GPEI Keluhkan Pelayan Pelabuhan Tanjung Perak

ilustrasi: kabarbisnis.com

Pelabuhan Tanjung Perak sebagai salah satu faktor penting dalam menopang perekonomian Jawa Timur sebagai pintu lalu lintas orang dan barang, dinilai belum menampilkan performa yang maksimal. Keluhan itu dilontarkan Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia(GPEI) Jatim, karena melihat kinerjanya selama ini.
Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia(GPEI) wilayah Jatim, Isdarmawan Asrikan, kepada Surabaya Post mengaku bahwa kinerja pelabuhan belum menggembirakan. “Sebagai pengusaha, kita banyak dirugikan oleh kurang maksimal kinerja pelabuhan. Sejauh ini problem pelabuhan masih banyak didominasi persoalan bangkai kapal yang masih bertebaran, pipa gas dan kabel PLN, serta kedalaman laut yang tak bisa dilalui kapal besar,” terang Isdarmawan.
Padahal, menurut Isdarmawan, pelabuhan Tanjung Perak salah satu penentu hidup-mati perekonomian provinsi ini adalah kelancaran pendistribusian barang, karena memang sangat bergantung pada pelabuhan baik antar pulau maupun ekspor ke luar negeri.
Sementara itu Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya, Jamhadi menambahkan, transportasi barang adalah kebutuhan turunan (derived demand) dari aktivitas ekonomi, yaitu produksi barang oleh industri. “Dalam jarak yang cukup jauh yaitu antar pulau , transportasi laut menjadi pilihan yang tepat. Memang masih ada kargo udara, namun kapasitasnya tak sebesar kargo laut,” terangnya.
Jamhadi menuturkan, pelabuhan tak hanya berperan mewujudkan sistem logistik yang efisien untuk menunjang perdagangan dalam negeri, tapi juga menjadi penyangga utama dalam menjadikan Indonesia sebagai pemain penting di pasar global. “Selain kinerja industri manufaktur, regulasi yang berpihak, dan bunga bank yang bersahabat, pendorong kinerja ekspor adalah pelabuhan yang prima,” ujar Jamhadi
Kemudian lanjut Jamhadi, sistem logistik nasional belum bisa dikatakan efisien. Biaya logistik mencapai 24% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Di negara tetangga, biayanya merata di bawah 20% PDB. “Tingginya biaya logistik membuat daya saing produk menjadi rendah, sehingga kalah dari produk luar negeri,” ujarnya.
Komentar serupa juga dilontarkan oleh Pakar statistika ekonomi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Kresnayana Yahya, bahwa distribusi memegang peranan penting dalam perekonomian. Dalam hal ini, pelabuhan bertugas memangkas ekonomi biaya tinggi.
“Tentunya yang diperlukan adalah pelabuhan dengan layanan prima. Ada pelabuhan tapi kalau layanan tak prima, high cost economy tetap akan membebani dunia usaha,” ujarnya.
Peningkatan kualitas pelabuhan harus terus dilakukan baik untuk infrastruktur keras (seperti pengerukan alur) maupun lunak (penerapan teknologi informasi modern). Investasi sektor kepelabuhanan bermanfaat setidaknya dalam dua hal. Pertama, mengurangi ekonomi biaya tinggi guna meningkatkan daya saing bisnis. Kedua, menstimulasi aktivitas ekonomi untuk membuka lapangan pekerjaan.
“Selain bisa memacu pertumbuhan ekonomi, upaya menekan biaya logistik juga berfungsi untuk mengontrol laju inflasi,dengan inflasi yang terkelola daya beli masyarakat bisa dijaga” tutur Kresnayana.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Djarwo Surjanto, kepada detik surabaya beberapa wakt lalu, mengakui jika rute pelayaran di Pelabuhan Tanjung Perak cukup padat, karena ada 29 rute dari dan ke Pelabuhan Tanjung Perak. Rute pelayaran ini lebih banyak dibandingkan dengan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, yang hanya memiliki rute 20 pelayaran.

Pada Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), setiap tahunnya mengalami peningkatan pergerakan kapal. Pada tahun 2007, sebanyak 27.000 gerakan kapal per tahun. Tahun 2008, sebanyak 31.798 gerakan kapal per tahun. Sedangkan tahun 2009, sebanyak 29.802 gerakan kapal per tahun.

Troughput Pelabuhan Tanjung Perak tahun 2011, petikemas di Pelabuhan Tanjung Perak mengalami peningkatan sekitar 9 persen atau menjadi 2.623.166 Teus. Petikemas internasional meningkat 9,8 persen menjadi 1.226.776 Teus. Petikemas domestik meningkat 8.02 persen menjadi 1.414.936 Teus. Curah kering meningkat 22 persen menjadi 8.348.454 ton. Curah cair meningkat 35 persen menjadi 2.394.709 ton.

Sedangkan kinerja pelayanan Pelabuhan Tanjung Perak pada tahun 2011, Waiting time (WT) kapal petikemas internasional zero waiting. WT kapal petikemas domestik, rata-rata 1,86 hari, yang sebelumnya 2,08 hari. WT kapal petikemas curah kering, rata-rata menjadi 1,5 hari, sebelumnya 2 hari. WT kapal petikemas curah cair rata-rata menjadi 3,6 hari. “Sehingga dipandang perlu untuk mengembangkan atau meningkatkan kapasitas alur pelayaran barat Surabaya (APBS),” jelasnya, beberapa waktu lalu. det5iksurabaya.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim