Ilustrasi
Perhimpunan Bank Perkereditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) akan mendorong model kerja sama BPR dengan Bank Jatim dalam pengelolaan Apex BPR untuk dijadikan sebagai program secara nasional.
Skema Apex BPR di Jatim dengan menunjuk Bank Jatim sebagai anchor, menurut Ketua Umum DPP Perbarindo Djoko Suyanto, bisa dijadikan sebagai program nasional. Hal ini diperlukan guna memperkuat posisi usaha BPR di tengah persaingan yang semakin ketat.
“Peta persaingan bukan lagi hanya antar-BPR, tetapi kini bank umum juga menjadi pesaing potensial bagi usaha BPR. Kondisi ini mengharuskan BPR mesti berupaya meningkatkan daya saing khususnya dengan memfokuskan pada keunggulan komparatif sebagai community of banking,” kata Djoko di sela-sela Pembukaan Musyawarah Daerah VIII DPD Perbarindo Jatim di Surabaya.
Djoko menyatakan, terobosan yang dilakukan Pemprov Jatim, Kantor Bank Indonesia (KBI) Surabaya, dan Bank Jatim untuk memperkuat penguatan kinerja BPR sangat bagus.
“Model sinergi Bank Jatim dengan BPR dengan menunjuk Bank Jatim sebagai Apex BPR di Jatim merupakan yang pertama di Indonesia. Dengan cost of fund yang rendah akan mampu meningkatkan kinerja BPR dalam sektor permodalan. Konsep ini layak untuk dijadikan program penguatan BPR secara nasional,” ujarnya.
Dia menyebutkan untuk sementara cost of fund dengan sejumlah bank umum bila bersinergi dengan BPR sebesar 12%-13%. “Sinergi Bank Jatim dan BPR di Jatim ternyata mampu menekan itu, sehingga cost of fund-nya ditaksir sebesar 10.25%,” tuturnya.
Gubernur Jatim Soekarwo menegaskan pihaknya akan sangat bergembira bila program penguatan BPR dengan menempatkan Bank Jatim sebagai bank sentranya kalangan BPR di Jatim bisa menjadi program nasional.
“Bila Apex BPR Jatim bisa kembangkan menjadi program nasional maka akan sangat efektif dalam menguatkan permodalan BPR di Indonesia yang kini tercatat ada 1.700 entitas BPR dengan sekitar 2.800 kantor cabang,” kata Soekarwo. kbc
