Minim, Penyusutan Lahan Pertanian di Jatim

ilustrasi

Kian luasnya penyusutan lahan pertanian di Indonesia dinilai tidak terjadi di Jawa Timur. Dinas Pertanian Jatim mengaku penyusutan di provinsi ini justru telah berkurang cukup signifikan, mencapai 50% lebih.

“Jika sebelum tahun 2010 penyusutan lahan pertanian di provinsi ini mencapai 387 hektar per tahun, maka sejak 2010 keatas sudah jauh berkurang, penyusutannya hanya dikisaran 173 hektar per tahun,” ujar Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim, Achmad Nurfalakhi, Surabaya, Senin (10/9/2012).

Berkurangnya penyusutan lahan sawah produktif tersebut menurut pengakuannya terjadi pasca dikeluarkannya UU nomor 41/2010 tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan. Namun Nurfalakhi juga tidak menampik bahwa di berbagai daerah masih terjadi pembebasan lahan untuk perluasan industri dan pembangunan perumahan, khususnya di berbagai kota penyangga kota Surabaya, seperti Sidoarjo, Gresik, dan Mojokerto dan Jombang.

“Kalau pembukaan industri dan perumahan di Mojokerto sebagian besar tidak menggunakan lahan sawah produktif. Justru Sidoarjo yang sebagian besar menggunakan lahan sawah produktif,” ujarnya.

Memang, menurut Nurfalakhi, dari seluruh kota penyangga Surabaya, penyusutan lahan sawah terbesar terjadi di Sidoarjo. Hal ini ditengarai karena minimnya lahan kering tak berproduksi disana. Kalaupun ada, lahannya tidak luas dan harganya juga cukup mahal.

“Makanya pembebasan lahan sawah untuk perumahan menjadi pilihan. Dan sebenarnya ini harus dicegah. Namun semuanya kembali ke daerah masing-masing karena Pemprov tidak memiliki kewenangan untuk melarang. Kewenangannya berada di tangan Bupati,” ujarnya.

Walaupun kewenangan tidak pada provinsi, ia mengaku provinsi akan berupaya semaksimal mungkn untuk menekannya. Dan hal ini akan menjadi konsentrasi provinsi, utamanya Dinas Pertanian untuk mewujudkan swasembada pangan Jatim. “Ya nanti provinsi kan bisa bermain di pengesahan RT RW daerah. Karena bagaimanapun, pengesahannya ada ditangan Gubernur,” ungkapnya.

Selain menekan laju penyusutan lahan, Jatim juga berupaya menambah luas lahan produksi melalui perluasan area panen. Di tahun ini, ditarget mencapai 2.057.244 hektar sawah melalui peningkatan indeks pertanaman dari 1,83% menjadi 2,3%.

Menurut Nurfalakhi, dengan kenaikan indeks pertanaman tersebut, maka masa tanam dalam dua tahun kedepan akan mencapai lima kali, dari saat ini yang hanya mencapai empat kali atau dua kali dalam setahun.

“Untuk menaikkannya, butuh suplai air lebih banyak. Karena itu kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Perairan agar melakukan perbaikan dan penambahan waduk, embung serta jaringan irigasi yang dibutuhkan,” katanya.

Diantaranya dengan melakukan percepatan penyelesaian pembangunan enam waduk, yaitu waduk Nipah, Bajul Mati, Bendo, New Sembayat, Rawa Jabung dan Bojonegoro. kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim