Perajin Tempe Terancam Gulung Tikar

ilustrasi:kompas.com

Harga kedelai yang melangit, membuat para perajin tempe harus pusing memutar otak mengupayakan solusi agar tidak gulung tikar. Para perajin tempe di kawasan pusat oleh-oleh di jalan Sanan Kelurahan Purwantoro Kota Malang, Jawa Timur tak henti-hentinya mengeluh.

Seperti yang telah diberitakan, harga kedelai naik sejak lima bulan lalu. Harga yang semula Rp 6.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp 7.800. Akibatnya, keuntungan perajin tempe pun semakin menipis. “Bahkan tak jarang para perajin tempe di sini sudah terancan kolaps,” kata perajin tempe, Prayitno, Selasa (24/7/2012).

Menurut Prayitno, usaha tempe yang dirintisnya, setiap hari mampu menghabiskan bahan baku kedelai sebanyak satu kwintal. Demi menyiasati kenaikan harga kedelai, harga tempe naik sekitar naik semula Rp 10.000 per batang naik menjadi Rp 12.000. “Sedangkan kualitas dan ukuran tetap tak berubah,” katanya.

Meski harga naik, Prayitno berharap pelanggannya tak beralih ke produsen tempe lainnya. Prayitno mengaku, tetap akan bertahan meski harga kedelai terus naik. “Karena industri tempe yang saya kelola, sudah menjadi tumpuan hidup saya dan keluarga,” tegasnya ketika ditemui di rumahnya di Jalan Sanan, Blimbing Kota Malang.

Saat ini Prayitno telah mempekerjakan 15 buruh untuk produksi tempe dan keripik tempe. “Yang jelas, kenaikan kedelai itu membuat resah perajin tempe,” kata pria yang mengaku sudah 15 tahun memproduksi tempe. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 6168. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim