Jepang Terus Ekspansi Pasar Jatim

ilustrasi: kabarbisnis.com

Lesunya pasar Eropa menyebabkan banyak negara pengekspor mencari pasar baru untuk pengalihan ekspor. Jepang, misalnya, kian gencar menggaet pasar Indonesia, khususnya Jawa Timur (Jatim).

Salah satunya dengan melakukan lawatan atau kunjungan bisnis ke pengusaha Jatim. Seperti pada hari ini, Senin (2/7/2012), sebanyak 20 pengusaha asal Jepang melakukan pertemuan bisnis dengan pengusaha Jatim di Grha Kadin Jatim. Ke-20 pengusaha tersebut sebagian besar bergerak dibidang industri berat seperti Belt Cleaner, konstruksi, alat permesinan, alat pengeboran mikro dan industri kipas angin.

“Sebagian ingin mencari distributor di sini, sebagian yang lain ingin mengalihkan industri mereka ke Jatim untuk mendekati pasar. Karena mereka tahu, Jatim menjadi pintu utama masuknya barang ke Indonesia Timur yang pasarnya cukup besar. Apalagi pertumbuhan ekonomi Jatim juga sangat tinggi, mencapai 7,19% di triwulan I/2012,” ujar Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Nelson Sembiring di Kantor Kadin Jatim.

Beberapa kendala sempat dikeluhkan pengusaha Jepang, diantaranya sulitnya mencari informasi tentang kondisi perekonomian Jatim, bisnis serta industri di provinsi ini. Untuk itu, kata Nelson, pengusaha Jepang ingin bersama-sama Jatim membuat website yang memuat tentang informasi bisnis di Jatim yang berbahasa Jepang.

“Karena memang itu kesulitan mereka. Dan sebenarnya ini sangat mudah untuk kita laksanakan, tinggal bagaimana Pemprov Jatim meresponsnya,” tegasnya.

Diungkapkannya, sejauh ini sudah ada sekitar 120 perusahaan Jepang yang beroperasi di Jatim. 70 perusahaan di antaranya tergabung dalam East Java Javan Club (EJJC). Mereka juga mengeluhkan beberapa hal, diantaranya adalah minimnya infrastruktur seperti akses jalan dan pasokan gas. Bahkan, beberapa diantaranya sudah mengganti pemakaian gas mereka dengan LPG dan minyak hanya untuk memenuhi kontrak pengiriman barang dengan luar negeri.

Padahal dengan mengganti dengan LPG, biaya energi membengkak 2,5 kali lebih besar dibanding emnggunakan gas. Sementara dengan minyak justru lebih besar lagi, naik tiga kali lipat dibanding dengan menggunakan gas.

“Saya tidak tau apakah mereka akan tetap bertahan disini sampai tahun depan atau hanya akan menyelesaikan kontrak tahun ini. Karena mereka mengaku sudah capek mengeluh,” ujarnya.

Beberapa persoalan yang sempat mereka keluhkan juga adalah kurangnya tenaga kerja yang memiliki keterampilanatau kompetensi sesuai yang dibutuhkan, serta penarikan pajak yang tidak wajar.

“Ada pengusaha Jepang yang mengaku diwajibkan membayar pajak untuk bahan baku produksi yang berorientasi ekspor. Padahal sebenarnya pajak tersebut harusnya tidak diwajibkan karena akan terjadi pajak ganda untuk satu barang.

“Sebagian sudah terselesaikan tetapi sebagian lain belum. Untuk itu, kami minta kepada pemerintah untuk responsif dan tanggap terhadap berbagai persoalan tersebut,” ujarnya.

Hadir pada kesempatan tersebut untuk melakukan pertemuan b to b lima perusahaan skala besar di Jatim, yaitu PT AJBS, PT Jindal Steel, PT Inti Teknik Solution, PT Lubricant Jaya Sejahtera, Gapensi serta beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM). kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim