Volume Perdagangan Antar Pulau Dominasi Perdagangan Internasional

ilustrasi

Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur tidak terlepas dari kemampuan Pelabuhan Tanjung Perak dalam melayani derasnya arus pelayaran. Sebab hingga saat ini, pelabuhan masih menjadi pintu utama perdagangan di Jatim.
Pada 2011, nilai perdagangan antar pulau Jatim mencapai Rp222,7 triliun naik 10% dibandingkan 2010 sebesar Rp204,2 triliun. Data Pelindo III menyebutkan, waiting time kapal petikemas domestik di Tanjung Perak 33 jam, kapal curah cair domestik 73 jam dan kapal curah kering domestik 31 jam. Kapal curah cair internasional 52 jam dan kapal curah kering internasional 31 jam.
Terbukti, Pelabuhan Perak sangat vital bagi perekonomian Jatim, karena 95% perdagangan Jatim melalui pelabuhan Tanjung Perak. Selain itu keberadaannya juga sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia. Faktanya, volume perdagangan antar pulau di Tanjung Perak mendominasi perdagangan internasional Jatim.
Menilik kenyataan tersebut, maka keberadaan Pelabuhan Tanjung Perak sangat penting bagi Jatim karena kaitannya sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
Tidak salah bila pembenahan dan moderinasi Pelabuhan Tanjung Perak yang dilakukan Pelindo III dipastikan akan memberio berkorelasi positif pada upaya pencapaian target pertumbuhan ekonomi Jatim.
Begitu pula sebaliknya, hambatan yang terjadi di Perak akan berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi Jatim.
Setidaknya, kini ada tiga hambatan utama Pelabuhan Tanjung Perak, pertama terkait kinerja bongkar muat khususnya soal waktu sandar kapal dan kecepatan bongkar muat.
Saat ini waktu sandar dan bongkar muat kapal mencapai 2-4 hari ini jelas memicu biaya tinggi dan dinilai sebagai hambatan logistik sehingga perlu di efektifkan. Kondisi ini dipicu oleh umur dermaga yang sudah mencapai 100 tahun lebih dan belum semuanya berhasil dimoderinasi.
Hambatan kedua, keberadaan pipa gas yang memotong APBS dari blok migas West Madura. Faktanya, akibat pipa gas itu, Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak sejak 2008 telah memberlakukan pembatasan draft kapal yang berimplikasi pada kapasitas muat kapal menjadi tidak maksimal. Dunia pelayaran internasional juga menyoroti soal pipa gas itu.
Hambatan ketiga, berupa kapasitas APBS yang belum maksimal. Kondisi APBS saat ini masih terbatas dengan kedalaman berkisar minus 9,5 -10,5 meter low water spring dan lebar alur 100 meter.
Kapasitas alur itu menyebabkan kapal generasi besar seperti post panamax berkapasitas diatas 60.000 (GT) belum bisa sandar serta belum bisa digunakan untuk two way traffic kapal secara berlawanan arah. lensaindonesia.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 6070. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim