Bulog Sulit Menyerap Gabah Petani

ilustrasi: kompas.com

Bulog Subdivre Madiun, Jawa Timur kesulitan menyerap gabah petani. Akibatnya stok yang ada hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan beras bagi keluarga miskin. Tidak ada stok untuk operasi pasar yang diperlukan dalam rangka penstabilan apabila terjadi kenaikan harga beras yang tinggi.

Kepala Bulog Subdivre Madiun Rochyat Natayuda mengatakan hingga pekan keempat Juni 2011 penyerapan baru mencapai 24.883 ton atau sekitar 30 persen dari target penyerapan selama setahun yang mencapai 72.000 ton setara beras.

“Sebelumnya rata-rata serapan mencapai 200 ton per hari sekarang turun menjadi 100 ton per hari. Salah satunya karena serangan wereng, ujarnya,” Selasa (21/6/2011) di Madiun.

Akibat kurangnya maksimalnya pe nyerapan tersebut, saat ini stok beras yang dimiliki bulog hanya 13.500 ton. Stok itu hanya mampu mencukupi kebutuhan beras bagi keluarga miskin di wilayah Kabupaten Madiun, Kota Madiun dan Kabupaten Ngawi hingga Desember 2011 sebesar 2.200 ton per bulan.

Dengan catatan, kondisi berjalan normal. Akan tetapi apabila terjadi kenaikan harga beras dan diperlukan operasi pasar untuk menstabilkannya, bulog tidak memiliki stok yang cukup.

Kalaupun hal itu harus dilakukan, kemungkinannya adalah mengambil stok cadangan beras dari masing-masing kabupaten/kota sebesar 100 ton.

Rochyat mengatakan, karakter pertanian di Madiun berbeda dengan daerah lain. Rata-rata diwilayah barat Jawa Timur, petani mengalami panen lebih awal.

Akibatnya, hasil panen mereka tidak hanya dibe li oleh pedagang lokal akan tetapi juga diserbu oleh pedagang dari luar kota. Dampak dari serbuan pedagang asing ini mengakibatkan harga gabah dan beras lebih tinggi.

Pada saat yang sama, hasil panen petani kurang maksimal karena serbuan hama wereng coklat . Dampaknya, kualitas gabah maupun beras yang dihasilkan tidak sebagus pada kondisi normal. Data Dinas Pertanian Kabupaten Madiun menyebutkan luas serangan wereng telah mencapai 850 hektar dari 27.300 hektar tanaman padi.

Dengan kondisi saat ini, harga ber as kualitas medium sudah mencapai Rp 5.800 hingga Rp 5.900 per kilogram (kg). Harga itu tetap sulit dijangkau oleh Bulog meskipun pihaknya telah menaikkan harga pembelian hingga Rp 5.600 per kg untuk beras reguler dari harga pembelian pemerintah Rp 5.060 per kg.

Menurut Rochyat, kenaikan harga beli juga diberlakukan pada gabah dari normalnya Rp 3.345 per kg Gabah Kering Giling (GKG) menjadi Rp 3.475 per kg dan terakhir menembus angka Rp 3.650 per kg. Namun kenaikan harga pembelian itu tetap tidak mampu men gejar kenaikan harga di pasar bebas yang lebih tinggi.

Kendati demikian, bulog tetap berupaya keras meningkatkan pembelian dari petani untuk mengamankan cadangan beras nasional. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mengerahkan mitra bulog yakni perusaha an penggilingan padi disamping juga mengoptimalkan pembelian melalui satuan tugas bulog dan unit penggilingan gabah bulog. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim