ilusrasi: kabarbisnis.com
Gejolak ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa membuat harga kopi terjungkal cukup dalam. Para pelaku pasar meninggalkan perdagangan kopi berjangka dan mulai memilih portofolio yang aman seperti emas.
“Harganya sekarang turun banyak. Kalau sebelumnya harga kopi Robusta di Terminal London dan New York di kisaran US$2.219 per ton, sekarang menjadi US$2.171 per ton untuk pengiriman November. Sementara kopi jenis Arabika yang selama ini harganya cukup stabil, sekarang juga terkena imbas, harganya turun dari US$ 6.011 per ton menjadi US$5.980 per ton untuk pengiriman November,” ungkap Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Timur, Nur Ichwan, di Surabaya.
Dia mengatakan, para pelaku pasar melakukan aksi jual besar-besaran karena ketakutan mereka atas krisis Amerika Serikat dan Eropa yang melanda. Jebloknya harga kopi ini juga akan berkonsekuensi pada melemahnya ekspor kopi.
Di Jawa Timur, hingga akhir tahun 2011, realisasi ekspor kopi diprediksi hanya akan mencapai 62.000 ton, turun dari realisasi tahun lalu di angka 82.000 ton.
“Realisasi ekspor kopi Jatim pada tahun ini akan mengalami penurunan yang cukup besar. Di samping karena harga di akhir tahun ini anjlok, juga dipicu oleh turunnya produksi kopi Jatim,” tekannya.
Secara nasional, lanjutnya, produksinya mengalami penurun sebesar 30% dari produksi tahun 2010 yang mencapai 600.000 ton per tahun. Sementara produksi Jatim diperkirakan turun sebesar 20% hingga 25% per tahun. Penurunan yang sama juga terjadi di Bali, Jawa Tengah, Flores, Sulawesi, Bengkulu dan Lampung, daerah yang selama ini menjadi penyuplai kopi Jatim.
“Seluruh Indonesia mengalami penurunan produksi kopi pada tahun ini. Hal ini disebabkan oleh cuaca ekstrim yang terjadi sepanjang tahun. Akibatnya, ekspor kita juga mengalami penurunan. Karena tidak ada barang, akhirnya ekspor tersendat. Bahkan, sepanjang Januari hingga Juli 2011, realisasi ekspornya masih dikisaran 36.331 ton,” tegasnya. kabarbisnis.com
