Keterbatasan stok gula nasional, menjadi peluang bisnis yang menguntungkan bagi kalangan pengusaha yang akan membangun pabrik gula. Jawa Timur menjadi pilihan yang dinilai menguntungkan untuk membangun pabrik gula baru. Tak tanggung-tanggung, investasi senilai Rp 2 triliun dikucurkan untuk membangun pabrik gula di Probolinggo.
Adalah PT Permata Tene, perusahaan patungan antara PT Makassar Tene, PT Permata Dunia Sukses Utama dan PT Sumatera Tonggi, yang bakal membangun pabrik gula di kota itu, dengan rencana produksi mencapai 8.000 ton canne per day (TCD).
Andre Vincent Wenas, Presiden Direktur Permata Tene, mengatakan, pembangunan pabrik gula memerlukan waktu dua tahun. “Kami sudah melakukan survei dan menghabiskan lebih dari Rp 500 juta,” kata Andre yang juga menjabat sebagai Direktur PT Makassar Tene, kemarin.
Menurut Andre, pabrik gula tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 50 hektare (ha) hingga 60 ha. Sementara untuk perkebunan tebu, PT Permata Tene mengandalkan lahan perkebunan rakyat setempat seluas 17.000 ha. Andre merinci, dari total investasi, sekitar Rp 500 miliar digunakan untuk pengembangan lahan tebu. Sementara sisanya Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun untuk membangun pabrik gula.
Menurut Andre, alasan pemilihan Probolinggo sebagai lokasi pembangunan pabrik gula karena areal pertanian tebu di Probolinggo saat ini termasuk yang terbaik di Jawa Timur. Berdasarkan penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan, menunjukkan, struktur tanah di Probolinggo sangat bagus untuk tanaman tebu. “Secara historis di wilayah Probolinggo sejak jaman Belanda juga telah dikenal sebagai sentra tanaman tebu,” ujarnya.
Sebagai gambaran, saat ini di Probolinggo terdapat pabrik peninggalan Belanda yakni PG Wonolangan, PG Pajarakan dan PG Gending. Sayang, produktivitas masing-masing PG tidak optimal. Perkiraannya, rata-rata produksi tiga pabrik gula itu 1.000 TCD-2.000 TCD.
Menanggapi rencana pembangunan pabrik gula baru tersebut, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikoen, berharap pembangunan pabrik harus menggandeng petani tebu. “Agar kesejahteraan petani naik,” ujar Soemitro.
Soemitro juga minta, manajemen pabrik gula bersama petani meningkatkan kualitas rendemen tebu. Selama ini rata-rata rendemen di bawah 8%, padahal di Thailand bisa mencapai 14%.
Seperti diketahui, stok gula konsumsi (gula kristal putih) yang ada di pasar dalam negeri diperkirakan hanya cukup untuk kebutuhan 3 bulan mendatang. Jika diasumsikan kebutuhan gula per bulan 200.000 ton maka kurang lebih ada 600.000 ton stok.
Sementara target produksi gula kristal putih (GKP) di 2011 meleset dari target 3,87 juta ton. Akhirnya target tahun lalu produksi gula diturunkan 2,7 juta ton namun tetap meleset dengan realisasi hanya 82,5%.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan telah menghitung akan ada kekurangan pasokan gula sebelum musim giling sebesar 300.000-500.000 ton, sehingga ada kemungkinan opsi impor. Walaupun akhirnya ditunda karena mendapat perlawanan dari petani dalam negeri.
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan, dengan melihat kondisi itu pemerintah belum akan memutuskan untuk mengimpor gula tahun 2012. Walaupun diperkirakan musim giling (produksi) gula dalam negeri baru akan terjadi di Mei. surabayapostonline
Saya dari KLHK, tepatnya dari PSIKLH, apakah pabrik gulanya masih berlangsung hingga saat ini (sep 2024), jika diizinkan kami bisa berkunjung dalam ranga koordinasi pelaksanaan kegiatan penyusunan Formulir UKL-UPL nya,