Hasil penelitian Balai Arkeologi (Balar) Jogjakarta dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan-Mojokerto, temuan di Situs Biting di antaranya terdapat struktur bagunan peninggalan abad 1200. Situs Biting ini sendiri meliputi Situs Benteng dengan tebal 2,1 meter dan panjangnya antara 8-10 Km.
Dimungkinkan juga di dalamnya terdapat struktur bangunan yang kompleks. Seperti blok-blok kawasan Taman Sari, pemandian raja, pemukiman, pemakaman raja-raja dan bahkan mungkin bangunan utama yang berupa bangunan Keraton.
Dengan unsur kelengkapan benteng yang seperti itu, kawasan benteng di situs ini dapat dikatakan sebagai benteng tertua karena dibangun pada tahun 1295-an masehi oleh Arya Wiraraja. Juga dianggap terbesar karena Situs Biting mempunyai luas paling besar yaitu sekitar 135 hektar jika dibanding bangunan peninggalan benteng lainnya.
Situs Benteng yang ada di Biting dapat dikatakan sebagai benteng lokal satu-satunya di Indonesia karena perbentengannya dilindungi oleh sungai besar pada ketiga sisinya. Ini berbeda dengan benteng Islam atau Eropa yang menggunakan parit sebagai kelengkapan pertahanan.
Dengan adanya penelitian secara intens oleh Balai Arkeologi Jogjakarta antara tahun 1982-1991 masyarakat akan semakin mengerti bahwa kawasan Situs Biting merupakan suatu kawasan bersejarah yang sangat penting bagi ilmu pengatahuan dan pendidikan. Hanya sayangnya di tahun 1995 seluas 15 hektar kawasan situs ini terlanjur rusak oleh proyek Perumnas Biting yang kini sudah dihentikan pembangunannya. (*/bpd)