagai wilayah hunian. Selain itu, dukungan data teknis tentang kondisi bawah masih bersifat makro. “Apalagi datanya masih lemah dan tidak detil,” kata Haryo.

Ia juga mengritisi, keberadaan pipa PT Pertamina yang ditimbun di lokasi padat penduduk tersebut. Meski demikian, ia tidak menampik, jika PT Pertamina sudah melakukan kajian sebelum memasang pipa minyaknya. “Tapi, mungkin data milik Pertamina lemah, atau mungkin terjadi anomali saat meneliti kondisi bawah tanah,” tuturnya.

Terpisah, DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota (pemkot) bergerak cepat untuk mengatasi adanya jalan ambles Jalan Lasem itu. Anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Surabaya Herlina mengatakan meski daerah tersebut kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) karena tanah yang ambles di sekitar Bozem Morokrembangan, Pemkot Surabaya tetap harus ikut mengatasi persoalan tersebut karena masuk wilayah Surabaya.

”Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) harus mengambil langkah cepat dengan membuat kisdam atau pager beton supaya tanah tidak bergeser atau bergerak,” kata Herlina usai sidak di lokasi kejadian.

Selain itu, lanjut dia, di sekitar lokasi kejadian juga ada pipa milik Pertamina yang tentunya membahayakan jika amblesnya jalan itu tidak segera diatasi. “Secepatnya pihak Pertamina diajak koordinasi terkait hal ini,” ujarnya.

Menurut dia, selain jalan ambles yang di police line juga ada jalan lain yang pavingnya sudah terlihat mulai ambles. “Jika ini dibiarkan tentunya akan membahayakan warga lain. Paling tidak warga di sekitar lokasi perlu direlokasi atau tidak untuk mengantisipasi warga,” katanya.

Sementara Tri Rismaharini Walikota Surabaya mengatakan, karena lahan yang ambles itu milik BBWS maka pemkot tidak akan ikut campur. Pemkot hanya mendesak Pertamina dan BBWS untuk segera mengembalikan kondisi tanah yang ada di Morokrembangan itu.

Menurut Risma, kontrak penggalian tanah untuk pipa Pertamina di Kawasan Bozem hanya dilakukan Pertamina dan BBWS dan Pemkot Surabaya tidak pernah dilibatkan. Jadi, masalahnya diserahkan kepada dua lembag itu.

Sementara Bakesbang Linmas Pemkot yang juga koordinator penanganan bencana alam di Surabaya juga ikut membahasnnya. Kepala Bakesbang Linmas Pemkot Soemarno mengatakan, pemkot mendesak Pertamina dan BBWSB agar segera menyelesaikan masalah tersebut. “Hasilnya sudah ada dan memang tanggungjawab dua lembaga itu,” jelas dia.

Kasi Perencanaa Operasi dan Pengawasan BBWS Brantas Dwi Ali mengatakan pihaknya sesudah memantau langsung kondisi yang ada di Jalan Lasem – Morokrembangan. Menurut Dwi tanah yang ambles di sekitar Bozem Morokrembangan itu merupakan aset pemerintah pusat. Untuk itu tanggung jawab sepenuhnya pemeliharaan dan pengawasan dilakukan BBWS Brantas.

Sebelum mengambil langkah teknis dilapangan BBWS akan koordinasi dengan semua instansi yang berkepentingan di antaranya Pertamina yang memiliki jaringan pipa minyak di lokasi tanah yang ambles.

Selain itu BBWS Brantas juga akan berkoordinasi dengan Dinas PU Pemprov Jawa Timur dan PU Pemkot Surabaya untuk mengantisipasi kemungkinan longsor susulan di sepanjang kawasan Bozem Morokrembangan yang terus mengarah ke jalan tol Perak arah Waru.

BBM Aman

Terkait amblesnya tanah di jalan lasem RT 14 RW 4 Bangun Sari Demak Surabaya,PT Pertamina persero rupanya enggan memberi komentar apa penyebab hal tersebut. Asst Manager External Relation Pertamina, Eviyanti Rofraida Kamis (12/1) pagi tadi menyatakan pihaknya masih belum mau berkomentar lebih dalam.

“Yang pasti penyebab amblesnya tanah yang berada di jalan Lasem tersebut masih akan kita telusuri, hari ini tim teknis dan beberapa instansi terkait akan datang ke sana untuk meninjau area tersebut dan mencari tahu apa penyebabnya ” tandasnya.

Tim teknis dari Pertamina sendiri akan melakukan pemeriksaan mengenai kemungkinan kerusakan pada jalur pipa BBM. Dan untuk mengutamakan aspek keamanan Pertamina telah menghentikan proses pemompaan yang ada di sana.

Selanjutnya, Evi pun menerangkan bahwa terkait amblesnya tanah yang ada di jalan Lasem tidak sampai menganggu stock BBM di Jawa Timur. Saat ini di Terminal BBM Surabaya Group terdapat 24.700 kl Premium dan 29.500 kl Solar. Penyaluran rata-rata dari Terminal BBM Surabaya Group, untuk Premium sebesar 6.200 kl/hari dan Solar 4.500 kl/hari.

“Saat ini di perkirakan di dalam pipa sepanjang 139 km tersebut masih ada sisa Premium sebanyak 16.000 kl. Karena proses pemompaan telah dihentikan, kondisi di dalam pipa saat ini tidak bertekanan. Pipa BBM dengan diameter 16 inch tersebut, didesain untuk menahan tekanan hingga 600 psi “tandasnya.

Sementara itu sebagai antisipasi pemenuhan kebutuhan BBM, Pertamina menyiapkan alternatif suplai melalui kapal tanker ke Terminal BBM Surabaya Group

Lebih lanjut Evi menjelaskan bahwa selama ini keberadaan pipa Pertamina yang ada disana aman – aman saja. apabila Pertamina terbukti adalah penyebab amblesnya tanah tersebut pihaknya siap untuk memberikan ganti rugi kepada warga sekitar.

Perlu diketahui pipa BBM yang berada di kawasan tersebut menghubungkan TBBM Tuban dengan TBBM Surabaya Group di Tanjung Perak. Saat kejadian, sedang dilakukan pemompaan Premium sebanyak 40.000 kl dari TBBM Tuban. surabayapost.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim