Empat Kabupaten Kembangkan Usaha Kopi Rakyat

ilustrasi: sca-indo.org

Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) fokus mengembangkan kopi arabika di empat kabupaten. Ini untuk mengimbangi permintaan kopi arabika dunia yang terus meningkat. Saat ini produksi kopi arabika di Jawa Timur merosot sekitar 60 persen akibat kendala cuaca.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Jatim Moh Samsul Arifien, Jatim sedang mengembangkan kopi arabika di Malang, Probolinggo, Situbondo, dan Bondowoso. Pembiayaannya melalui APBD Jatim 2011. “Permintaan kopi arabika dunia masih tinggi dan harganya juga lebih bagus dibanding kopi robusta,” ujarnya di Surabaya, Kamis (23/6).

Dia kemudian menyebutkan bahwa harga kopi robusta saat ini yang setiap kilogramnya hanya dihargai Rp 15.000, sebaliknya kopi jenis arabika harganya bisa mencapai Rp 25.000 per kilogram. Meski pasar kopi arabika masih terbuka lebar, namun pengembangan kopi jenis ini ternyata tidak semudah budi daya tanaman perkebunan lain. Kopi arabika harus ditanam di atas ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.

Di Malang, Jatim berencana akan menanam 15.000 batang di lahan seluas 15 hektare. Di Probolinggo dan Situbondo masing-masing dialokasikan 25.000 batang untuk 25 hektare lahan dan 35.000 batang untuk lahan seluas 35 hektare di Kabupaten Bondowoso.

Di lain pihak, Ketua Umum Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI) Jatim Sumarhum mengklaim produksi kopi arabika Indonesia merupakan terbesar ketiga dunia setelah Brasil dan Vietnam. Peringkat ini diraih Indonesia setelah produksi kopi arabika Kolombia turun. “Kami berharap, tahun ini kondisi cuaca mendukung untuk kopi arabika,” ujarnya.

Di lain pihak, aktivitas ekspor kopi Sumatera Utara (Sumut) pada Mei 2011 mulai mengalami kenaikan. Padahal tiga bulan sebelumnya aktivitas ekspor kopi Sumut yang dikapalkan melalui terminal peti kemas Belawan International Container Terminal terus turun dengan persentase yang signifikan.

Asisten Manajer Hukum dan Humas Pelindo I BICT Suratman mengatakan, sejak Februari hingga April 2011, aktivitas ekspor kopi Sumut melalui BICT terus menurun. Selama Januari 2011, aktivitas ekspor kopi Sumut melalui terminal peti kemas sebanyak 10,521 ton, sementara Februari turun sekitar 2,47 persen, yakni menjadi 10,261 ton.

Kemudian Maret aktivitas ekspor kopi Sumut makin terpuruk hingga 14,97 persen, yakni dari 10,261 ton pada Februari menjadi 8,724 ton pada bulan selanjutnya. Memasuki April 2011, ekspor kopi Sumut turun lagi dari 8.724 ton menjadi 6.856 ton atau mengalami penurunan 21 persen.

“Tetapi, setelah pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 10 Tahun 2011 yang menghapus ketentuan persyaratan mengenai fotokopi bukti pembayaran iuran kepada Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) pada Mei 2011, ekspor kopi Sumut jadi pulih kembali,” tuturnya.

Sebagai bukti, selama Mei 2011 aktivitas ekspor kopi Sumut tercatat 7.391 ton dan April sebanyak 6.856 ton atau naik sebesar 7,80 persen. “Mudah-mudahan bulan ini dan bulan-bulan selanjutnya aktivitas ekspor andalan Sumut ini terus naik. Dengan demikian, petani kopi pun makin bergairah,” ujar dia.

Di tempat terpisah, peluang budi daya ikan arwana di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, cukup menjanjikan karena permintaan importir dari China mencapai 15.000 ekor per bulan. “Di China, ikan arwana kami bukan untuk ikan hias, melainkan untuk dikonsumsi,” kata Santoso, Ketua Kelompok Peternak Ikan Mina Karya Dusun Blendangan, Tegaltirto, Berbah, Sleman, pekan lalu.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, saat menyaksikan panen anakan arwana di dusun ini, mengaku akan mendukung program budi daya ikan karena terbukti mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Sultan lantas tampak kagum saat melihat ratusan anakan ikan arwana yang baru keluar dari mulut induknya itu.

Budi daya dimulai dari membesarkan bibit arwana (indukan). Kini kelompok peternak ikan memiliki 1.750 indukan arwana berumur 4-5 tahun. Harga indukan arwana jenis silver minimal Rp 900.000 per ekor. Tiap bulan pembudidaya bisa menghasilkan 4.000-6.000 ekor arwana.

Di sisi lain, sebelumnya harga daging ayam broiler maupun ayam kampung di berbagai pasar tradisional di Yogyakarta mulai merangkak naik. Ini dipicu permintaan konsumen yang cukup tinggi. Bahkan, untuk memenuhi tingginya permintaan konsumen, para pedagang harus minta tambahan pasokan daging ayam ke tempat pemotongan. Meski kenaikan harga tidak terlalu tinggi, namun bila kondisinya tetap seperti sekarang, maka tidak menutup kemungkinan beberapa hari lagi harga daging ayam bakal melambung tinggi. suarakarya.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim