Realisasi Investasi PMDN Mencapai Rp 12 Triliun

ilustrasi

Realisasi investasi selama Januari-September 2012 mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan nilai Rp 229,9 triliun, terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 65,7 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp 164,2 triliun.

Dibanding periode sama tahun silam, realisasi investasi hingga kuartal III tahun ini tumbuh 27%.

Khusus selama kuartal III-2012, realisasi investasi mencapai Rp 81,8 triliun, naik 25,1% dibandingkan periode sama 2011, meliputi PMDN senilai Rp 25,2 triliun dan PMA Rp 56,6 triliun. Realisasi PMDN tumbuh 32,6% dibandingkan kuartal III-2011, lebih tinggi dibandingkan realisasi PMA yang hanya tumbuh 22%.

“Realisasi investasi hingga kuar tal III mer upakan yang tertinggi sepanjang sejarah. Ini pencapaian positif di tengah lesunya perekonomian global. Berarti, realisasi hingga kuartal III sudah mencapai 81,1% dari target tahun ini, sehingga kami optimistis target realisasi 2012 sebesar Rp 283,5 triliun tercapai,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Muhamad Chatib Basri di Jakarta.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika dan pengamat ekonomi dari Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam yang dihubungi di Jakarta, kemarin, mengakui, tetap pesatnya pertumbuhan investasi hingga kuar tal III tahun ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Soalnya, dalam waktu bersamaan, perekonomian global sedang tidak kondusif.

Erani dan Latif mengingatkan pemerintah untuk terus menggenjot pertumbuhan PMDN dan menggiring investasi supaya lebih menyebar ke luar Jawa.

Investasi yang bertumpu pada PMDN, merata, dan berimbang akan menjadikan fundamental ekonomi nasional lebih solid, kokoh, dan tahan guncangan.

Untuk itu, pemerintah harus terus membenahi berbagai hal guna menciptakan iklim investasi yang kondusif, dari kemudahan perizinan, ketersediaan infrastruktur, tumpang-tindih aturan, keamanan, hingga ketenagakerjaan.

Lima Sektor
Chatib Basri mengungkapkan, lima sektor usaha PMDN yang mencatatkan realisasi tertinggi hingga triwulan III-2012 adalah industri mineral nonlogam senilai Rp 9,1 triliun, pertambangan Rp 8,6 triliun, industri makanan Rp 7,7 triliun, tanaman pangan dan perkebunan Rp 6,3 triliun, serta industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik Rp 5,8 triliun.

Sedangkan realisasi PMDN berdasarkan lokasi yaitu Jawa Timur Rp 12 triliun, Jawa Barat Rp 8,8 triliun, DKI Jakarta Rp 6,4 triliun, Kalimantan Timur Rp 4,8 triliun, dan Jawa Tengah Rp 4,7 triliun.

Adapun lima sektor usaha PMA yang mencatatkan realisasi tertinggi adalah pertambangan US$ 3,2 miliar, industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi US$ 2,5 miliar, transportasi, gudang, dan telekomunikasi US$ 1,9 miliar, industri alat angkutan dan transportasi lainnya US$ 1,3 miliar.

“Itu belum termasuk industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik senilai US$ 1,3 miliar,” ujar dia.

Chatib menambahkan, realisasi PMA berdasarkan lokasi proyek terdiri atas DKI Jakarta US$ 1,2 miliar, Jawa Barat US$ 1,0 miliar, Kalimantan Timur US$ 0,7 miliar, Sulawesi Tengah US$ 0,6 miliar, dan Riau US$ 0,6 miliar. Sedangkan realisasi PMA berdasarkan asal negara (lima besar) yaitu Singapura US$ 1,5 miliar, Ing- gris US$ 0,7 miliar, Jepang US$ 0,7 miliar, Taiwan US$ 0,6 miliar, dan Mauritius US$ 0,6 miliar.

Menurut Kepala BKPM, program pemerataan investasi ke daerah-daerah di luar Jawa telah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.

Begitu pula dengan peningkatan peran perusahaan PMDN. Itu tercermin pada kenaikan investasi oleh pengusaha nasional dan meningkatnya penyebaran kegiatan investasi oleh para investor di luar Jawa.

“Ada yang berbeda pada realisasi investasi triwulan III-2012. Sekarang, baik di Jawa
maupun luar Jawa seimbang karena investor ingin mengembangkan bisnisnya di lokasi yang benar-benar sesuai comfort zone mereka. Intinya tidak ada lagi perbedaan antara Jawa dan luar Jawa,” ujar dia.

Chatib mencontohkan, sebaran lokasi proyek investasi pada triwulan III-2012 di luar Jawa bernilai Rp 38,7 triliun atau mencapai 47,3%. Dibandingkan periode sama 2011, terjadi pe- ningkatan 59,3%, dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 271.648 orang, terdiri atas PMDN 144.784 orang dan PMA 126.864 orang.

“Adapun sebaran lokasi proyek pada JanuariSeptember 2012 di luar Jawa bernilai Rp 107 triliun atau mencapai 46,5% dari total lokasi proyek. Dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp 81,1 triliun atau 44,8%, terdapat peningkatan sebesar 31,9%,” ucap dia.

Chatib mengemukakan, ada beberapa perusahaan besar yang memberikan kontribusi tinggi terhadap investasi, baik pada triwulan III maupun triwulan selanjutnya, seperti Nippon, Fireli, dan Daihatsu.

“Saya belum berani mengumumkan nama-nama perusahaanya secara detail karena masih menunggu konfirmasi dari mereka,” ujar dia.

Dengan meningkatnya investasi langsung, kata Chatib Basri, penyediaan lapangan kerja langsung juga bertambah.

“Pada akhirnya, itu akan menurunkan tingkat pengangguran dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas,” papar dia.

Chatib Basri menjelaskan, untuk memacu pertumbuhan perekonomian nasional yang berkualitas diperlukan investasi yang mampu menciptakan nilai tambah barang atau jasa di dalam negeri.

“Untuk itu diperlukan dukungan kebijakan lintas sektor, penyediaan infrastruktur yang memadai, iklim ketenagakerjaan yang kondusif, serta perbaikan pelayanan penanaman modal terpadu di pusat maupun daerah,” tegas dia.

Menurut Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis, realisasi investasi pada Januari-September 2012 juga mencakup sejumlah koridor ekonomi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Koridor ekonomi Sumatera mencatatkan realisasi investasi Rp 36,5 triliun (15,9%), terdiri atas PMDN Rp 9,8 triliun dan PMA US$ 3 miliar.

Sedangkan koridor ekonomi Jawa membukukan realisasi investasi Rp 123 triliun (53,5%), meliputi PMDN Rp 36,7 triliun dan PMA US$ 9,6 miliar.

Di sisi lain, kata dia, koridor ekonomi Kalimantan menorehkan realisasi investasi Rp 34,9 triliun (15,1%), terdiri atas PMDN Rp 12,8 triliun dan PMA Rp US$ 2,5 miliar. Selain itu, koridor ekonomi Sulawesi mencatatkan realisasi investasi Rp 16 triliun (7%), mencakup PMDN Rp 4,1 triliun dan PMA US$ 1,3 miliar.

Itu belum termasuk koridor ekonomi Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi investasi Rp 12 triliun (5,2%), terdiri atas PMDN Rp 2,2 triliun dan PMA US$ 1,1 miliar.

“Adapun koridor ekonomi Maluku dan Papua membukukan realisasi investasi Rp 7,5 triliun (3,3%), meliputi PMDN Rp 0,1 triliun dan PMA US$ 0,8 miliar,” ujar Azhar.

Azhar Lubis menambahkan, BKPM juga sedang memproses pemberian fasilitas pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu (tax holiday) kepada sejumlah PMA maupun PMDN.

“Sudah banyak yang mengajukan, misalnya Posco. Kalau Unilever kan di Semangke. Yang sudah fixed baru Unilever dan Chandra Asri,” tutur dia. berita satu.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim