Desember, Jatim Krisis Energi

ilustras: surabaya.indonetwork.co.id

Desember kelabu, itulah yang bakal dirasakan industri Jawa Timur di penghujung tahun ini. Selain tersandera pengurangan pasokan gas oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero), stok batu bara di pasar– sebagai energi alternatif pengganti gas– juga dipastikan langka.

Gas tersendat karena perbaikan fasilitas di Lapangan Maleo yang dioperasikan perusahaan asal Australia, Santos sehingga akan ada penghentian sementara (shutdown temporary) mulai akhir pekan nanti (3-5 Desember) dan 9-19 Desember 2011.

Sementara pasokan batu bara drop akibat ambruknya Jembatan Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimatan Timur yang menyebabkan jalur distribusi kapal batu bara ditutup sejak Minggu (27/11). Bahkan, hingga hari ini belum ada tanda-tanda kapan jalur di Sungai Mahakam itu akan dibuka lagi.

Saat ini produsen belum merencanakan kenaikan harga– akibat kenaikan biaya karena harus pindah ke listrik– tapi dipastikan akan terjadi penurunan produksi yang bisa menurunkan stok pasar antara 15%-20%.

“Hari ini (Selasa) kami sedang rapat. Kami berusaha penghentian sementara (shutdown temporary) bisa berlangsung kurang dari 15 hari,” ujar General Manager PT PGN SBU II, Jatim Cahyo Triyogo.

Pengurangan pasokan tersebut disebabkan adanya perbaikan fasilitas di Lapangan Maleo yang dioperasikan perusahaan asal Australia, Santos. Selama ini, Santos memasok hampir separuh dari kebutuhan gas industri Jawa Timur. Kebutuhan konsumsi gas industri di Jawa Timur mencapai sebesar 250 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Sebanyak 120 MMSCFD berasal dari Santos.

“Pelanggan rumah tangga jangan khawatir, meski pipa Santos diperbaiki, namun kami masih mendapatkan pasokan gas dari PHE WMO dan Lapindo Brantas,”kata Cahyo.

Saat ini, total pelanggan gas PT PGN SBU II mencapai 1.892 pelanggan rumah tangga dan sebanyak 322 pelanggan industri. Dari jumlah itu, dampak paling besar akan terjadi kepada pelanggan industri di bidang consumer goods dan industri baja.

Menanggapi hal itu, Ketua Kadin Surabaya, Jamhadi berharap kepada PGN agar shutdown dipercepat. Banyak industri yang mengandalkan pasokan energi dari PGN, namun hingga kini pasokan gas dari PGN ke industri masih belum terpenuhi.

“Industri membutuhkan gas sampai 436 mmscfd tapi sekarang hanya tersuplai 2% dari kebutuhan yang ada. Kalau terjadi shutdown jangan terlalu lama karena cost yang harus dikeluarkan semakin banyak,”katanya.

Menurut dia, pengaruh yang akan terjadi terhadap industri pada ongkos produksi dan upah buruh. Kapasitas produksi akan melorot antara 9%-11% dari kondisi normal. Disamping itu, buruh akan mendapat giliran selama 2 hari sekali. “Hal itu yang membuat kami rugi karena harus membayar buruh sementara aktivitas pekerjaannya tidak normal akibat gas yang tidak tersuplai,”terangnya.

Menurunnya kapasitas produksi, akan berimbas terhadap neraca perdangan Jawa Timur. Produk lokal kalah bersaing dengan banyaknya barang impor yang masuk ke Jawa Timur, terutama produk makanan dan minuman.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Jatim, Yapto Williy Sinatro mengatakan untuk tambahan cost yang harus dikeluarkan oleh industri akibat shutdown kurang lebih 20% khusus makanan dan minuman. Sementara untuk bahan bakar sekitar 15%-20%. “Beberapa industri ada yang mengambil gas dari Petro China dan Lapindo Brantas. Namun harga dari Petro China mahal karena berada agak jauh dari industri, yaitu di Lamongan,”jelasnya.

Industri Batu Bara Terpuruk

Sementara, ambruknya jembatan yang juga dikenal dengan nama Mahakam II ini membuat rakasasa-raksasa batu bara di Kaltim meringis. Pengiriman batu bara diprediksi tersendat. Pasalnya, kontruksi jembatan masih porak poranda di Sungai Mahakam sehingga menghambat jalur pengangkutan.

Riset terbaru CLSA mengatakan, “Sejak Minggu 27 November, pemerintah daerah setempat telah memerintahkan penghentian seluruh pengangkutan batu bara yang melalui kapal,” tulis Jayden, analis CSLA dalam riset tersebut yang dikutip Selasa (29/11).

Sekadar diketahui, sungai tersebut adalah jalur distribusi batu bara yang sibuk di Kalimantan Timur karena terdapat beberapa tambang milik para pemain besar batu bara.Sungai itu juga menjadi mata pencaharian warga, baik dengan modus perikanan maupun penambangan pasir skala kecil.

Raksasa batu bara yang terkena dampak penghentian pengangkutan itu antara lain PT Harum Energy Tbk yang dimiliki Kiki Barki. Bagi Harum, dampak ini dirasakan oleh seluruh operasi tambangnya.

Dampak menyeluruh itu juga dialami PT Resources Alam Indonesia Tbk, raksasa batu bara asal Pontianak yang dikendalikan oleh keluarga Adijanto. Dalam dua tahun terakhir, Resource Alam adalah salah emiten batu bara di bursa dengan kinerja saham terbaik.

