Hingga Mei 2012, 22 Warga Lumajang Terpapar HIV/AIDS

ilustrasi

Jumlah penderita Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di wilayah Kabupaten Lumajang, kian mengkhawatirkan saja. Terhitung memasuki bulan kelima tahun 2012 ini saja, penderita penyakit mematikan yang hingga kini belum ditemukan obatnya itu terus mengalami penambahan.

DR Saiful Iksan Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Sanitasi Dasar Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM Lumajang, tercatat 22 orang warga orang Kota Pisang Lumajang ini yang terdeteksi mengidap virus HIV/AIDS. Bahkan, dua hari lalu, seorang penderita diantaranya telah meninggal, yang tercatat seorang ibu rumah-tangga asal Kecamatan Kedungjajang.

DR Saiful Iksan menyampaikan, pihaknya terus melakukan pendeteksian dan pendataan terhadap para pengidap virus mematikan yang sampai saat ini belum ada obatnya itu.

”Dari deteksi dan pendataan yang kami lakukan melalui Rumah Sakit dan Puskesmas, tercatat sudah ada 22 penderita yang positif terpopar virus HIV/AIDS untuk tahun 2012 ini saja. Deteksi dan pendataan itu, juga kai lakukan di seluruh Rumah Sakit di Jawa Timur yang memiliki klinik khusus HIV/AIDS. Ada kode khusus bagi pasien yang terpapar virus HIV/AIDS,” kata dr Saiful Iksan.

Terhadap para penderita ini, Dinkes Kabupaten Lumajang hanya bisa memantau saja. Pasalnya, di Kabupaten Lumajang sampai saat ini belum memiliki klinik khusus yang menangani pasien penderita virus HIV AIDS.

“Selama ini, orang dengan HIV AIDS (ODHA) ini berobat di Balung, Jember serta RS Saiful Anwar, Malang bahkan juga RS dr Soetomo Surabaya. Dinkes tidak bisa melakukan intervensi langsung. Karena, ada peraturan sendiri menangani pasien HIV/AIDS,” paparnya.

Dengan mengetahui data identitas penderita virus HIV/AIDS atau yang disebut dengan ODHA (Orang Hidup Dengan HIV/AIDS), tidak serta merta kemudian bisa intervensi langsung. “Ada protap khusus dalam menangani pasien ODHA ini. Dan, Dinkes hanya bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat saja,” ungkap dr Saiful Iksan.

Angka penderita virus mematikan di Kabupaten Lumajang ini, dijelaskan lebih lanjut olehnya, didominasi oleh pekerja di luar Lumajang. ”Ada yang terdeteksi sebagai tenaga kerja di Pulau Bali, Surabaya dan juga TKI di Luar Negeri. ”Penularan penyakit ini, rata-rata didominasi karena narkoba suntik sebanyak 65 persen, dan sisanya adaah pelaku seks bebas. Termasuk, ada ibu rumah-tangga yang tertular oleh suaminya sendiri,” paparnya.

Latar belakang penderita, ada dari kalangan perempuan yang diodominasi ibu rumah-tangga mencapai 43 persen dari keseluruhan penderita. Penderita juga merata berasal dari seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Lumajang ini.

Lebih jauh, dr Saiful Iksan juga menyatakan, Dinas Kesehatan Lumajang mendeteksi seluruh penderita melalui laporan PMI yang melakukan pemeriksaan sampel darah. ”Selain itu, juga dari laporan yang disampaikan pihak medis di luar Lumajang, seperti contohnya yang diidap oleh TKI yang melampirkan laporan dari rumah sakit asal yang telah melakukan pemeriksaan sebelumnya,” bebernya.

Para penderita dari kalangan TKI ini, pulang atau kembali ke lumajang tanpa tahu apa sebenarnya penyakit yang diidap. Namun, setelah menunjukkan surat rekomendasi atau rujukan dari luar negeri kepada Dinas Kesehatan, maka penyakit itu bisa terdeteksi.

Dalam penanganan medis terhadap penderita AIDS ini, pihak Dinkes Lumajang melakukan rawat jalan terhadap penderita dan juga konseling. Untuk pengobatan sudah ada bantuan dari pemerintah dan digratiskan. Yang terpenting, mereka bisa kontrol rutin dan hidup normal.

”Diharapkan, para penderita bisa bekerja dengan normal, berperilaku hidup sehat. Artinya, tidak melakukan seks bebas dan menyebarkan penyakit yang diderita kepada orang lain. Hal ini akan dikontrol melalui Puskesmas setempat secara ketat. Termasuk, juga penderita berpindah tempat, maka akan terus dipantau. Yang dikhawatirkan adalah, penderita pindah tapi tidak memberitahukan. Ini yang membuat sulit,” terangnya.

Guna menekan angka peningkatan penderita HIV AIDS Dinkes sendiri telah melakukan berbagai upaya preventif dengan melakukan seminar penyuluhan pemeriksaan darah dan juga melalui pembagian kondom gratis di titik rawan penularan seperti di lokasi prostitusi liar.

”Dinkes telah melakukan seminar ke SMA-SMA, bekerjasama dengan Badan KB, Kantor Sosial dengan BNK. Upaya preventif yang banyak dilakukan, adalah penyebaran kondom gratis dan sebagainya. Upaya deteksi terhadap pelacur dengan kerjasama bersama Satpol PP dan kepolisian, jga kami laksanakan, untuk melakukan deteksi saat dilakukan penertiban,” pungkas dr Saiful Iksan.

Sementara itu, dr Triworo S Nadjieb Direktur RSU dr Haryoto Lumajang dalam kesempatan terpisah mengungkapkan, jika selama ini memang ada ODHA dengan penyakit penyerta lainnya yang berobat di rumahs akit terbesar di Kota Pisang ini. “Ada yang rawat jalan dan ada pula yang rawat inap,” katanya.

Dalam menangani ODHA dengan penyakit penyerta lain ini, kata dia, ada protap khusus. “Dalam surat rujukannya itu ada tanda khususnya. Ada protap penanganan yang tidak bisa sembarangan dilakukan,” sambung dr Triworo S Nadjieb.

Untuk penanganan penderita HIV/IDS tidak membutuhkan ruang khusus, dan penanganannya ada protapnya. Ada yang rawat jalan dan rawat inap. Pasien bercampur dengan pasien yang lain.

“Karena, virus HIV/ADIS tidak menular seperti flu atau yang lainnya. Hanya kontak darah atau melalui luka dan cairan tubuh saja. Lain dengan di RSU dr Soetomo Surabaya yang memiliki ruangan-ruangan khusus untuk penanganan penyakit. Tapi, penanganannya ada prosedurnya. Intinya, tidak ada cairan tubuh atau darah yang kontak ke petugas dan pasien lain,” bebernya.

Apalagi ketika pasien meninggal, RS juga tidak diperbolehkan untuk memberitahukan kepada keluarga. “Terkecuali pasiennya langsung yang memberitahukan kepada pihak keluarga. Ini sesuai peraturan yang ada,” demikian pungkas dr Triworo S Nadjieb. suarasurabaya.net

Komentar Pembaca

  1. Saya tak dapat berkomentar karena pengetahuan saya tentang HIV minim sekali, justru saya ingin bertanya tentang cairan tubuh yang disampaikan dalam tulisan itu, apakah itu termasuk ludah, keringat dan air seni. Dan bagaimana penanggulangan yang efektif buat pederita HIV ini dan bgmn untuk mencegah menularnya penyakit ini pada anggota keluarga penderita???

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim