Cold Storage Urgen bagi Pebisnis Ikan

ilustrasi: ahataindia.com

Kondisi klasik kekurangan bahan baku ikan terus saja terjadi tiap tahun di saat musim angin dan penghujan. Akibatnya, harga ikan menjadi melonjak seiring dengan kekosongan suplai bahan baku dan kenaikan konsumsi.

Hambatan serupa juga menghantui produksi ikan pindang. Ikan pindang adalah komoditas olahan ikan laut yag dikerjakan dengan teknik pemindangan, yaitu direbus dan diberi garam. Teknik pemindangan tercatat hanya ditemui di Indonesia.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, harusnya pemerintah sudah bergerak jauh hari dengan melakukan pembangunan infrastruktur penyimpanan ikan agar bisa digunakan buffer stock.

“Persoalan klasik ini harus secepatnya dijawab pemerintah. Masak tiap tahun kondisi yang sama terulang lagi. Harusnya pemerintah bisa mengantisipasi minimnya stok dengan membangun infrastruktur penyimpanan ikan,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pindang Ikan Indonesia (Appikando), EF Hamidi ketika dikonfirmasi kabarbisnis.com, Senin (30/1/2012).

Dalam merealisasikannya, pemerintah bisa menggandeng pihak swasta karena besarnya investasi yang harus dikeluarkan. Nantinya, tempat penyimpanan ikan atau coldstorage tersebut bisa digunakan untuk menyimpan ikan.

“Selain suplai menjadi tidak tersendat, dengan adanya buffer stock atau stok penyangga akan menjadikan harga bahan baku ikan pindang menjadi stabil,” katanya.

Menurut Hamidi, saat ini kondisi stok bahan baku ikan pindang sudah menipis karena nelayan tidak ada yang melaut. Imbasnya, harga bahan baku mulai mengalami kenaikan.

Biasanya harga bahan baku ikan pindang salem mencapai Rp8.000 per kilogram sekarang sudah naik menjadi Rp12.000 per kilogram. Sementara bahan baku ikan pindang tongkol naik dari Rp8.500 per kilogram menjadi Rp12.500 per kilogram.

“Karena bahan baku naik, harga jual ikut terkerek. Biasanya harga jual pindang salem mencapai Rp12.000 sekarang Rp16.000. Sedangkan pindang tongkol menjadi Rp16.500,” katanya.

Padahal di saat bersamaan konsumsi ikan pindang justru mengalami kenaikan sebesar 40%. Hal ini disebabkan tidak adanya ikan segar. Apalagi, harga gading juga cukup mahal.

“Masyarakat akhirnya memilih mengonsumsi ikan pindang. Makanya permintaan pasar menjadi naik dari rata-rata nasional sebesar 50.000 ton per hari menjadi 52.000 ton per hari. Sementara Jatim konsumsinya mencapai 5.000 ton per hari menjadi 5.200 ton per hari,” terangnya.

Hamidi berharap, pemerintah segera merealisasikan pembangunannya di tahun ini agar kondisi industri pindang di Indonesia tidak kembang kempis. Karena kebanyakan mereka adalah industri kecil menengah dengan jumlah yang cukup besar.

“Jumlah industri pindang di seluruh Indonesia mencapai 165.000 pengusaha,” katanya. kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim