Lagi, Gresik-Bawean Lumpuh

Surabaya Post

Sudah tiga kali penyeberangan Gresik – Bawean lumpuh di awal tahun 2011 ini, akibatnya jumlah penumpang kapal juga menurun dibandingkan saat cuaca normal. Kondisi ini diperparah minimnya kapal, karena pelayaran sejauh 81 mil itu kini hanya dilayani satu kapal penyeberangan.

Selasa (22/2) pagi tadi Administratur Pelabuhan (Adpel) Gresik juga masih melarang penyeberangan kapal dengan bobot di bawah 1.000 Gross Ton (GT) hingga batas waktu yang tidak bisa dipastikan. Pasalnya gelombang tinggi dan angin bertiup kencang kembali terjadi.

Berdasarkan data Adpel Gresik, tercatat pada Desember 2010 lalu penumpang naik mencapai 3.198 orang, sedangkan penumpang turun sebanyak 3.695 orang. Tapi saat cuaca tidak menentu di awal tahun ini, jumlah penumpang kapal turun ribuan orang.

Penumpang naik di bulan Januari 2011 ini tercatat hanya 2.544 orang, sedangkan penumpang turun cuma 2.514 orang. Begitu juga dengan kapal yang sandar di awal tahun ini ikut sepi. Selama bulan Januari tercatat 534 kapal atau sehari sekitar 18 kapal yang sandar, baik di pelabuhan umum dan khusus.

Terkait menurunnya jumlah penumpang, anggota DPRD Kabupaten Gresik, Muhajir menegaskan jika pemkab Gresik harus mencari solusi, harus ada kapal besar di atas 1.000 GT dan mampu menembus gelombang 3 meter yang melayani penyeberangan Gresik – Bawean. “Pemkab harus mulai mencari solusi untuk masalah ini, karena cuaca buruk seringkali mengganggu transportasi menuju Bawean. Bila ini dibiarkan maka pelayaran Gresik – Bawean akan terus terganggu cuaca. Setidaknya harus dicarikan kapal yang bisa mengarungi cuaca seperti saat ini,” kata politisi yang juga asal Bawean tersebut, Senin.

Kondisi ini terbukti mengganggu, misalnya pada beberapa hari sebelum perayaan Maulud Nabi pekan lalu, orang-orang Bawean tidak bisa pulang. Biasanya penumpang kapal yang menuju ke Bawean membeludak karena akan merayakan molod (sebutan Maulud Nabi bagi orang Bawean) besar-besaran layaknya Idul Fitri.

Sejumlah warga Bawean yang bekerja menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia sebenarnya ingin pulang kampung untuk merayakan Maulud Nabi. Mereka yang sudah sampai Pelabuhan Gresik terpaksa kembali pulang ke Malaysia karena pada awal bulan Februari lalu, penyeberangan Gresik – Bawean ditutup lantaran gelombang tinggi.

Adpel Gresik sendiri menutup jalur pelayaran Gresik – Bawean sejak Senin kemarin. Akibatnya Express Bahari 1C, satu-satunya kapal penyeberangan yang melayani tidak bisa beroperasi.

Kepala Adpel Gresik Abdul Azis mengatakan, sementara ini pihaknya melarang berlayar seluruh kapal yang berbobot 1.000 ke bawah di Pelabuhan Gresik. Terutama kapal kayu dan untuk penyeberangan Gresik-Bawean. “Untuk kapal barang berbobot minimal 1.000 GT, masih boleh berlayar. Karena masih mampu berlayar di ombak dengan ketinggian hingga 3 meter,” terangnya.

Saat ini, lanjut dia, ketinggian gelombang memang di atas batas ambang toleransi yaitu setinggi dua meter. Demikian juga dengan kecepatan angin yang normalnya cuma 15 knot, tetapi sekarang mencapai 21 knot. “Kemungkinan kondisi ini berlangsung hingga Rabu esok,” tambahnya. (sep)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim