Emas Jatim Dulang Ekspor Rp 9 T

ilustrasi

Komoditas perdagangan dan industri emas serta perhiasan di Jatim mampu mendulang nilai ekspor sebesar 826,478 juta USD atau hampir mendekati Rp 9 triliun (kurs 1:10.000). Catatan nilai ekspor emas tersebut tergolong naik dibanding setahun lalu yang hanya mencapai kisaran 426,864 juta dollar AS atau sekitar Rp 5 triliun.

“Kalau melihat lajunya, ada kenaikan sekitar 93,6% pada periode yang sama Januari-Agustus tahun ini,” ulas Budi Setiawan, Kepala Dinas Perindistrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Jatim dikonfirmasi menjelang pameran Surabaya International Jewelery Fair ke-17 pada 25-28 Oktober 2012 di Hotel Shangri-la Surabaya.

Menurut Budi, kenaikan tersebut membuat kondisi ekspor di Jatim mengalami surplus hingga meraup keuntungan Rp 26,4 triliun. Hal ini dikarenakan serapan emas di kalangan masyarakat kelas menengah terus bertambah. “Ini seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Jatim yang meningkat sebesar 7,23% yang melebihi pertumbuhan ekonomi nasional,” tandasnya.

Hal ini juga diakui Iskandar Husin. Sekjen Asosiasi Pengusaha Perhiasan Emas dan Permata (APEPI) Jatim ini mengatakan, kondisi ini akibat semakin dikenalnya Indonesia dan Jatim khususnya, sebagai penghasil emas terbesar di dunia. “Selain itu, desain perhiasan emas yang dirancang pendesain Jatim dan Indonesia dikenal memiliki khas tersendiri dibanding negara lainnya di dunia,” ungkap Iskandar.

Apalagi, lanjut Iskandar, nilai emas tidak pernah tergoyahkan dengan komoditas lain yang selalu berubah-ubah. Menurutnya, nilai emas tetap stabil meski sempat terhempas pada saat terjadinya krisis moneter di Indonesia tahun 1998 silam. “Tapi, itu cepat pulih sekitar 4 tahun kemudian pada 2002. Perekonomian Indonesia kian membaik hingga harga emas ikut menanjak,” katanya.

Dikatakan, kemampuan investasi emas masyarakat Indonesia pada saat terjadinya krisis moneter masih cukup menggembirakan. Menurutnya, kondisi ini seiring dengan besarnya daya serap pasar perhiasan dan emas di dalam negeri. “Serapan pasarnya bisa mencapai 15%. Itu angka sebelum krisis moneter. Tapi, untuk saat biasa, daya serap masyarakat bisa melebihi dari 20%,” urai Iskandar.

Menyinggung target perolehan, Iskandar menyebut, selama 4 hari masa pameran perhiasan dan emas yang dimulai 25 Oktober 2012 itu, pihaknya mampu mengemas penjualan hingga Rp 15 miliar. Target tersebut, kata Iskandar, sudah terhitung dengan pertimbangan memberikan porsi lebih pada produk lokal.

“Peserta asing hanya 10% dari 150 peserta yang ikut dalam pameran, seperti Malaysia, Singapura, India dan Thailand yang mulai membidik Indonesia sebagai pasar penjualan emas,” ingatnya.

Terpisah, Chief Marketing Officer PT Untung Bersama Sejahtera (UBS), Catur Limas meyakini, Indonesia akan menjadi pijakan negara lain dalam hal industri dan desain perhiasan emas. Namun, ia mengingatkan, pemerintah dan pengusaha emas Indonesia harus menyiapkan strategi jitu untuk mengamankan pasar lokal terhadap gempuran negara lain. “Paling tidak tetap aktif dalam ajang pameran dan ekspansi ke luar negeri. Karena, produk emas Indonesia sudah mendominasi negara Timur Tengah, Amerika Utara, Amerika Latin dan China. Kalau dulu Italia, sekarang Indonesia yang lebih diminati banyak negara di dunia,” saran Catur. surabaya post online

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim