Tantangan AEC 2015 di Sektor Industri Mamin

Perajin Kripik Singkong Kabupaten Tulungagung. foto:widikamidi

Industri makanan dan minuman (mamin) saat ini menduduki posisi strategis dalam penyediaan produk siap saji yang aman, bergizi dan bermutu.

Seperti diungkapkan Menteri Perindustrian MS Hidayat, dalam rangka memenuhi ketiga aspek utama tersebut langkah mendesak yang harus dilakukan antara lain mendorong penerapan SNI, Good Manufacturing Practices (GMP), dan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Food Hygiene, Food Safety, Food Sanitation, penerapan Standar Pangan Internasional (CODEX Alimentarius).

Dalam persaingan global, kata Hidayat, Indonesia saat ini berpartisipasi aktif di dalam forum Codex Allimentarius Commission (CAC) yang bertujuan untuk membahas standar mutu dan keamanan pangan dunia yang terkait dengan kepentingan industri.

Dalam proses integrasi ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, sektor pangan merupakan salah satu sektor yang akan dipercepat pelaksanaannya.

Industri rumah tangga Minuman Janggelan Kabupaten Ponorogo. foto:widikamidi

Untuk itu Hidayat mengharapkan agar para pengusaha di bidang industri makanan dan minuman untuk memperkenalkan produk berkualitas dan citra merk serta memperoleh berbagai masukan dari pelanggannya. Selain itu juga dapat memberikan dampak positif dalam pengembangan industri makanan dan minuman Indonesia.

Kementerian Perindustrian terus mendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman nasional karena merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.Sebanyak 61 perusahaan di bawah binaan Direktorat Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan dan Direktorat Industri Minuman dan Tembakau.

Perajin Kripik Casava Kabupaten Mojokerto. foto:widikamidi

Seperti diketahui, kontribusi industri pengolahan (migas dan non migas) terhadap PDB nasional pada triwulan I tahun 2014 sebesar 23,56% atau Rp. 565,8 triliun, sedangkan industri non migas berkontribusi sebesar 87,3% terhadap industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan industri non migas pada triwulan I tahun 2014 mencapai 5,56% atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21%.

Pertumbuhan industri non migas sebagian besar ditopang oleh pertumbuhan industri makanan, minuman dan tembakau, yang pada triwulan I 2014 mencapai sebesar 9,47% atau mengalami kenaikan cukup tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2013 sebesar 1,75%.

Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa sektor industri makanan, minuman dan tembakau mempunyai peran yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Industri rumah tangga pengolahan kripik cassava Kabupaten Mojokerto. foto:widikamidi

Peranan signifikan tersebut juga dapat dilihat dari sumbangan nilai ekspor produk makanan dan minuman pada triwulan I 2014 yang mencapai 1,25 miliar dolar atau mengalami kenaikan dibandingkan triwulan I tahun 2013 sebesar 1,12 miliar dolar. Disamping itu, realisasi investasi sektor industri makanan triwulan I tahun 2014 mencapai Rp. 14,17 triliun, terdiri dari PMA sebesar 777,9 juta dolar dan PMDN sebesar Rp. 4.836,1 miliar.

Komentar Pembaca

  1. sanggat membantu, saya ingin menanyakan langkah apa sajah bagi industri rumah tangga terhadap kualitas produk yang harus diproduksi agar dapat masuk dalam pasar asean tersebut

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 3509. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim