Perputaran roda ekonomi di Pelabuhan Pasuruan, Jawa Timur, mengalami kemunduran sejak enam tahun terakhir. Banyak pengusaha penyewaan gudang yang berangsur-angsur gulung tikar. Hal ini disebabkan menurunnya volume bongkar muat di pelabuhan tersebut, misalnya, hanya ada empat kapal layar motor (KLM) yang sandar di dermaga dan melakukan kegiatan bongkar garam. Jika dibandingkan kondisi 6 tahun yang lalu, dalam sehari ada puluhan KLM yang bongkar muat.
“Untuk saat ini, dalam seminggu lebih kurang 8 KLM yang bongkar, itu pun hanya mengangkut garam. Kalau dulu perimbangannya ada pengusaha kayu, maka saat ini hanya satu-dua KLM yang bongkar kayu di pelabuhan,” kata Syaifullah, mantan pengusaha kayu era tahun 2000.
Hal senada terungkap dari Fatimah yang juga pernah menggeluti bisnis penyewaan gudang. Gudang yang disewakannya kini kosong melompong. Dampak sepinya pelabuhan bukan hanya dirasakan Fatimah. Pekerjanya pun mengalami penurunan pendapatan, termasuk kuli bongkar muat.
“Kini saya sudah tidak berkegiatan (usaha) lagi. Ya karena penurunan drastis jumlah KLM yang bongkar di Pelabuhan Pasuruan. Para pekerja bongkar muat pun sekarang banyak beralih pekerjaan,” ujar Fatimah.
Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan Ismail mendukung penuh upaya pengelolaan sejumlah insfraktur di kawasan Pelabuhan Pasuruan, meliputi jalan dan penerangan jalan umum, yang dilakukan oleh Pemkot Pasuruan, untuk lebih menghidupkan suasana Pelabuhan Pasuruan agar tidak tampak “mati suri”.
“Beberapa waktu lalu pemerintah kota di sini sudah menandatangani MOU dengan Pelindo III, terkait pengelolaan pelabuhan. Pemkot berencana menciptakan kegiatan di lokasi pelabuhan, seperti pasar kaget dan lain sebagainya. Semoga pada masa mendatang daratan pelabuhan menjadi lebih meriah, terutama juga untuk menunjang PAD Kota Pasuruan,” tandas Ismail. kompas.com