Pantura Lumpuh, Rp 3,5 M Hanyut

ilustrasi: koransuroboyo.com

Jalur poros utama Surabaya-Tuban atau biasa disebut jalan Pantai Utara (Pantura), sejak Minggu (27/3) hingga Senin (28/3) siang tadi masih lumpuh total. Ruas jalan sepanjang 2 kilometer di Ambeng-ambeng, Watangrejo dan Tirem Enggal, Kec Duduksampeyan tergenang luapan Kali Lamong. Diprediksi, banjir makin meluas karena debit air Bengawan Solo yang melintasi Kec Bungah pagi ini bertambah tinggi.

Kemacetan sepanjang 8 kilometer lebih pun tak terhindari. Kondisi lalu lintas makin parah karena ada perbaikan jembatan Sembayat di Kec Bungah. Diperkirakan, kerugian sedikitnya Rp 3,5 miliar dialami akibat kerusakan infrastruktur dan gagal panen lahan tambak dan sawah.

“Hingga pagi ini, jalur Gresik – Lamongan masih macet akibat banjir,” kata AKP Satria Permana, Kepala Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Gresik, siang tadi. Kemacetan terjadi hingga 8 kilometer, mulai dari Terminal Bunder hingga Desa Palebon Kecamatan Duduksampeyan.

“Banjir menggenangi badan jalan, mulai dari Desa Watangrejo hingga Tebaloan dengan ketinggian air sekitar 20 centimeter, kendaraan berjalan lambat, sehingga terjadi kemacetan ini. Ditambah lagi terjadi penyempitan jalan di Desa Duduksampeyan, ” katanya.

Selain itu, lalu lintas juga macet karena warga mencari ikan-ikan di jalan yang lepas dari tambak warga setempat. Untuk mengantisipasi, Satria Permana mengalihkan kendaraan dari arah Surabaya menuju ke Lamongan lewat Daendles, Kec Manyar. Sebaliknya, dia juga meminta bantuan dari Polres Lamongan untuk mengalihkan kendaraan dari Lamongan melewati jalur Daendles.

“Kemacetan semakin parah dibandingkan dengan kemarin karena hari ini volume kendaraan bertambah padat, karena hari ini hari aktif sedangkan kemarin masih libur, masyarakat hari ini kembali bekerja, sekolah, atau lainnya,” terangnya.

Pengalihan dari jalur Duduksampeyan ini, ternyata mengakibatkan kemacetan baru di jalur Daendles. Di jalur pantura, tepatnya di Kecamatan terjadi antrean sepanjang 2 kilometer karena jalur harus buka-tutup lantaran ada perbaikan Jembatan Sembayat, Bungah. “Mulai kemarin hingga hari ini, ruas jalan di Kecamatan Bungah macet. Volume kendaraan semakin padat karena arus lalu lintas yang semestinya menuju atau dari Lamongan melewati Duduksampeyan, sekarang dialihkan ke pantura. Sedangkan di sini saat ini sedang ada perbaikan jembatan. Jadi pengendara harus bergantian melintasi jembatan Sembayat ini,” kata Darmawan, Camat Bungah.

Hingga saat ini, wilayah Bungah masih aman dari banjir, kendati demikian Darmawan mengungkapkan jika pihaknya terus warpada, karena debit air di Bengawan Solo yang melintasi Kecamatan Bungah naik. “Kami terus bersiaga, tapi mudah-mudahan tidak tidak terjadi banjir,” ujarnya.

Jika di jalur Gresik utara, terjadi kemacetan, di wilayah Gresik selatan, tepatnya di Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, Cerme lumpuh total. Warga tidak lagi bisa beraktifitas karena air di jalan saja sudah setinggi 60 centimeter.

“Hingga air banjir di Kecamatan Cerme belum juga berkurang, padahal banjir di Cerme terjadi mulai Jumat (25/3) lalu. Saat ini aktifitas warga terganggu, banjir di jalan raya Cerme saja saat ini setinggi paha orang dewasa,” kata AKP Udin Syafrudin, Kapolsek Cerme.

Terpaksa, tambahnya, jalan menuju ke wilayah selatan dialihkan malalui Duduksampeyan, tapi ternyata di sana juga banjir dan terjadi kemacetan yang luar biasa pagi ini. Sedangkan pengendara dari Benowo Surabaya, juga ditutup. Jadi satu-satunya jalur cukup aman menuju ke Lamongan dari Surabaya adalah melalui Daendles, meskipun terjadi kemacetan di Jembatan Sembayat.

Lumpuhnya wilayah Gresik selatan, termasuk Kecamatan Cerme juga dibenarkan oleh Bambang Wibisono, Camat Cerme. “Hingga pagi Cerme masih banjir, ada 17 Desa yang masih tergenangi,” tandasnya.

Terkait kerugian, Bambang belum bisa memastikan, tapi dia memperkirakan banjir terparah di tahun 2011 ini mengakibatkan kerugian sekitar Rp 3,5 miliar, mulai dari kerusahan infrastruktur, tanaman, dan tambak-tambak yang rusak.

Sementara itu, Ahmad Dahlan, Ketua Himpunan Budidaya Ikan di Kabupaten Gresik meminta pemerintah segera melakukan upaya antisipasi banjir ini, karena kondsi ini tiap tahunnya bisa mencapai belasan kali. “Para petambak di wilayah Gresik selatan, mulai dari Balongpanggang, Benjeng, Cerme, dan Duduksampeyan seringkali mengalami gagal panen atau kerugian gara-gara banjir yang rutin terjadi tiap tahun. Jika pemerintah tidak tanggap, masyarakat, para petani tambak yang merasakan kerugiannya,” tandas Dahlan.

Untuk banjir kali ini dia mengaku belum menerima data pasti berapa luas tambak yang tergenang, namun dia memperkirakat luas tambak di empat kecamatan tersebut menapai ratusan hektar. “Kerugian petani tambak untuk banji kali ini sedikitnya setengah miliar rupiah,” ujar Dahlan.

Lebih lanjut dia menjelaskan jika petani tambak di Gresik selatan rata-rata melakukan budidaya nila, patin, gurami, vaname, dan bandeng. Mulai Minggu kemarin hinggs pagi tadi, ratusan warga di Desa Watangrejo Kecamatan Duduksampeyan berebut ikan bandeng di jalan-jalan yang lepas dari tambak. Tidak jarang pula mereka mengganggu arus lalu lintas.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Gresik, Agus D Walujo mengatakan jika banjir di Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, dan Cerme sedikitnya menenggelamkan 200 hektar tanaman padi. Untuk banjir di Duduksampeyan, dia mengaku belum menerima datanya.

Namun dia memastikan, kalau petani yang tanamannya rusak lantaran banjir kali ini tidak akan mendapatan bantuan dari pemerintah karena usia tanamannya masih kurang dari satu bulan. “Rata-rata tanaman padi yang tergenang banjir berusia 20 hari, padahal aturannya tanaman padi baru tercatat oleh pemerintah setelah berusia satu bulan. Jika belum terdokumentasi bagaimana mungkin kita melaporkan terjadi kerusakan. Jadi pemerintah tidak bisa memberikan bantuan kepada petani yang tanamannya kurang dari satu bulan,” ujarnya. Akibat dari banjir ini, diungkapkannya, menurunkan produksi padi di kabupaten Gresik sekitar 1,3 persen dari target produksi tahun 2011 sebesar 349.915 ton.

Total desa yang tergenang banjir di Kabupaten Gresik ada 37 desa, di Kecamatan Balongpanggang ada 8 desa, Benjeng 9 desa, di Kecamatan Cerme ada 17 desa. Mulai Minggu (27/3) banjir meluas ke tiga desa di Kecamatan Duduksampeyan, yaitu di Desa Watangrejo, Tirem, dan Tebaloan.

Pemprov Jatim sendiri mengaku tak bisa berbuat banyak. Menurut Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur Gentur Sandjojo Prihantono jalan yang tergenang di Gresik akibat meluapnya Sungai Lamong adalah jalan nasional, sehingga kewenangannya berada di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) V untuk wilayah Jawa Timur. Pemprov mengatakan hanya bisa meningkatkan koordinasi dengan BBPJN V agar jalan segera diperbaiki.

Surabaya Siaga Merah

Terkait banjir, permukiman di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) kali Surabaya mulai Karangpilang hingga Wonorejo sejak, Minggu (27/3) ditetapkan sebagai daerah merah atau daerah siaga bencana. Penetapan siaga merah menyusul intensitas hujan yang tinggi selama 3 hari terakhir dan membuat debit air di Kali Surabaya meningkat.

”Kali Jagir statusnya siaga merah karena airnya penuh,” terang Soemarno penanggung jawab Posko Surya 10 dan selaku Sekretaris Harian Satkorlak Penanggulangan Bencana Surabaya, Senin (28/3).

Menurutnya, meluapnya sungai dipicu tingginya curah hujan. Bahkan ketinggian air sudah menyentuh ujung tertinggi tanggul yang berimbas pada terjadinya rembesan di tanggul. Pemukiman yang dinyatakan merah di antaranya, Kelurahan Warugunung Kecamatan Karangpilang, Jambangan (sisi selatan), bantaran Kali Bratang Kecamatan Wonokromo, hingga Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut (sisi selatan sungai) dan Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo (sisi utara sungai) ditetapkan sebagai daerah merah. Bahkan dari pemukiman kategori merah tersebut sudah terjadi genangan setinggi 30-60 sentimeter.

Selain itu, sejak 3 hari lalu pintu air di Kecamatan Mlirip Mojokerto sudah ditutup. Dampaknya, aliran Kali Marmoyo di Kecamatan Kabuh dan Ploso Kabupaten Jombang, kali Kemlagi dan Gedeg Mojokerto, Kali Tengah di wilayah Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik, Kali Kedurus (Kali Surabaya) di Karangpilang yang tidak memiliki pintu air meluap.

”Karena tidak memiliki pintu air, akibatnya airnya tidak bisa dibendung, akhirnya air dari kali tengah masuk Kali Surabaya dan ke kali Surabaya di Jagir dan mengarah terus sampai ke muara Wonorejo. Sedangkan titik luapan juga terpantau di bantaran di Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo,” terangnya.

Pria yang juga Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang Linmas) Pemkot Surabaya ini menambahkan, sejak 3 hari lalu Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Jatim sudah meninggikan tanggul 1 meter di wilayah Wonorejo Rungkut. Warga juga membantu, memanfaatkan karung plastik berisi pasir. Namun rembesan dan luapan tetap saja terjadi.”Di Kelurahan Sumberejo Kecamatan Benowo sudah didirikan posko dilengkapi dapur umum untuk memasak konsumsi warga. Perahu karet dan sarana transportasi untuk mengevakuasi warga juga disiapkan,” paparnya. SP

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2065. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim