Keputusan Strategis Itu Memotong Rantai Distribusi yang Panjang

Menteri Pertanian RI dan Gubernur Jatim mengecek kualitas beras. foto/ist

Memotong tata niaga yang panjang itu perlu. Perlu juga terobosan yang signifikan. Maka keberadaan Toko Tani Indonesia (TTI) yang di lounching Kementerian Pertanian RI merupakan terobosan dan keputusan sangat strategis. Keberadaan Toko Tani Indonesia bisa menjadi alternatif dalam mengatasi fluktuasi harga bahan pokok di masyarakat. Demikian Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, mengapresiasi acara Launching Toko Tani Indonesia, Senin (27/6).

Konsep TTI, menurut Soekarwo, dirancang untuk memperpendek rantai distribusi. Menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan sehingga terjangkau konsumen serta melindungi petani Indonesia. Konsep TTI ini juga harus didukung dengan konsistensi antara Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dan Menteri BUMN, juga BULOG, sebagai baperstock, sehingga mereka harus langsung beli ke Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Bukan membeli di mitra karena mitra adalah bentuk baru perpanjangan tata niaga.

Kepada Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, Pakde Karwo juga melaporkan, capaian kinerja Jawa Timur di bidang pertanian diantaranya ketersediaan beras di Jawa Timur sebesar 8,485 juta ton. Kebutuhan beras sebesar 3,545 juta ton. Surplus 4,94 juta ton. Surplus ini mampu mencukupi kebutuhan penduduk Indonesia sebanyak 43,3 juta jiwa dengan konsumsi beras nasional 114 kg/orang tiap tahun.

Konsumsi beras di Jawa Timur sendiri sebesar 91,26 kg/orang tiap tahun, bahkan ada kecenderungan turun menjadi 88 kg/orang tiap tahun, yang berarti diversifikasi makanan naik dan income naik.

Sementara produksi jagung di Jawa Timur sebanyak 6,038 juta ton dengan rincian, untuk konsumsi 171.706 ton dan pakan ternak 2,462 juta ton sehingga surplus 3,403 juta ton. Untuk produksi kedelai di Jawa Timur sebanyak 350.066 ton, dan konsumsi 397.022 ton, sehingga defisit 46.956 ton. Untuk kedelai memang defisit, tapi 39 persen produk kedelai nasional berasal dari Jawa Timur, jadi secara keseluruhan kondisi pangan Jawa Timur adalah bagus.

Soekarwo mengusulkan, untuk tata niaga, TTI sebaiknya langsung membeli pada Gapoktan. Harga makanan ternak juga turun, karena 70 persen ongkos produksi ada di makanan ternak.

Sementara itu, Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, menyebutkan, keberadaan TTI dapat mengurangi disparitas. Menurutnya, keberadaan TTI akan mengubah struktur pasar baru yang selama ini terbentuk puluhan tahun, rantai pasoknya terlalu panjang. Misal beras, harganya 7.500 Rupiah per kg langsung dari petani, dan itu untung, artinya bila produksi 8 juta ton di Jatim, mampu menekan 20 persen saja, juga bisa menekan biaya untuk masyarakat sebesar 12,8 Triliun, dan ini luar biasa. Jadi petani untung, konsumen tersenyum. (*)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim