ilustrasi: lensaindonesia
Sedikitnya 3.700 koperasi di Jatim tidak aktif akibat lemahnya manajerial, sementara Dinas Koperasi dan UMKM Jatim mengupayakan kebangkitan lembaga tersebut dengan menggencarkan pendidikan dan latihan serta jaringan usaha.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jatim RB. Fatah Jasin mengatakan koperasi dan UMKM memiliki kontribusi 54% terhadap perekonomian Jatim, sehingga peran sektor usaha tersebut perlu didorong agar lebih berkembang.
Menurut dia, jumlah koperasi di Jatim dari tahun ke tahun mengalami penambahan cukup banyak, menyusul besarnya minat masyarakat di provinsi tersebut untuk berkoperasi.
“Saat ini jumlah koperasi di Jatim mencapai 28.766 unit, tetapi sebanyak 3.700 koperasi tidak berkembang [nonaktif]. Kami terus mengupayakan kebangkitan koperasi dengan menggencarkan diklat manajerial,” tuturnya, hari ini.
Selain itu, lanjut Fattah, koperasi yang kurang berkembang difasilitasi agar membentuk jaringan usaha antar koperasi sesama di Jatim maupun dengan koperasi yang beroperasi di kawasan timur Indonesia.
Sebagian koperasi yang tidak aktif disebutkan dari jenis KUD, setelah koperasi berbasis di perdesaan itu tidak mendapatkan fasilitas dari pemerintah seiring berlangsungnya era reformasi. Fasilitas tersebut antara lain diperankan sebagai pendistribusi sarana produksi pertanian, terutama pupuk, maupun penyerapan gabah petani.
Fattah menambahkan manajemen sebagian KUD kurang siap menghadapi pasar bebas berupa persaingan dengan para pelaku bisnis lainnya. Namun, sebagian KUD masih eksis bahkan kinerjanya meningkat melalui diversifikasi usaha antara lain di bidang jasa dengan melayani kebutuhan masyarakat umum.
Ketua Umum Pusat KUD Jatim Mardjito GA mengakui sebagian dari 701 KUD di provinsi tersebut tidak berkembang, sementara program revitalisasi berjalan lamban. “Upaya merevitalisasi KUD berjalan lamban sebab dananya kurang, kami terus mengupayakan agar KUD diperankan kembali sebagai pendistribusi pupuk,” paparnya. bisnisindonesia.com
