Teknologi Tepat Guna, Kembangkan UMKM

ilustrasi: kabarbisnis.com

Penggunaan teknologi tepat guna sangat diperlukan untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sentuhan teknologi yang murah dan tepat akan membuat kinerja UMKM terdongkrak, karena memungkinkan adanya nilai tambah produk. Teknologi tepat guna juga akan mendiversifikasi produk UMKM.

Langkah itulah yang dilakukan oleh tim dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim dalam program penguatan UMKM. Sejak akhir Mei lalu, tim dari Kadin Jatim berkeliling ke sejumlah kabupaten/kota di Jatim untuk membangun daya saing UMKM. Berbagai model pelatihan diberikan. Total ada 20 aktivitas pelatihan dan penguatan UMKM yang dilakukan Kadin Jatim untuk semua kabupaten/kota di Jatim. Program ini gratis dan bisa diikuti siapa pun.

Di Bangkalan dan Sumenep, Madura, misalnya, Jumat dan Sabtu (1-2/7/2011), dilakukan pelatihan teknologi tepat guna untuk memperkuat daya saing UMKM di wilayah tersebut. Teknologi tepat guna yang diperkenalkan terutama untuk para perajin bahan makanan berbasis kedelai.

“Penggunaan teknologi tepat guna akan membuat pengolahan kedelai menjadi lebih maksimal,” ujar Wakil Ketua Komite Tetap Pengembangan Usaha Energi Baru Terbarukan Kadin Jatim Puguh Iryantoro yang menjadi koordinator pelatihan.

Kedelai adalah sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting. Namun, sifatnya mudah sekali terkena jamur (aflatoksin). Teknologi tepat guna mampu mengantisipasi hal itu dengan model pengawetan yang aman.

“Hanya saja kita perlu pastikan bahwa prosesnya benar-benar aman dan higienis. Karena itu, kita latih UMKM agar peka terhadap masalah ini,” ujar Puguh.

Para UMKM yang selama ini sudah mengolah kedelai diarahkan untuk tidak hanya membikin tahu dan tempe, tapi juga berbagai makanan dan minuman, mulai dari bubuk kedelai, kecap, dan pendayagunaan ampas tahu. Ampas tahu, misalnya, bisa dijadikan kecap ampas tahu yang sangat bergizi.

Selama ini, ampas tahu dibuang dan dijadikan makanan ternak. Padahal, ampas tahu juga masih mengandung protein 8,66%, lemak 3,79%, air 51,63, dan abu 1,21%. Jika diolah lagi, ini bisa menjadi sumber ekonomi baru.

“Ini yang kita dorong ke UMKM agar terus memberi nilai tambah bagi produknya,” jelasnya.

Selain teknis produksi, pelatihan juga diberikan dalam hal pemasaran yang efektif. Termasuk lewat cara pemasaran cerdas berbasis informasi produk.

Kedelai mengandung protein tinggi, berkisar 35%-43%, lebih tinggi dibanding beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam. Bila seseorang tidak dapat mengonsumsi sumber protein hewani, maka kebutuhan protein bisa dicukupi dari kedelai.

Keunggulan semacam ini harus dijadikan salah satu daya tarik dalam pemasaran. Jadi jangan hanya menjual produknya, tapi juga menyosialisasikan keunggulan produk.

“Dengan demikian, kinerja UMKM bisa naik. Pendidikan ke konsumen juga berjalan,” pungkasnya.kabarbisnis.com

4 Komentar Pembaca

  1. kok gak ada teknologi tepat guna make bahasa jawa sih

    • yang pakek bahasa jawa itu bukan situsnya pemerintah tapi primbon……………………

  2. bikin pusing nihhh

  3. peserta pelatihan kader teknis kec. banyuglugur kab. situbondo, mohon kirimi materi yang tadi dismpaikan.

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim