Market Besar Opak Gambir Rasa-Rasa Kota Blitar

Opak gambir conthong kecil jadi tren dipasaran. foto:widi

UMKM, sejauh perjalanannya, selalu faktor modal yang dikeluhkan.

Modal menjadi batu sandungan yang serius sehingga UMKM nyaris identik dengan tak mampu jalan kalau tidak ada kucuran modal.

Stereotip ini tidak berlaku lagi bagi Dian Kartikawati yang memroduksi opak gambir di sentra opak gambir Kota Blitar.

Dian Kartikawati masih tergolong muda. Usianya juga baru 33 tahun. Namun inovasi tentu tidak mengenal umur maupun jenis kelamin. Melihat peluang lain yang memungkinkan inovasinya diterima pasar, Dian pun mengawali usaha menjadi produsen opak gambir mulai dari nol. Hanya dalam tempo tiga tahun merintis, opak gambir rasa-rasa yang jadi inovasinya sudah kewalahan membendung pesanan penjualan.

Kawasan Jalan Kemuning, Plosokerep, Kota Blitar sudah cukup lama dikenal menjadi sentra makanan tradisional opak gambir. Satu jenis panganan beraroma wangi, renyah menyerupai kerupuk, manis di lidah, yang dominan terbuat dari tepung ketan dan santan kelapa. Meski sudah lama menjadi sentra, belum banyak inovasi yang dilakukan untuk membuat opak gambir makin jadi pilihan untuk buah tangan dan cemilan yang bisa dibanggakan.

Selama ini, opak gambir yang diproduksi di sentra opak gambir Plosokerep hanya ada dua macam. Masing-masing berasa jahe dan wijen. Sebagai gambaran, di sentra opak gambir Kota Blitar sedikitnya terdapat lebih dari 20 orang perajin opak gambir.

Opak gambir identik dengan bentuk conthong. Biasanya berconthong besar. Conthong adalah bentuk menyerupai kerucut. Bawah lancip sementara bagian atas melingkar. Kalau dilihat dalam jarak, maka akan menyerupai segitiga terbalik. Conthong menjadi bentuk yang paling umum ketika memroduksi opak gambir.

Dian Kartikawati melihat fenomena ini masih bisa dikembangkan untuk maraih pasar yang lebih luas. Apalagi, secara market, Dian mengetahui kalau opak gambir di sentra selalu tak mampu melayani pesanan. Maka mulailah ia memroduksi opak gambir dengan resep berbeda. Ia meninggalkan ciri khas rasa jahe dan wijen, meski dalam produksi rasa jahe dan wijen tetap dibuat sebagai penyeimbang market.

Di awal kemunculannya, di tahun 2011 akhir, dengan membawa bendera Opak Gambir Wijaya Kusuma, Dian memperkenalkan opak gambir rasa-rasa. Tujuh rasa sekaligus. Jika wijen dan jahe diikutkan dalam jumlah rasa, maka ada 9 rasa yang diproduksi. Masing-masing rasa nangka, durian, jambu, coklat, pandan, ubi ungu dan ubi madu, wijen dan jahe. Rasa dibuat dari buah asli dan ubi yang asli.

Selain berinovasi dengan rasa-rasa, Dian mencoba konsisten dengan packaging yang cantik dan menarik. Tidak lagi menggunakan stiker yang gampang mengelupas, tapi sudah menyablon atau printing digital langsung di tubuh kemasan. Bentuk opak gambirnya pun juga dibuat lebih sedap dipandang dengan bentuk conthong kecil. Kesannya lebih handy dengan kemasan cantik serta sangat cocok untuk buah tangan.

Seperti sudah dalam prediksi, opak gambir rasa-rasa itu pun dengan cepat menggelinding dipasaran. Harga memang menjadi lebih mahal, namun sering dengan kualitas harga menjadi tidak begitu penting untuk dipermasalahkan. Di awal produksi Dian hanya dengan omset 5 kg per hari. Itu pun dicetak sendiri. Dua bulan kemudian ia sudah mampu merekrut 1 karyawan. Berikutnya 3 karyawan, dan selanjutnya memiliki 8 karyawan. Menurut Dian, sebenarnya ingin menambah terus jumlah karyawan, namun faktanya ia kesulitan merekrut orang. Sebab, orang di sekitar sentra malah lebih suka bekerja di pabrik-pabrik rokok.

Omset Opak Gambir Wijaya saat ini mencapai 50 kg per hari dalam bentuk siap saji. Harga per kilogram  di patok 44 ribu rupiah. Sementara harga dipasaran mencapai 50 ribu rupiah. Penghasilan kotor rata-rata per hari tak kurang mencapai 20 juta rupiah. Jika hari raya tiba, omset meningkat pesat menjadi dua kali lipat lebih.

“Dengan omset seperti ini kita sudah tak mampu berjualan di toko sendiri. Semua barang sudah ada di tangan pemesan. Pemesan adalah mitra kita yang menjadi unjung tombak pemasaran. Untuk Hari Raya Idul Fitri 2014 ada yang harus menyelesaikan 3000 packaging pesanan khusus.  Kita sudah kewalahan hanya dengan 8 karyawan,” kata Dian yang juga Ketua Paguyuban Cahaya Bulan yang menaungi kelompok perajin opak gambir di sentra opak gambir Plosokerep.

Kesulitan mencari tenaga kerja plus omset yang terus meningkat membuat Dian kembali mencoba berinovasi. Tahapannya masih 60 persen. Yaitu, bekerja sama dengan beberapa alumni dari ITS untuk membuat mesin semiotomatis pemanggang opak gambir. Jika sudah sempurna maka pekerja hanya perlu menggulung opak gambir sesuai bentuk. Selama ini semua proses pembuatan opak gambir masih dilakukan secara manual. Jadi pekerja masih berdekatan dengan pemanggang opak gambir yang panas.

Perbandingannya jika menggunakan mesin itu panas akan lebih merata. Opak gambir gosong lebih bisa dihindari. Pekerja tidak bersentuhan dengan pemanas dan api di tungku. Sementara hasilnya bisa maksimal. Jika manual, seorang pekerja mampu menghasilkan 7,5 kg dengan waktu bekerja mulai pukul 7 pagi hingga pukul 16.00. Sementara jika semiotomatis seorang pekerja bisa mampu menghasilkan 5 kg dalam waktu 1 jam. (widi kamidi)

18 Komentar Pembaca

  1. As,,wr,,wb,,
    permisi mba/bu
    jika saya ingin blajar bikin opak gambir tsb,
    boleh minta tolong diajarkan,
    kalo boleh,saya datang ke rumah ibu
    oh ya,,
    saya dari purwokerto
    trimakasih
    wasalam,,wr,,wb,,

  2. saya mengucapkan banyak2 terima kasih atas atas di beri kesempatan belajar oleh suami mbak Dian,sudah berjalan 2 tahun ini sampai sekarang saya sudah bisa produksi sendiri walaupun masih di sekitar pasar lokal malang raya.
    sampai sekarang saya memproduksi walaupun perharinya dapat 8 – 9 kg itupun di kerjakan sendiri dan dibantu sama istri.
    dan saya juga sempat mencoba mencari mesin minimal semiauto tetapi tidak berhasil sampai sekarang,apalagi mencari tenaga kerja sekarang sangat sulit.
    sampai sekarang kita syukuri aja yang penting bagi saya bisa produksi,dan sy sekeluarga sangat berterima kasih atas belajarnya .
    Dari,

    Imam dan reni turen

    • mbak dian apa sudah dapat mesinnya!kalau sudah tolong dong aku dikabari ya,saya belum sempat main ke blitar.

  3. sma” ms alhmdulilah semoga usha y makin lancar dan cpet dpt karyawan, klu mesin y hingga saat ini blum ada yg bsa, rta” mereka bsa mnjlaskan cra kerja y cman pda pengerjaan y msih blum berhasil, kpn ada wktu longgr main ke blitar….????

  4. Yth. Bpk/Ibu Dian yg Baik, kami dr jakarta. sy PNS, mau beli u/dijual diruangan kantor u/cemilan krn sy ada di lt. 9, psti mdh2an laku, bentuknya sprt apa ya? bundar tipis diameter 7cm rs strauberry, pandan, ubi ungu. Mtrnwn

  5. Yth. Mb. Dian perkenalkan sy Bu Heny. sy dr Jakarta terus terang sy blm pernah menginjak ke Blitar ingin Sowan kerumah berkenankah. sy PNS Usia 52 Th. sy sk dgn kreatif seseorang tp tdk bs buat keterbatasan waktu, sy sejak gadis Hobby mengkristik sulam menyulam. Mtrnwn.

  6. slamat siang bu/pak Dian,,

  7. salam kenal bu Dian… salam sukses :)

    • Satria Wicaksono# Salam kenal juga ms dan salam sukses selalu [mhn mf baru bka]

  8. no tlpn bu dian brp ?

  9. Mhn maaf pk/mas bru bka, no tlf kami 081 359 307 498
    atau langsung datand ke tempat produksi kami
    Jl. Kemuning no 18 Plosokerep kota Blitar

  10. Salam kenl bu dian saya dari gandusari kabupaten blitar ingin sekali belajar membuat krupuk gambir

  11. Mhn maaf mz Adib Gandusari, bru bsa bls sekarang, monggo mz klu pas Blitar mampir,

  12. salam kenal mbk dian saya yanti dari lumajang asli saya dari desa gaprang utara selatan makam.boleh saya mampir mbk.?

  13. Enggeh mbak siap

  14. Salam kenal mbak saya neni dari Padang..saya pingin sekali belajar bikin opakgambir..dulu pernah dibawain oleh2 opak Gambir sama suami,enak sekali…kalo mbak berkenan saya mau minta resep bikin opak Gambir.trims

  15. Assalamualaikum wr wb
    Slam kenal bu dian
    Klu saya mau belajr juga boleh kan, saya dari gresik

  16. slam kenal bu dian

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim