Pasuruan Macet 12 Jam

ilustrasi: satlantas.pasuruan.biz

Jalur lintas Jawa-Bali macet sekitar 12 jam akibat genangan banjir di wilayah Ngopak, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (2/4). Arus lalu lintas tidak bisa dialihkan karena jalan itu merupakan satu-satunya jalur yang menghubungkan Pasuruan dan Probolinggo, khususnya untuk mobil.

Menurut keterangan yang dikumpulkan Kompas, hujan deras mengguyur Pasuruan, khususnya kawasan lereng Gunung Pananjaan, sejak Sabtu dini hari. Akibat kiriman dari kawasan hulu, Sungai Ngopak meluap hingga ke jalan negara tersebut setinggi sekitar 60 sentimeter dan panjang sekitar 700 meter. Banjir juga merusak badan dan bahu jalan sehingga bukan hanya lapisan aspal yang mengelupas, tetapi juga menimbulkan kubangan.

Pengendara tidak berani melintas karena arus air cukup deras dan banyak lubang di badan jalan. Sejumlah mobil yang mencoba menerobos malah mogok sehingga menambah kemacetan arus lalu lintas sekitar empat kilometer dari kedua arah. Arus lalu lintas mulai terurai sekitar pukul 09.00 ketika genangan air mulai surut. ”Saya harus menunggu tiga jam untuk bisa lewat, soalnya saya khawatir motor saya mogok,” kata Nastain, warga Rembang, Pasuruan, yang hendak ke Probolinggo.

Walau banjir di Ngopak kali ini bukan yang pertama pada musim penghujan tahun 2011, sejumlah warga setempat menilai ini yang terbesar. ”Arusnya cukup deras, membawa lumpur sehingga warnanya keruh sekali,” ujar Faisal, warga Ngopak.

Banjir ini diduga karena terjadinya kerusakan hutan di lereng Gunung Pananjaan sisi utara akibat penebangan liar dan pembukaan lahan pertanian tanpa mengindahkan konservasi. Dugaan itu diperkuat dengan adanya cabang-cabang kayu bekas tebangan yang terbawa arus maupun kandungan lumpur di air banjir tersebut.

Lebih dari 50 kasus

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif menyatakan, selama tiga bulan terakhir tercatat lebih dari 50 kasus bencana di Indonesia, termasuk banjir, tanah longsor, dan erupsi sejumlah gunung berapi. Ia meminta agar penanganan bencana dilaksanakan secara terintegrasi dan terkoordinasi, mulai dari strategi dan manajemen penanganan bencana, kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga rehabilitasi serta konstruksi pascabencana. Kemarin, Syamsul menyerahkan bantuan Rp 200 juta terkait banjir luapan Kali Lamong di Gresik, Jawa Timur.

Akibat luapan Kali Lamong selama 10 hari sejak 23 Maret lalu, kerugian yang ditimbulkan Rp 37,546 miliar. Luberan Kali Lamong sedikitnya menggenangi 10.365 rumah yang dihuni 32.049 jiwa. Luapan Kali Lamong juga menerjang 2.478 hektar sawah, 4.480 hektar tambak, 66,457 kilometer jalan desa, dan 11,55 kilometer jalan poros desa.

Dampak luapan Bengawan Jero di Kabupaten Lamongan menimbulkan kerugian Rp 14,6 miliar. Banjir menggenangi 45 desa di tujuh kecamatan, yakni Turi, Glagah, Karangbinangun, Deket, Modo, Kalitengah, dan Lamongan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lamongan Sony Harsono menyebutkan, 3.300 rumah dan 7.330 hektar sawah tambak terendam. Banjir juga menggenangi jalan desa dan sejumlah fasilitas pendidikan. KP

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim