Pemerintah akan melaksanakan imunisasi serentak di 19 kabupaten/kota di Jawa Timur pada 12-24 November 2012. Kegiatan yang disebut sebagai Sub Pekan Imunisasi Nasional itu diselenggarakan guna mengendalikan kasus difteri di Jawa Timur yang masih meningkat.
Difteri merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan Corynebacterium diptheria. Penyakit ini menular melalui percikan ludah. Gejala antara lain pembentukan pseudomembran pada kulit atau mukosa, tenggorakan sakit, kelenjar limfe membesar, penyumbatan jalan nafas, dan pembengkakan leher. Difteri bisa menyerang selaput lendir bibir, kulit, dan hidung serta mengakibatkan infeksi otot jantung yang berujung kematian.
Direktur Survailans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Kementerian Kesehatan, Andi Muhadir mengatakan, imunisasi difteri tambahan diberikan kepada anak usia 2 bulan hingga 15 tahun dengan jenis vaksin sesu ai golongan umur yakni DPT-HB (difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B) untuk bayi usia 2 bulan hingga kurang dari 3 tahun. Sedangkan, imunisasi DT (difteri, tetanus) bagi anak usia 3 tahun hingga kurang dari 7 tahun dan imunisasi Td (tetanus, difteri ) bagi anak 7 tahun hingga 15 tahun. Kabupaten dan kota terpilih berdasarkan jumlah kasus dan insiden rate, kematian akibat difteri, dan ditemukannya difteri toxigenik.
Sasaran imunisasi itu mencapai lima juta anak. Namun, untuk anak berusia di bawah satu tahun, imunisasi diberikan sesuai jadwal.
Sekretaris Komite Nasional Kejadian Ikutan Paska Imunisasi, Julitasari Sundoro mengatakan, imunisasi aman dan masyarakat tidak perlu khawatir mengimunisasikan anaknya.
“Kejadian ikutan paska imunisasi difteri antara lain reaksi lokal berupa nyeri, kemerahan, dan pengerasan pada bekas suntikan. Tanpa tindakan apapun atau cukup dengan pengompresan, keluhan akan hilang dengan sendirinya dalam 2-3 hari. Reaksi lainnya bersifat sistemik seperti demam. Ini diatasi dengan puyer,” tutur Julitasari. kompas.com