Neraca Perdagangan Jatim Surplus Rp. 39,55 Triliun

Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf (foto: ANTARA)

Wagub Jatim H. Saifullah Yusuf menjelaskan, neraca perdagangan Jatim pada triwulan III tahun 2013 surplus Rp. 39.550.305,03 triliun atau 3.557,96 juta dollar AS. Hal ini dikarenakan ekspor Jatim mencapai Rp. 426.772.012,72 triliun atau 38.392,59 juta dollar AS berada diatas impor yang mencapai Rp. 387.221.707,69 triliun atau 34.834,63 juta dollar AS .

Hal itu disampaikan saat membuka Indonesian-French Seminar On Paper Industry di Hotel Sheraton Surabaya, Kamis (28/11).

Gus Ipul, sapaan lekat Wagub Jatim mengatakan, surplus perdagangan terjadi karena menguatnya sektor perdagangan antar pulau. Rinciannya, eskpor antar pulau sebesar Rp. 251.623.096,78 triliun atau 22.636,12 juta dollar AS atau 58,96% dari total ekspor Jatim. Sedangkan impor antar pulau sebesar Rp. 201.451.211,46 triliun atau sebesar 18.122,64 juta dollar AS atau sebesar 52,02% dari total impor Jatim.

Menguatnya perdagangan antar pulau tersebut sehingga mampu menutupi defisit perdagangan luar negeri. Dari total perdagangan luar negeri pada periode Januari- Agustus 2013 mencapai 21,65 juta dollar AS, ekspor Jatim hanya 9,61 juta dollar AS. Sedangkan impor mencapai 12,04 juta dollar AS. Sehingga Jatim mengalami defisit sebesar 2,43 juta dollar AS dari perdagangan luar negeri. “Secara keseluruhan, kinerja perdagangan Jatim tetap positif berkat surplus dari perdagangan antar pulau Jatim,” katanya.

Selain faktor perdagangan antar pulau, positifnya kinerja perdagangan Jatim juga disebabkan oleh beberapa faktor, pertama, meningkatnya kinerja investasi, kedua, Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang semakin rendah, dan ketiga, terus menurunnya kemiskinan di Jatim.

Ditambahkan, kinerja investasi Jatim pada triwulan III mencapai Rp. 102,43 triliun, meningkat 72,27% dari triwulan III tahun 2012 yang sebesar Rp. 76,1 triliun. Sedangkan realisasi investasi pada triwulan III 2013 sebesar Rp. 97,51 triliun atau naik 8,28% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012 yang mencapai Rp. 90,03 triliun.

Permodalan di Jatim cukup efisien, hal ini dibuktikan dengan nilai ICOR yang terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2009, ICOR Jatim sebesar 3,59, tahun 2010 turun jadi 3,30, kemudian tahun 2011 menjadi 3,09 dan pada 2012 turun lagi menjadi 2,92. Artinya investasi di Jatim menjanjikan imbal balik yang signifikan.

Angka kemiskinan juga terus menurun, pada 2009, jumlahnya sebanyak 6.022.590 orang atau 16,68% dari total penduduk Jatim. Kini, jumlah itu turun menjadi 4.771.269 orang atau 12,55% dari penduduk Jatim. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menurun, pada 2009 jumlahnya mencapai 4,91% atau sebesar 1.011.951 orang, sampai dengan Agustus 2013, jumlah tersebut menurun menjadi 4,33% atau tinggal 871.000 orang.

Terkait industri kertas dan pulp, Gus Ipul menyampaikan bahwa potensi pasar dalam negeri terbuka untuk ditingkatkan. Sebab perkembangan konsumsi dalam negeri masih kecil yaitu 32,6 kg/kapita/tahun. Konsumsi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan Amerika Serikat sebesar 324 kg, Belgia 295 kg, Denmark 270 kg, Singapura 180 kg, Korea 160 kg, dan Malaysia 106 kg.

Potensi tersebut harus dimanfaatkan dengan memanfaatkan lahan/hutan yang cukup luas untuk pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai sumber bahan baku yang berkelanjutan dengan penerapan Sustainable Forest Management (SFM). “Jadi industri pulp dan kertas tidak akan merusak lingkungan, selain itu perusahaan harus sadar untuk melakukan penanaman kembali setiap tanaman yang ditebang” tuturnya.

Pada kesempatan itu, Konsul Kehormatan Prancis untuk Indonesia di Surabaya, Mathieu Dumesnil mengatakan bahwa Indonesia dan Prancis memiliki peranan penting dalam industri kertas dunia. Industri kertas Prancis telah memiliki tekologi yang maju dan mampu memenangkan pasar dunia dengan berbagai produk berkualitas prima.

Lebih lanjut disampaikannya, industri kertas Indonesia merupakan pasar yang menentukan dan diprediksi akan terus berkembang pesat. Hal ini didukung dengan permintaan dalam negeri yang tinggi dan faktor iklim katulistiwa dan tropis yang sangat cocok bagi industri kertas dan pulp.

Hadir pada kesempatan itu, Director of UBIFRANCE Indonesia, Mr. Jean Philippe ARVERT, President of Symop Paper Group, Mr. Franck Retmeyer, President of Technical Association of The Pulp and Paper Industry, Mr. David Gomez dan Chairman of Indonesian Pulp & Paper Association (APKI), Misbahul Huda.

(Sumber: Biro Humas Jatim)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim