Mengukir Jatim di Capetown

Gedung tempat berlangsungnya Konferensi ICA di Capetown

Capetown. Itu sebuah kota besar di Afrika Selatan. Sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga bukit dan pegunungan Paleozoikum: Devil’s Peak, Table Mountain, dan Lion’s Head. Kota ini, Capetown, juga menjadi saksi pertemuan arus laut yang berasal dari Samudra Atlantik dan Samudra Hindia. Pertemuan ini begitu kasat mata sehingga seperti menjadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi turis.

Dulu, di tahun 1488, pendaratan pertama kali oleh Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari Portugal, menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai. Dinamai demikian karena kondisi cuaca dan laut yang benar-benar ganas. Tetapi kemudian raja Portugal mengganti namanya sebagai Tanjung Harapan.

Uniknya Capetown terkait hubungan dengan Indonesia. Bahkan sejak berabad silam. Capetown acap kali juga disebut sebagai perkampungan Muslim. Islam datang ke Afrika Selatan dibawa oleh ulama pejuang dari Indonesia. Adalah Syeikh Yusuf, ia diasingkan Belanda ke wilayah Capetown tahun 1694. Tiba saatnya Syeikh Yusuf meninggal, ia dimakamkan di tempat bernama Macassar, di wilayah Capetown bagian Timur.

Di Capetown terdapat sebuah wilayah bernama Boo Kap. Boo Kap dikenal sebagai perkampungan warga muslim karena hampir 90% warganya beragama Islam, dan sering disebut sebagai kota bertabur masjid karena saking banyaknya masjid berdiri di sana. Boo Kap ini terletak di pusat kota Capetown. Masjid pertama di Capetown adalah Masjid Owal (Awwal) yang dibangun oleh Abdullah Kadi Abdus Salam, seorang pangeran dari kesultanan Tidore (Maluku Utara). Ia disebut sebagai Tuan Guru, juga diasingkan oleh Belanda di kota itu.

Seperti meniti benang merah, keterkaitan hubungan Capetown dengan Indonesia tampak makin nyata di abad 21 ini. Jika dulu terhubung dengan pembuangan para pejuang oleh penjajah Belanda, kini terhubung dengan dunia gerakan koperasi dunia. Capetown awal November 2013 lalu menjadi tuan rumah even internasional. Yaitu, pertemuan koperasi tingkat dunia. Indonesia menjadi salah satu yang terundang untuk hadir dalam even internasional tersebut.

Pada even tahunan ini Indonesia seperti dilambungkan tinggi ke angkasa. Betapa tidak, soko guru ekonomi Indonesia, yang disebut koperasi itu, berdengung di Capetown. Indonesia benar-benar naik kelas. Sebelumnya hanya menjadi perserta biasa, tapi kali ini menempatkan salah satu wakilnya menjadi salah satu jajaran elit di 300 koperasi peringkat dunia. Nama koperasi dari Indonesia disebut di peringkat 233. Disebutnya tidak hanya sekali, namun malah tiga kali! Koperasi Indonesia yang disebut namanya tiga kali itu adalah Koperasi Warga semen Gresik (KWSG) dari Jawa Timur.

Sejak berdirinya gerakan koperasi dunia 118 tahun lalu, Capetown baru pertama kali mendapat kesempatan penyelenggaraan konferensi ICA. ICA adalah International Co-operative Alliance Global Conference and General Assembly. Konferensi ICA menjadi sangat penting karena bisa menjadi motor baru bagi gerakan koperasi Indonesia dalam peta perkoperasian dunia. Sebanyak 1.200 delegasi dari 80 negara berkesempatan hadir dalam pertemuan koperasi tingkat dunia itu, termasuk dari Indonesia.

Agenda utama kongres ICA Global Conference and General Assembly adalah menetapkan langkah aksi nyata dan cetak biru dekade pembangunan koperasi 2020 yang telah dirumuskan pada pertemuan ICA sebelumnya.

Terdapat lima pilar pokok cetak biru tersebut, di antaranya partisipasi keanggotaan koperasi, keberlanjutan, jatidiri, kerangka hukum, dan modal koperasi. Kelima pilar ini menargetkan koperasi sebagai model bisnis paling cepat pertumbuhannya, di samping sebagai referensi utama dalam pengentasan kemiskinan dan pengangguran, juga sebagai salah satu solusi pada masa krisis.

President ICA Dame Pauline Green, dalam sambutannya di even tersebut menekankan peran koperasi pada dunia global. Koperasi akan memainkan peran sangat penting dan berjalan dengan bisnis model koperasi. Koperasi menjadi bagian jauh lebih besar dari ekonomi global yang seimbang. Untuk itu konferensi di Capetown kali ini akan menjadi momentum bagi anggota ICA untuk berpartisipasi dalam membentuk strategi mengimplementasikan cetak biru dengan lebih spesifik. Upaya ini merupakan adopsi dari pencanangan Tahun Koperasi Dunia 2012 oleh PBB.

Peringkat 233

Koperasi Indonesia kini sudah masuk dalam jajaran koperasi kelas dunia. Pendatang baru memang, namun ini merupakan wujud nyata bahwa koperasi Indonesia sudah mampu sejajar dengan koperasi negara lain yang lebih dahulu masuk dalam peringkat dunia.

Menteri Koperasi dan UKM RI, Syarifuddin Hasan, pun menyambut sukacita ketika KWSG disebut menduduki peringkat 233 dunia. Malah menteri meminta seluruh koperasi di Indonesia ikut merayakan prestasi ini. Karena sejak berpuluh-puluh tahun merdeka, koperasi menjadi soko guru, ada satu koperasi asal Indonesia yang berada di peringkat berskala dunia. Sayangnya hanya satu yang berhasil terjaring masuk peringkat dunia. Padahal Indonesia mengirim beberapa wakil, di antaranya Koperasi Nusantara, Kospin Jasa, Kopwan Setia Bhakti Wanita dan Koperasi Syariah Sidogiri.

Menurut Syarif, masuknya koperasi Indonesia dalam jajaran koperasi kelas dunia membuktikan koperasi Indonesia tidak kalah dengan koperasi negara lain. Ini merupakan suatu prestasi tersendiri mengingat persyaratan masuk dalam jajaran 300 koperasi dunia itu sangat berat. Selain harus memiliki laporan keuangan yang terbuka dan transparan, koperasi juga harus mempunyai kepedulian terhadap lingkungan serta program tanggung jawab sosial perusahaan. Tak hanya itu, koperasi juga harus memiliki data perbandingan antara pendapatan dengan produk domestik bruto sebuah negara. Setiap koperasi besar, asal negara-negara, masing-masing juga dievaluasi badan independen dunia yang bekerja sama universitas di Perancis.

Syarifuddin Hasan juga mengungkapkan, saat menghadiri sidang tentang SME (small medium enterprise) atau koperasi di PBB di New York Amerika Serikat, pernah mengusulkan kepada ICA agar penilaian untuk masuk dalam koperasi berskala dunia itu ditambah. Salah satunya adalah mengenai seberapa jauh pendapatan dari koperasi bermanfaat bagi anggotanya. Jadi bukan hanya tern over pendapatannya, tapi jumlah anggota yang menikmati hasil daripada koperasi itu. Usul dari Indonesia itu ternyata diterima menjadi salah satu acuan oleh ICA.

Sejauh ini koperasi di Indonesia terus tumbuh pesat, utamanya di Jawa Timur. Jika pada 2004 silam tercatat ada 170 ribu koperasi dengan 29,2 juta anggota, kini jumlahnya meningkat tajam jadi 200 ribu koperasi dengan 39,6 juta anggota. Adapun pada 2014 mendatang, menteri sekaligus politisi tersebut menargetkan sedikitnya ada tambahan dua koperasi lagi masuk dalam jajaran kelas dunia. Dua koperasi yang diharapkan bakal mampu menyusul KWSG itu adalah Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa) dari Pekalongan dan koperasi Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur. Keduanya dinilai layak lantaran aset yang dimiliki telah mencapai triliunan rupiah. (idi)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim