Ekspor Pertanian Jatim Merosot

ilustrasi: kompas.com

Mengawali tahun 2012 ekspor sektor pertanian Jawa Timur menunjukkan kinerja negatif. Mengutip data Statistik Jawa Timur, nilai ekspor sektor pertanian Jatim selama Januari sebesar Rp761,8 miliar, turun 9,27% dari Desember 2011 yang mencapai Rp 839,7 miliar.

“Semua pihak patut prihatin terhadap buruknya kondisi ekspor sektor pertanian Jawa Timur. Karena predikat Jatim sebagai provinsi yang kaya akan produk pangan dan hortikultura, belum bisa memanfaatkan besarnya ceruk pasar internasional,” ungkap Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Deddy Suhajadi, Selasa (6/3).

Menurut Deddy, mestinya pemerintah mengambil kebijakan yang lebih berpihak kepada sektor pertanian dibandingkan industri. Menurut pandangannya, fakta yang terjadi adalah banyak potensi pertanian terbengkalai akibat kalah bersaing dengan sektor lainnya. Sehingga nilai tukar petani (NTP) bulan Februari kemarin turun 1,39% dari 102,80 menjadi 101,37.

“Banyak sekolah pertanian tutup. Pemerintah kurang memperhatikan sektor ini. Padahal kalau berkaca dari Amerika Serikat, justru basic perekonomiannya sebagian besar ditopang oleh pertanian,” ujarnya.

Di sisi lain, Deddy menyayangkan tiap tahun tenaga di sektor pertanian terus berkurang, tersedot lebih banyak bekerja di pabrik daripada harus bertani. Akibatnya supporting sektor pertanian kalah dengan barang dan jasa. “Begitu juga dengan investor, jarang ada mereka masuk untuk mengembangkan sektor pertanian,” imbuhnya.

Memang, diakuinya pelaku pertanian agak menurun karena kalah bersaing dengan produk impor. Di sisi lain, bank masih menetapkan bunga komersial bagi kredit pertanian. “Di China bunga kredit pertanian hanya 2%, sementara bank di dalam negeri bunga yang dipakai masih double digit, disamakan dengan sektor lainnya,”sambungnya.

Jika potensi sektor pertanian di Jawa Timur dimaksimalkan, bukan tidak mungkin ekspor sektor pertanian Jawa Timur akan mengalahkan sektor lainnya. Deddy melanjutkan, selain menghasilkan beras, Jawa Timur memiliki potensi untuk mengembangkan sumber daya lainnya melalui proses industrialisasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah.

Contohnya, lahan jagung dengan areal produksi mencapai 1,198 juta hektar, dapat memproduksi sebanyak 5,010 juta ton. Namun selama ini pemanfaatan jagung hingga produk turunannya seperti minyak jagung dan tepung maizena, belum dapat diolah secara mandiri dalam skala industri.

“Provinsi ini juga memiliki potensi untuk mengembangkan produk buah-buahan. Saat ini terdapat beberapa kabupaten penghasil buah. Seperti mangga di Situbondo, Probolinggo, Pacitan dan Gresik. Pisang di Lumajang, Magetan dan Banyuwangi. Jeruk di Pasuruan, Ponorogo, Madiun, Mojokerto, Pacitan, Magetan dan Jombang,” sambungnya.

Ketidakberpihakan pemerintah pusat terhadap potensi Jawa Timur, contohnya, adalah dengan menjadikan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai salah satu pelabuhan impor di Indonesia.

“Pemerintah sudah tahu bahwa Jawa Timur lumbung hortikultura, tapi mereka tetap menjadikannya sebagai salah satu pelabuhan impor hortukultura. Seharusnya pemerintah mengambil kebijakan yang mendukung, bukan malah menjerumuskan,” tandasnya.

Kepala Dinas Industri dan Perdagangan Jawa Timur, Budi Setiawan, mengakui tingginya barang impor yang masuk ke Jawa Timur selama Januari 2012 ketimbang ekspor, karena industri di Jawa Timur membutuhkan bahan baku penolong untuk produksinya. Sementara, ketersediaan bahan baku dalam negeri belum bisa mencukupi.

“Beberapa industri masih menggantungkan bahan baku impor. Sehingga impor kita lebih besar bahan baku ketimbang barang konsumsi. Jadi, tidak heran kalau impor kita lebih besar,” kata katanya, Rabu (07/3).

Budi menjelaskan, selain impor non migas berupa bahan baku selama Januari impor migas cukup tinggi. “Impor migas cukup tinggi walaupun bukan untuk Jawa saja, tapi tercatat di Jawa Timur,”tandasnya.

Akan tetapi, untuk menekan impor pihaknya telah melakukan pengawasan barang beredar dan pengetatan impor terhadap komoditas pangan supaya tidak melukai hati petani.

Mengenai ekspornya, ia menegaskan setelah Eropa dan Amerika terkena krisis, pengusaha Jawa Timur mengalihkan ekspornya ke pasar tradisional. “Ekspor kita ke Amerika dan Eropa besar, setelah disana terkena krisis dampaknya ekspor menurun sehingga pasar tradisional kita optimalkan,” katanya. surabayapost.co.id

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim