Revitalisasi Industri Garam Sulit Dilakukan

Kebutuhan garam terus menanjak seiring dengan pertumbuhan industri pengguna dan jumlah masyarakat, tak terkecuali di Jawa Timur (Jatim). Di sisi lain, produksi garam Jatim bisa dibilang sangat stagnan.

Secara nasional, produksi garam tahun ini ditarget mencapai 1,4 juta ton per tahun. Padahal kebutuhan garam konsumsi mencapai 1,2 juta ton per tahun dan garam industri mencapai 1,8 juta ton per tahun. Jatim menyumbang 60% dari total target nasional.

Untuk itu, seharusnya dilakukan revitalisasi industri garam dengan melakukan perluasan area serta penggunaan teknologi tepat guna agar target swasembada garam nasional bisa terwujud.

Sayangnya, dengan masa panas yang hanya sekitar empat bulan saja, Jatim diperkirakan tidak akan mampu meningkatkan produksinya. Bahkan untuk perluasan area, Jatim juga tidak kuasa melakukannya.

“Industri garam ini lain daripada yang lain. Selain area yang dibutuhkan memerlukan karakter tersendiri, tenaga kerjanya juga sangat sulit. Kalau di Jatim, hanya orang Madura yang bisa, sebab pekerjaannya cukup berat, harus mampu bekerja di bawah terik matahari yang sangat menyengat. Dan tidak semua orang bisa melakukannya. Terlebih musim panasnya di Jatim biasanya hanya sekitar empat bulan, beda dengan di wilayah Timur seperti Nusatenggara yang mencapai enam hingga tujuh bulan,” ungkap Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim, Busi Setiawan di Surabaya, Kamis (29/9/2011).

Melihat kondisi tersebut, Budi meyakini, revitalisasi industri garam hanya bisa dilakukan di Nusatenggara Barat (NTB) dan Nusatenggara Timur (NTT), sementara revitalisasi industri garam di Jatim sangat sulit dilakukan.

Bahkan, ia pesimistis bisa mencapai target sebesar 60% dari total target nasional sebesar 1,4 juta ton per tahun atau sekitar 800.000 ton per tahun.

Sebab, sampai Agustus kemarin, produksi garam Jatim masih mencapai 160.704 ton yang diperoleh dari panen garam di wilayah Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Tuban, Probolinggo, dan Lamongan.

“Tetapi masih ada waktu sampai November, mudah-mudahan target bisa terkejar. Karena beberapa sentra garam seperti Sumenep, Pamekasan dan Bangkalan panennya di bulan-bulan ini,” katanya berharap.
Sementara itu Kabid Prsisir dan suberdaya kelautan DPK Jatim, Eriono mengatakan. Dalam sejarahnya baru kali ini ada revitalisasi garam. Kemungkinan tidak tercapainya target swasembada garam hanya persoalan waktu. “Program ini baru dimulai tahun ini, masih banyak petani yang belum bisa diikutkan dalam program garam rakyat (PUGAR) dan terkendala faktor teknis administrasi. Dirinya optimis PUGAR dapat tercapai jika pemerintah konsisten membeli garam rakyat sesuai dengan yang dijanjikan. “saya yakin jika harganya bagus, secara massal petani akan terangsang membuat garam.Kucinya di haarga” jelasnya. kabarbisnis.com/BBS

ilustrasi

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim