Benih Bantuan Mengecewakan

ilustrasi: kompas.com

Pelaksanaan program bantuan langsung benih unggul hibrida dari pemerintah pusat tahun 2012 di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengecewakan petani.

Benih yang didistribusikan kepada petani, tidak sesuai dengan benih yang dijanjikan dan telah diujicobakan di demplot. Akibatnya pertumbuhan tanaman tidak maksimal, sehingga petani merugi jutaan rupiah per hektar.

Jumlah benih hibrida yang tidak sesuai itu, diperkirakan mencapai 50 persen dari total benih bantuan yang didistribusikan sebanyak 224.415 kilogram.

Pemerintah Kabupaten Madiun mengakui kelalaiannya, karena tidak memeriksa benih sebelum pendistribusian. Mereka terlalu percaya dengan produsen benih yang ditunjuk pemerintah pusat.

Persoalan yang terjadi pada benih hibrida bantuan ini sejatinya, bukan kali pertama menimpa petani di Kabupaten Madiun. Pada tahun 2011 lalu sebagian petani menerima benih hibrida, yang tidak sesuai dengan benih yang dijanjikan dan diujicobakan.

Petani menerima benih Sembada 168 dengan kemasan plastik bergambar kuda. Padahal benih yang dijanjikan adalah Sembada 168 dengan kemasan plastik bergambar petani memegang padi. Pertumbuhan tanaman padi dari benih itu tidak maksimal, sehingga petani rugi jutaan rupiah per hektarnya karena gagal panen.

Petani dari Kelompok Tani Ngudi Arto, Kecamatan Pilangkenceng, Sumadi, mengatakan, pada tahun 2012 ini ada dua macam benih hibrida yang diterima petani. Jenisnya sama yakni Sembada 168. Akan tetapi kemasannya berbeda, satu warna biru dan lainnya warna hijau.

Benih hibrida dengan kemasan warna hijau, hasilnya sesuai harapan. Artinya, pertumbuhan tanamannya bagus. Akan tetapi benih hibrida dengan kemasan warna biru, hasilnya jauh dari impian petani. “Pertumbuhan benih tidak maksimal, sehingga menganggu produktivitas,” ujarnya.

Supriyanto, petani lainnya, menambahkan, hampir semua petani yang menanam benih hibrida kemasan biru, mengalami gagal panen. Contohnya di Desa Pilangkenceng jumlah luas areal sawah yang ditanami benih hibrida pada musim tanam kemarau tahun 2012 ini, mencapai 25 hektar. Sawah yang dikerjakan oleh 90 petani penggarap ini, hampir semuanya gagal panen.

Pada awal tanam, tanaman tumbuh subur. Akan tetapi saat berbuah atau usia tanaman memasuki 50 hari, pertumbuhan tidak serempak. Dalam satu rumpun, terdapat 50 persen bulir gabah yang berisi sedangkan sisanya tidak berisi.

Seharusnya, lanjut Supriyanto, petani memanen 10-12 ton gabah dari hasil menanam benih hibrida ini. Akan tetapi, prediksinya pada musim tanam ini, hasil panennya kurang dari 50 persen. Akibatnya petani rugi jutaan rupiah karena biaya produksi yang dikeluarkan besar, hampir Rp 10 juta per hektar.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Madiun, Budi Tjahjono, mengatakan, pihaknya akan segera melakukan pengecekan ke lapangan. Ia juga akan mengambil contoh benih hibrida program bantuan dari pemerintah pusat yang didistribusikan kepada petani. Benih itu akan dicocokkan dengan benih yang dijanjikan produsen.

“Kabupaten Madiun tahun 2012 menerima 224.415 kilogram benih hibrida, untuk ditanam di areal sawah seluas 14.961 hektar. Setiap hektar sawah mendapat alokasi 15 kilogram. Benih itu didistribusikan kepada ratusan kelompok tani di 15 kecamatan di Madiun,” katanya.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian, Swastini, menambahkan mengacu pada keterangan produsen benih kepada pemerintah daerah, hanya ada dua macam benih hibrida yang disalurkan ke petani. Dua macam benih itu adalah benih padi hibrida Sembada 101 dengan kemasan plastik warna biru, dan benih padi hibrida Sembada 168 dengan kemasan plastik warna hijau.

“Tidak ada benih padi hibrida Sembada 168 dengan kemasan plastik warna biru seperti yang diterima petani. Kami akan menanyakan hal ini ke produsen. Apakah hanya beda kemasan atau memang isinya juga beda,” ucapnya. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim