ilustrasi: kabarbisnis.com
Disparitas harga berbagai komoditas pertanian antardaerah kerap terjadi di berbagai wilayah, termasuk Jawa Timur. Hal ini ditengarai akibat tidak meratanya produksi komoditas tersebut di setiap daerah.
Untuk itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur menugaskan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Jatim untuk menangani perdagangan berbagai komoditas pertanian dan bahan pangan strategis selain beras dan gula.
“Sering kita jumpai, saat panen raya cabe di daerah lumajang, harga disana akan anjlok dan sangat murah, bisa mencapai kurang dari Rp25.000 per kilogram. Sementara harga di daerah lain seperti Jember masih Rp35.000 per kilogram. Disparitas harganya cukup tinggi. Begitu juga dengan komoditas telur. Untuk itu, dalam waktu dekat kami akan menugaskan Bulog mengurusi berbagai komoditas diluar pabrikan,” ungkap Kepala Disperindag Jatim, Budi Setiawan, di Surabaya, Kamis (4/8/2011).
Saat ini, keinginan tersebut masih digodok dan akan dirapatkan bagaimana operasionalnya.
Menurutnya, kerjasama ini dalam bentuk bussines to bussines (B to B) namun diharapkan bisa mempengaruhi pasar karena disparitas harga antar kota bisa diminimalisir. Sebab Bulog punya tangan di tiap divre.
“Masih sedang kami godog, besok kami akan rapatkan dengan seluruh pihak bagaimana operasionalnya,” kata Budi.
Untuk merealisasikannya, Bulog bisa mengambil dana pinjaman dari BPR Jatim. “Kami mencoba mempertemukan antara Bulog dan BPR Jatim. Dan saya kira, bunganya akan bisa ditekan karena BPR Jatim kan milik kita juga,” ungkapnya.
Budi memperkirakan, keinginan tersebut baru bisa terealisir minggu ke dua bulan puasa. Karena model skim kredit yang akan diberikan kepada Bulog masih dalam kajian.kabarbisnis.com