Dampak hampir menyeluruh, atau sekitar 83%, dirasakan oleh Sakari Resources Ltd, produsen batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Australia. Tambang Sakari yang terkena adalah tambang Jembayan.

Kemudian PT Trubaindo Coal dan PT Bharinto Ekatama milik Banpu Plc melalui PT Indo Tambangraya Megah Tbk. Produksi kedua batu bara perusahaan itu setara 28% dari total produksi Indo Tambangraya.

Raksasa lainnya adalah tambang PT Santan Batubara yang dikendalikan PT Indika Energy Tbk milik keluarga Sudwikadmono. Produksi tambang Santan Batubara setara dengan 6% dari total produks Indika.

Lalu emiten pelat merah PT Perusahaan Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. Dampak keruntuhan jembatan yang dibangun oleh PT Hutama Karya (Persero) dan mulai beroperasi pada 2001 dirasakan oleh PT International Prima Coal.

Produksi batu bara International Prima Coal, yang baru diakuisisi Bukit Asam paruh Agustus lalu senilai 17,85 juta dollar (Rp 158,9 miliar), setara dengan 8% dari total produksi batu bara Bukit Asam.

Dampak akibat penghentian pengangkutan batu bara itu dialami raksasa batu bara dalam negeri lainnya, PT Bayan Resources Tbk milik Datuk Low Tuck Kwong. Bayan sendiri terafiliasi dengan salah satu emiten di Bursa Efek Australia, Kangaroo Resources Ltd

Menurut Jayden, saat ini masih belum jelas kapan jalur transportasi baik melalui darat maupun sungai itu akan dibuka, karena pencarian korban juga masih berlangsung.”Mungkin tidak ada dampak segera terhadap produksi tambang, karena stok yang tersedia biasanya masih sampai 3 pekan. Kini para produsen batu bara itu masih menghitung dampak yang mereka rasakan.”

Sementara itu, manajemen Sakari Resources menyatakan perseroan belum sampai pada kesimpulan pasti bagaimana dampak pengangkutan yang diterima oleh Tambang Jembayan. “Yang pasti, produksi masih berjalan normal. Operasi tambang lain kami, yakni Sebuku, juga masih berjalan normal,” kata manajemen dalam keterangan tertulisnya ke Bursa Efek Australia.

Sekretaris Perusahaan Bayan Resources Jenny Quantero juga mengatakan perseroan masih menunggu selesainya proses evakuasi korban yang dilakukan oleh pemerintah. PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menyatakan, dalam sehari sekitar 10 pengiriman batubara perseroan melalui sungai Mahakam tertunda.

“Dalam sehari, distribusi batu bara Bayan yang berasal dari 3-4 site tambang di Kalimantan Timur melaui kapal tongkang lebih dari 10 perjalanan,” kata Direktur Bayan Jenny Quantero.

Dia berharap, penutupan jalur transportasi melalui sungai Mahakam ini tidak berlangsung lama. Pasalnya, hal tersebut bisa berdampak pada kinerja keuangan perseroan akibat tertundanya pengiriman batubara ke pembeli. “Kami kan sudah ada kontrak dengan beberapa buyer,” kata Jenny.

Salah satu lokasi tambang Bayan yang cukup besar di Kalimantan Timur adalah Gunungbayan Pratama Coal dengan produksi sekitar 4 juta ton.

Terpisah, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyatakan pengiriman batubaranya tidak terganggu oleh ambruknya jembatan Tenggarong. Batubara tersebut berasal dari dua tambang anak usaha perseroan, yaitu, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin.

“Hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali imbasnya terhadap pengiriman batubara KPC dan Arutmin,” kata Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava.Menurutnya, saat ini perusahaan tambang Grup Bakrie itu terus memantau situasi sambil menjaga kelancaran pengiriman batubara itu supaya tetap normal dari pelabuhan ke seluruh klien-kliennya.”Kami rasa jalur sungai akan ditutup untuk sementara. Ini akan berimbas kepada pengiriman batubara di banyak tambang sekitar tepat tersebut,” ujarnya.

PT Harum Energy Tbk (HRUM) terpaksa juga menjadwalkan ulang pengiriman batubaranya menyusul ambruknya jembatan Kutai Kartanegara (Kukar). Jadwal pengiriman November tidak terganggu karena telah dikirim sebelum jembatan ambruk.

Menurut Sekretaris Perusahaan HRUM Alexandra Mira S, untuk sementara kapal-kapal tidak diperkenankan untuk melintasi area rerentuhan sampai ada pemberitahuan selanjutnya dari Kantor Adminitrasi Pelabuhan Samarinda.

“Dengan demikian kegiatan pengapalan batubara perseroan dari pelabuhan Separi menuju lokasi pengapalan di Muara Jawa dan Muara Berau untuk sementara waktu akan terhambat,” katanya dalam keterangan tertulis.

Walau demikian, kata dia, seluruh pengapalan batubara di November 2011 tidak terganggu, karena kapal-kapal tongkang batubara perseroan telah melewati area sebelum peristiwa ambruknya jembatan Kukar itu.”Perseroan telah menghubungi pelanggan-pelangga perseroan sehubungan dengan kejadian ini dan memberitahukan kemungkinan penjadwalan ulang pengapalan batubara,” tambahnya.surabayapost online

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim