Tembakau Bahan Bakar Pesawat Masa Depan

Petani tembakau di Madura yang selalu berharap setinggi langit setiap musim tanam tembakau tiba. foto:widikamidi

Mari kita bicara lagi soal tembakau. Komoditas satu ini hingga sekarang masih menjadi primadona perekonomian di Indonesia.

Penghasilan pajak yang terkait dunia pertembakauan masih ’dikuasai’ oleh raksasa-raksasa rokok.

Tidak sekadar dalam ukuran miliar rupiah tetapi di level triliun rupiah. Utamanya pajak raksasa rokok dari Jawa Timur.

Tembakau di beberapa wilayah di Jawa Timur seperti yang ditanam di pulau Madura, Jember, Bondowoso dan beberapa wilayah lain yang termasuk penghasil tembakau terbaik dunia seolah seolah menjadi tanaman tak tergantikan.

Image mendapat keuntungan tinggi dengan menanam tembakau tidak pernah bisa bergeser dari pola pikir petani di wilayah tersebut.

Di luar penghasilan cukai tembakau yang sangat menggiurkan bagi pemerintah, tembakau juga ’dimusuhi’. Kampanye antirokok tak pernah berhenti. Bahkan di beberapa wilayah, bermunculan fatwa haram bagi tembakau.

Kemasan rokok yang beredar dipasaran juga tidak lagi cantik. Kesan menyeramkan dimunculkan. Kesan menjijikan juga dikedepankan dengan memasang gambar-gambar penderita bermacam penyakit yang ditimbulkan dari bahaya rokok. Padahal, disisi lain, cukai rokok juga turut menggerakkan bermacam pemberdayaan bagi banyak rumah tangga miskin.

Hingga sekarang belum ada solusi yang mampu dan bisa dianggap menyelesaikan persoalan terkait tembakau. Namun belum lama ini muncul kabar yang cukup mencengangkan bahwa tembakau bisa dimanfaatkan lebih daripada hanya sekadar dihisap asapnya. Bagaimana tidak mencengangkan tembakau ternyata bisa diproses menjadi bahan bakar untuk pesawat terbang.

Mengutip laman Engadget, raksasa pesawat terbang, Boeing, yang bermarkas di Chicago, Illinois, Amerika Serikat itu telah bekerja sama dengan South African Airways dan perusahaan biofuel SkyNRG untuk membuat bahan bakar dari tanaman tembakau.
Kini SkyNRG dilaporkan tengah meningkatkan produksi tanaman tembakau yang dijuluki Solaris di Afrika Selatan. Mereka berharap, dalam waktu beberapa tahun ke depan sudah bisa memproduksi bahan bakar dari tembakau ini.

Solaris juga diharapkan bisa menghasilkan bahan bakar hayati (biofuel) yang nantinya tidak hanya bisa digunakan untuk pengganti bahan bakar pesawat tetapi juga bisa digunakan untuk pengganti bahan bakar kendaraan lainnya.

Biofuel yang digunakan untuk penerbangan diproduksi dari sumber-sumber yang terbarukan, seperti tanaman yang bisa menekan emisi karbon antara 50-80 persen. Sejak jenis bahan bakar ini diperkenalkan pada tahun 2011, sudah lebih dari 1.500 penerbangan di seluruh dunia menggunakan biofuel.

Nah, tentu Jawa Timur tidak boleh ketinggalan teknologi penting ini. Minimal memantau dengan seksama perkembangan biofuel yang berbasis tembakau tersebut. Sebab, Jawa Timur yang juga menjadi salah satu sentra terbaik tembakau di dunia juga perlu melempar produknya untuk dijadikan biofuel. Jika tidak, kita pun bakal ketinggalan lagi dari Afrika. (widi kamidi)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim