Bunga Segar Masih Andalkan Pasar Domestik

ilustrasi: kompas.com

Pasar bunga produksi petani bunga di dua sentra bunga Sidomulyo, Kecamatan Batu dan Junggo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, masih lebih banyak mengandalkan pembeli dari florist (toko bunga). Para pembeli itu antara lain dari Surabaya (Jawa Timur), Balikpapan (Kalimantan Timur), dan Denpasar (Bali).

Bunga asal Batu di pasar dalam negeri merupakan bagian dari penunjang industri wisata untuk perhotelan, taman, restoran, serta acara-acara pernikahan dan hajatan sosial lainnya.

Dani, Manajer Florist Inggu Laut, satu dari dua produsen dan florist besar di Batu, menjelaskan bahwa permintaan tak banyak berubah meski ekspor tanaman dan bunga hias dari dalam negeri diberitakan menurun. “Pasar kami sebagian besar adalah pedagang bunga yang memasok bunga ke kota-kota besar tujuan wisata. Jadi bunga asal Batu dikemas sebagai bahan baku untuk diolah di kota tujuan menjadi bunga potong, bunga hias, hingga bunga papan,” kata Dani, di Malang.

Meski ada banyak daerah sentra pemasok bunga di Indonesia, namun bunga asal Batu tergolong favorit karena mutu tanamannya bagus. Namun pada bisnis bunga ada masalah keawetan yang berhubungan dengan jarak kirim ke konsumen. Sehingga Batu dan umumnya petani serta pedagang bunga di Batu lebih banyak mengirim bunga ke Denpasar dan Surabaya serta Kalimantan yang lebih dekat, daripada ke Jakarta demi mengejar umur bunga potong selama hanya 12 hari.

Inggu Laut belum mendapati perubahan yang berarti dalam hal permintaan pasokan bunga. Kami mengirim tiga kardus bunga krisan setiap hari, atau dua hari sekali, dengan masing-masing berisi 40 ikat bunga krisan.

“Paling sedikit dalam sebulan, terutama pada bulan paceklik, acara hajatan seperti bulan puasa, Inggu Laut mengirim 3.500 ikat sebulan, dalam keadaan puncak permintaan, pengiriman bisa mencapai 7.500 ikat sebulan. Atau omzet sekitar Rp 20 juta sebulan,” ungkap Tami, staf Inggu Laut.

Permintaan bunga asal Batu untuk kelompok pemasok besar belum terlalu terganggu oleh krisis ekonomi di Eropa, bahkan untuk pemasaran ke arah Bali yang merupakan daerah tujuan wisata.

Hal ini berbeda dengan yang disampaikan Pak Ardi, pedagang bunga di lokasi sentra penjualan bunga hias Sidomulyo, Kota Batu, yang menyatakan kondisi penjualan masih amat sepi sejak awal Januari. Kedua kelompok, penjual bunga eceran di lokasi wisata di Batu, berbeda pandangan dengan penjual tanaman bunga hias di jalanan Kota Batu. Ardi menjelaskan, permintaan bunga eceran oleh pengunjung atau wisatawan asing dan domestik Kota Batu amat merosot semenjak awal tahun baru. “Belum tentu dua atau tiga hari ada pembeli,” ujarnya.

Ny Krisnawati, penjual bunga tanaman hias pada pot eceran, tidak membuka pintu kiosnya, lalu menjaga lapak bunganya dengan hanya duduk di luar. “Karena pembeli sedikit, sementara membuka pintu ini berat. Hanya kalau ada pembeli banyak yang ingin melihat bunga di belakang pintu, baru kami buka,” katanya.

Pedagang bunga eceran hanya mengandalkan penjualan bunga dari pembeli wisatawan domestik. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim