Empat Kabupaten di Jatim Endemis Kronis Wereng

Ilustrasi

Pemprov Jatim harus mulai memperhatikan nasib para petani. Sebab dari 173.932 hektare lahan padi di berbagai pelosok daerah di Jatim,  sebanyak 126.752 hektare terkena serangan hama wereng cokelat.

Hal itu diketahui dari data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Jatim mulai Januari-Juni 2011. Dari data itu terungkap, hama wereng cokelat paling banyak menyerang lahan pertanian padi di Jatim.

Disebutkan ada empat daerah yang menjadi kategori kronis endemis. Ke empatnya, yakni Bojonegoro dengan luas 21.691 hektare, Ngawi 18.448 hektare, Nganjuk seluas 17.490 hektare, dan Lamongan seluas 15.606 hektare.

Selain empat daerah kronis endemis, terdapat pula empat daerah lain dengan luasan terserang wereng cokelat cukup banyak. Di antaranya Tuban seluas 9.512 hektare, Ponorogo 9.428 hektare, Trenggalek 9.051 hektare, dan Kabupaten Madiun seluas 7.512 hektare. Sedangkan Gresik hanya terdampak seluas 3.711 hektare, Magetan seluas 2.081 hektare, Kabupaten Mojokerto seluas 1.980 hektare, dan Lumajang seluas 1.543 hektare.

Selain beberapa daerah menjadi kronis endemis, beberapa daerah lainnya juga  terdampak hama cukup besar, umumnya terserang tak lebih dari 1.500 hektare. Bahkan, tiga daerah karena lahan pertanian padinya yang minim akhirnya tak mengalami serangan hama wereng, seperti Kota Malang, Kota Pasuruan, dan Kota Probolinggo.

“Siklus hama wereng cokelat ini harus segera diputus agar produktivitas dan kualitas gabah petani tetap bagus dan tak berpengaruh pada harga jualnya,”  kata Gubernur Jatim Dr H Soekarwo saat di Hotel JW Marriot Surabaya, Kamis (21/7).

Pembatasan penyebaran wereng cokelat itu bisa dimaksimalkan selama musim kemarau pada Juli-September mendatang. Upaya ini dilakukan agar produksi padi Jatim dapat mencapai target yang telah ditetapkan, yakni sebesar 12.049.993 ton dari angka ramalan II BPS Jatim.

Ketua Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Jatim Dr Nuhfil Hanani MS menjelaskan, serangan hama wereng cokelat tersebar luas di wilayah barat Jatim dengan intensitas serangan ringan sampai berat dengan cakupan 85 ribu hektare. Sedangkan yang mengalami puso mencapai 22 ribu hektare. “Dari serangan tersebut, produktivitas padi umumnya turun 15-20 persen per hektarenya,” kata Nuhfil.

Hal itu, lanjut Nuhfil, tentunya membuat ketersediaan pangan juga cenderung turun. Indikasinya adalah pasokan gabah di beberapa penggilingan padi turun sekitar 50 persen dan naiknya harga beras di pasaran mencapai Rp 7.500 per kg untuk beras kualitas sekelas IR 64.

Mengenai sistem pengendalian harga, gabah atau beras melalui Bulog tidak berjalan efektif karena harga di pasaran jauh lebih tinggi dari HPP (Harga Pembelian Pemerintah, red). Untuk gabah kering panen saja, harganya Rp 3.800-4.000 per kg. Sedangkan berdasarkan HPP Rp 2.640 per kg sesuai Inpres 7/2008.

Nuhfil mengatakan, kejadian serangan wereng cokelat ini jelas menurunkan produktivitas tanaman padi dan dikhawatirkan akan mengancam pertanaman padi pada musim kemarau ini. Untuk itu perlunya dilakukan strategi jangka pendek. Di antaranya, melalui gerakan massal dan serentak pengendalian hama wereng dengan insektisida.

Sedangkan, kondisi padi yang rusak berat dan puso segera dilakukan eradikasi (pembasmian) dengan menggunakan dana APBD Provinsi, APBD Kab/Kota, dan APBN. Upaya lain mengatasi hal itu juga dengan mobilisasi dana CSR dapat dimanfaatkan untuk pengendalian serangan wereng cokelat secara koprehensif.

Di sisi lain, kata Nuhfil, pola untuk memutus siklusnya upaya yang bisa dilakukan yakni pengaturan pola tanam dengan membatasi penanaman padi untuk daerah terserang dengan menggunakan varietas tahan wereng seperti palawija. Selain itu, peningkatan peran petugas lapangan untuk memantau perkembangan secara periodik mingguan bisa lebih dioptimalkan. Pemkab/pemkot wajib membangun sistem pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan. (bhi)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim