Masyarakat Jatim Konsumsi 95 kg Beras per Tahun

Ilustrasi

Masyarakat Jawa Timur masih sangat bergantung pada beras. Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Jatim, konsumsi beras premium yang harganya kini sekitar Rp 8.200-Rp 8.400 per kilogram mencapai 80 persen dan sisanya adalah konsumsi beras medium yang harganya sekitar Rp 7.700-Rp 7.800.

Kepala Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan BKP Jatim, Apriyanto mengatakan, ketergantungan konsumsi beras masyarakat Jatim, khususnya untuk kelas premium masih sangat besar.

Menurut dia, dengan ketergantungan konsumsi beras itu perlu dikurangi, karena tak menutup kemungkinan jika ke depan hasil produksi beras Jatim bisa menurun karena faktor anomali iklim dan semakin menyempitnya lahan pertanian. Untuk bisa menekan jumlah konsumsi beras masyarakat, pihaknya menargetkan penurunan angka konsumsi beras hingga 1,3 persen per tahun.

Pada 2010 lalu tingkat konsumsi beras masyarakat Jatim mencapai sekitar 95 kg/kapita/tahun. “Dengan target penurunan 1,3 persen, maka pada 2015 mendatang tingkat konsumsi beras bisa menurun hingga mencapai 87,4 kg/kapita/tahun,” ujarnya di Surabaya, Jumat (29/7/2011).

Ia menuturkan, target itu merupakan implementasi dari program P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan). Untuk mengantisipasi itu, maka BKP kini tengah menyiapkan beberapa alternatif pangan yang guna mengurangi ketergantungan masyarakat pada konsumsi beras, yakni berupa beras analog yang terbuat dari tepung mocaf (modified cassava flour) atau produk olahan dari ubi kayu berupa tepung.

Beras analog ini merupakan produk olahan yang dibuat dengan bahan dari 70 persen mocaf dan 30 beras. Untuk bentuknya, campuran bahan tersebut dicetak hingga menyerupai bulir beras, sehingga masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi beras bisa menjadikan beras analog ini menjadi bahan konsumsi pengganti.

Ia menuturkan, rekayasa pangan alternatif yang dikerjasamakan dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember ini dilakukan karena kebanyakan masyarakat Indonesia banyak yang mengonsumsi beras. Namun, ke depan tak menutup kemungkinan bisa bisa terjadi keterbatasan beras karena jumlah lahan yang terus berkurang.

Untuk pelaksanaannya, kini pihaknya telah melakukan riset pengembangan beras analog yang dilakukan sejak awal 2011. Rencananya pada Oktober mendatang, hasil beras analog akan dipamerkan baik skala regional atau nasional saat peringatan Hari Pangan Sedunia. “Riset telah dilakukan. Yang terpenting adalah beras analog harus memenuhi syarat gizi triguna, yakni mengandung protein sebagai zat pembangun, sayur dan buah-buahan sebagai zat pengatur, dan karbohidrat sebagai sumber energi,” katanya. kabaarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim